Monday, January 26, 2015

Ga kuat, weyyyy. Dah, mau nangis. :(



Allah knows best. I know that. But the implementation is harder than I can imagine. Teh Fu, tolong... Proses cleansing itu sulit sekali. :(

Sunday, January 25, 2015

Kembang sepanjang jalan

Aku tak tahan. Napasku memburu ketika aku melewati universitasmu malam itu. Dani, kawan seperjalananku, keheranan mendapati perubahan sikapku.
"Bian, kamu kenapa?"
"..."
And you flashback to when he said forever and always
"Dan, saya nangis nggak apa-apa, ya?"
"Iya, tetapi ada apa?"
"Saya...saya mau bertemu dia, Dan. Sekali saja. Kenapa nggak pernah bisa? Sudah lama sekali."

It rains when you're here and it rains when you're gone
Dani mengembuskan napas saat mendengar jawabanku lalu berkata,
"Yah, mau sampai kapan, Bi? Kamu nggak melihat segala kemungkinan yang terbentang di hadapanmu. Kamu..nggak melihatku karena terpaku pada masa lalu."

Terkesiap, aku menatap Dani. Sohib yang selalu setia menemaniku ke mana-mana. Kala aku sakit, butuh teman perjalanan, partner belajar, tempat cerita, apa pun itu. Dia selalu ada 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Sementara dirinya?

'Cause one second it was perfect, now you're half way out the door
Aku tahu persis tahun ketika kita berjauhan. Kau membuang muka tiap kali berpapasan denganku. Kau tak lagi menegurku di jejaring sosial. Tak lagi bercanda ria bersamaku di kala senggang. Tidak ada lagi waktu yang kau luangkan demi mendengar celotehku. Tidak ada lagi kau. Empat tahun berlalu dan aku masih belum tahu alasanmu. Empat tahun berlalu, aku masih menaruh harap dan memegang janji. Empat tahun berlalu, aku menangis tersedu kala mengingat dirimu yang makin jauh dari genggamanku.

You didn't mean it, baby
Hingga, aku berkenalan dengan Dani. Kawan baru yang kutemui di kampus hijau. Gerak-geriknya mirip denganmu. Kukira, ia adalah jelmaan dirimu yang jauh dari jangkauanku. Ia menyimpan bayang-bayangmu dan aku suka itu.

Sampai tadi. Ia menegurku tajam. Mengingatkanku betapa lamanya kumuarakan hati ini pada seseorang yang tak tentu. Ya, everything is wrong. I gotta move up.
Malam ini, aku kembali memegang sebuah janji. Bukan lagi janjimu, tetapi janjinya. Kurangkai bunga harapan baru. Semoga jalanku kali ini lebih ramai bertabur kembang dibanding perjalanan tahun-tahun lalu. Semoga saja. Karena bersama dia, aku percaya.

You said forever and always... yeah.

Jogja, 26 Jan 2015.
Ditulis saat semua terlelap
Terima kasih atas kisahmu, kawanku.

Kemiripan kita

Kutemukan beberapa kemiripan dan kebetulan antara kita. Kata temanku, itu tanda-tanda jodoh. Ah, untuk apalah aku banyak berharap. Kau juga tak menyadari kemiripan itu. Mungkin hanya aku yang mencari info tentangmu lalu menghubung-hubungkannya dengan hidupku.

Klise sekali ketika kemiripan ini langsung kusimpulkan ke perihal jodoh.
Dulu, aku kenal dengan seseorang yang mirip ayahku. Hobi dan keahliannya benar-benar sama dengan ayah. Toh, pada akhirnya kami berjauhan. Dia bukan jodohku.

Dulu, kutemui pula orang yang cerdasnya sama seperti ayahku. Haha, maaf bila lelaki yang kutaksir seringkali kubandingkan dengan ayah. Bagiku, ayah memang panutan yang pas dalam mencari pasangan hidup. Toh, pada akhirnya orang itu menghilang juga dari kehidupanku.

Kali ini, aku bertemu kamu. Kamu tak memiliki kemiripan dengan ayah, ibu, atau adikku. Akan tetapi, keberadaan orang-orang terdekatmu mengingatkanku pada seorang pemuda yang kukenal sebelummu. Mirip sekali. Begitupun karakteristikmu.

Akan tetapi, kau adalah kau. Tak bisa kucocok-cocokkan sifatmu dengan yang lain. Tak boleh kuperbandingkan. Setiap orang memiliki ciri khas masing-masing, begitupun kamu.

Malam ini aku cuma mau bilang, "Kita punya beberapa kesamaan." Itu saja. Jodoh atau tidak, itu urusan Allah. Allah yang mengatur. :)

Insomnia

Mataku pedih, kepalaku pening, tetapi aku belum bisa mengarungi alam mimpi. Lagi-lagi insomnia. Kerjaanku sedari tadi hanya membuka-tutup berbagai media sosial milikku demi mencari keberadaan dirimu. Memang nihil, tak ada kabar baru. Tapi, aku melihatmu online sore tadi. Ingin rasanya kusapa, sayangnya aku terlalu malu.

Kau. Tidakkah berniat menyapaku walaupun hanya sepatah dua patah kata saja?
Bukankah dulu kau sering mengabariku?
Mengapa kau datang sekelebat
kemudian
meninggalkanku sekejap mata?
Jangan.
Menjadi penebar perhatian tidaklah baik.
Apalagi penebar harapan.
Jangan, kumohon.

Mungkinkah kau menyadari kesalahanmu lalu bersiap siaga menjaga jarak denganku? Begitu?
I want to say 'I love you' a lot. To you.

Friday, January 23, 2015

Terserah apa kata mereka. Melupakanmu tidak semudah yang mereka kira.

Wednesday, January 21, 2015

Amanah

Saya selalu takut dengan amanah. Aku takut tidak bisa memegangnya dengan baik. Mereka selalu bilang, amanah tidak akan jatuh ke tangan yang salah. Ya, aku tahu itu. Akan tetapi, aku punya hak untuk menolak, bukan? Rasanya sudah cukup aku merasa berdosa pada amanah-amanah yang kuterima dua tahun lalu. Barangkali, aku memang gadis kecil yang tidak bisa dititipkan amanah. Barangkali, aku masih mencari-cari kegiatan yang pas denganku. Loncat sana, loncat sini. Masih galau, kata orang.

Sudah cukup hidup dengan ekspektasi lebih dari masyarakat! "Kamu bisa ini, kan? Sudah, gabung saja. Kamu pasti bisa jadi X, ayo percaya! Ah, kamu pintar, apa-apa nilainya bagus." Huhu, lelah. :(

Well. Maybe I just have a lack of courage. Dunno. :')
Let me live this life the way I want to.

Thursday, January 15, 2015

2015 - Skoliosis

Skoliosis. Masih ingatkah dengan pelajaran Penjaskes di SD dulu? Kifosis, lordosis, dan skoliosis.

Beberapa bulan ini, aku mengeluh sakit punggung. Tak bisa telentang dan menghirup napas panjang. Sakit. Rasanya, tulang rusuk tertarik oleh tulang belakang tiap bernapas. Rasanya dada ditekan kuat-kuat kalau telentang. Belum lagi pegal-pegal tiap bangun tidur.

Kemudian, datanglah temanku berkata bahwa tulang kananku menonjol dibanding yang kiri. Tanteku juga mengatakan hal yang sama. 
Jadilah, 15 Januari 2015 lalu aku ke dokter ortopedi. Dokter Tejo namanya. Dia berperawakan tinggi dan tegak. Dia lebih tinggi dari saya. Hahahha. Pas banget deh jadi dokter spesialis tulang.

Dari sana, aku menuju ruang radiologi. Kunjungan pertamaku ke sana, yeayyyy! (Terus bangga). Bertukar pakaian dengan baju rumah sakit, berdiri di depan kamera khusus, dan voila! Jadilah foto hitam putih bergambar tulang rusuk serta tulang punggungku. Foto x-ray kah itu? Entahlah.

Dua foto hitam itu merogoh kocek Rp320.000,00. Setelah membayar, aku kembali ke ruangan dokter. Di sana, dokter Tejo mengambil penggaris dan mulai mengukur derajat kemiringan tulangku. Hasilnya, tulang atas miring 46% dan tulang bawah miring 30%. Waw, mengejutkan sekali! :( Ternyata sudah miring sebegitunya.

Aku diminta rutin berenang dan backup. Seumur hidup.
Ya Allah, capai juga, ya? Sayangnya, nggak boleh ngeluh. Masih mending disuruh olahraga daripada disuruh mengonsumsi obat. Selain itu, diminta rutin mengecek kondisi tulang tiap enam bulan sekali. Bila kemiringannya melewati angka 50%, bisa operasi. Kata Pak Dokter, “Iya, operasi itu kayak naruh Honda Brio di punggung. Hehehe." Wkwkwkwkwk! Biaya operasi rupanya sekitar Rp100.000.000,00 guyssssss! Mahal juga, ya. :(

Sepupuku sudah dioperasi, sih. Skoliosis 70%. Operasinya bener-bener dari atas sampai nyaris ke tulang ekor. Ngelihat jahitannya itu, lho, nggak kuaaaat. :(

Resolusi 2015 dadakan:
Belajar berenang
Rutin backup
Rajin minum susu
Duduk tegak tiap pagi
Menggemukkan diri >> ngaruh ke otot yang menunjang tulang, ternyata.

Doakan aku, ya, teman-teman.

Xoxo from Jogja! ♡♡♡♡
16 Januari 2015.

Saturday, January 10, 2015

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi.

Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka.

Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial. Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Oh iya, seperti yang saya bilang tadi, ini salon perempuan bukan salon muslimah. Which is mean, kamu tetap harus menjaga auratmu di situ. Entahlah, kali ini saya nakal mengabaikannya karena udah ngebet banget ke salon. (Maaf. Jangan ditiru!)

Saya didampingi kapster Prapti. Orangnya ramah dan asyik diajak ngobrol. Yak, meluncuuuur. Perawatan pertama saya adalah hairspa. Karena tergabung dengan paket, saya hanya mendapatkan varian masker biasa. Ets, jangan khawatir! Kamu bisa memilih masker dengan keharuman lain, kok, dengan menambahkan Rp10.000,00. Flaurent menawarkan keharuman mint, green tea, stroberi, dan cokelat. ♡

Overall, hair spa-nya enak tetapi pijatannya kurang. Hm, mungkin karena saya akan body spa juga? Entahlah. Sembari menunggu maskernya meresap, saya melangkah ke ruangan kedua. Facial, yeay! (Tadi tidak segembira ini) You know-lah, gimana sakitnya di-facial. Eh, tetapi ternyata facial tidak selamanya menyiksa. Kapster Flaurent berhati-hati banget membasmi jerawat kecil dan komedo di wajah.  Alhamdulillah. :'D

Produk yang dipakai adalah Biokos. Sebenarnya, kamu bisa menggantinya dengan DDF dengan biaya tambahan Rp10.000,00. Sayang, saya nggak berani karena khawatir nggak cocok. Saya tak mau breakout lagi. :'D

Next, lanjut ke body spa Flaurent. Ruangan body spa terletak di belakang gedung. Di samping ruangan, tiba-tiba ada beberapa lelaki. PARAH. SYOK ABIS. Kondisinya adalah saya sedang tidak berkerudung. Kok bisa ada laki-laki, sih? Minus. Minus. Minus.

Udahlah, ya, saya nggak perlu ceritakan rangkaian body spa. Pada tahu, kan? :p Btw, mungkin ini perawatan body spa terakhir saya. Bukannya kenapa, saya baru ingat kalau ada batas-batas aurat antarperempuan. So, merawat diri di rumah juga bisa ;)

Loncat ke penilaian aja, ya.

Kelebihan:
-kapster ramah
-masker rambutnya wangi
-facial tidak terlalu sakit
-murah
-ada camilan gratis :9
-kursi sauna dari kayu, bukan sauna abal-abal dari kain macam plastik. Nice

Kekurangan:
-kurangnya privasi di ruangan body spa. Satu ruangan ada tiga tempat tidur, kursi sauna, dan kamar mandi. Tiap tempat tidur dipisahkan tirai panjang. Sayang, kamar mandinya hanya dipasangkan tirai. Ckckc. Andai saja diletakkan di ruangan terpisah
-kapster terpatok sama waktu. "Mbak, bersih-bersihnya 15 menit, ya.", "Mbak, perawatan ini 30 menit, ya." Sedikit ganggu menurutku karena membuat pelanggan nggak santai
-ada laki-laki di lingkungan salon
-hasil blow tidak rapi. Terkesan kapsternya buru-buru dan sekadar mengeringkan rambut saja
-merangkap beberapa perawatan sekaligus. Hair spa paling awal, tetapi dibasuh paling akhir. Gils
-ramai banget!

I give 3 stars from 5.
☆☆☆