Wednesday, June 29, 2016

Terpojok

Jika memang kau suka, tak perlu diutarakan terang-terangan
Kode-kode secuil, sih, tidak masalah
Bagaimana jika dia tidak menyimpan perasaan yang sama?
Bukankah kau akan merasa malu dan tersakiti?
Maka itulah, janganlah kau berlebihan mengutarakan rasa.

Pernah kukatakan, jangan membuat seseorang merasa terpojok dengan tingkahmu. Ketika kau mengaku suka pada seseorang, menguber-uber dia, sementara dia risih dengan perilakumu, kau sudah menempatkan orang yang kau cinta pada posisi terpojok itu. Dia mau menolak, tetapi tak enak. Nanti kau sedih, timbangnya. 

Jauh lebih aman ketika kau simpan saja perasaan itu seorang diri.
Kau tidak perlu memberatkan siapa-siapa.

Sianida?

Sianida. Mahasiswa-mahasiswi semester akhir pasti tak asing lagi dengan akronim ini. Sianida stands for siap nikah setelah wisuda. Hahaha, lucu ya? Beberapa kawanku memprotes tulisan-tulisanku di blog dan Facebook akhir-akhir ini. Kata mereka, "Kok selepas sidang, postingan Nanad berputar di masalah jodoh melulu?" Aku juga tidak tahu pasti mengapa aku menulis soal itu. Barangkali karena atmosfer dunia di luar kampus mulai merasukiku. Aku harus memikirkan rencana selepas kuliah berikut cara menggapainya. Menikah tentu masuk dalam daftar walaupun waktunya masih nanti-nanti. Setidaknya, itu topik yang wajar bagi anak muda sepantaranku. Beberapa teman mulai menyebar undangan, yang punya pacar tinggal ngumpulin duit sambil mematangkan persiapan, yang memilih taarufan santai menunggu CV berdatangan, yang sudah nikah tentu sibuk menikmati hidup baru bersama pasangan. Yuhu, aku nggak galau! Tapi... tapi apa? Yaaaa, jadi tersentak saja, persiapan apa yang sudah kulakukan? Ngngng... (bingung)

Persiapan perasaan kali, ya?
Hahahaha. Itu mah ceklis.
Persiapan kalau tahu-tahu ditinggal nikah?
Itu juga ceklis. Air mata selalu siap sedia. Hahaha, merana betul.
Persiapan...
Tahu, ah. Ribet!

Ini kocak betul, ih! Target sungguh masih lama, tetapi ternyata hati punya suara sendiri. Ah, single fighter, semoga selalu dikuatkan. Semoga dikuatkan untuk mencapai target-target tertentu dan tidak dikacaukan oleh pikiran nyeleneh macam ini. Apa, sih, remeh banget mikirin remah-remah perasaan. Berserakan. 

Jangan hilang fokus!
Jika cinta, ia pasti sudi menunggu.
Jika ditakdirkan untukmu, ia pasti tak akan ke mana-mana.
Jika satu visi, ia pasti memaklumi cita-cita pribadi.

...aih, tetapi bolehkah perasaanmu dikunci untukku saja?
sembari kita merapatkan jarak
untuk bersua dan bergenggaman tangan...

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Saturday, June 25, 2016

Jatuh Cinta

Kuterpikat pada tuturmu
Aku tersihir jiwamu
Terkagum pada pandangmu
Caramu melihat dunia
Kuharap kau tahu bahwa kuterinspirasi hatimu
Kutak harus memilikimu tapi bolehkah ku selalu di dekatmu
(Raisa, "Jatuh Hati")

Aku ingin hadirmu, di sini, setiap hari
di hati dan di sisi.
Aku ingin bercerita apa saja yang melintasi pikirku
setiap detik, setiap waktu.
Aku ingin kau menaruh tatapan
dan memasang pendengaran
acapkali aku mengisahkan sesuatu.
Aku ingin kau tersenyum
tatkala aku melakukan hal-hal konyol
atau karena kau bahagia ada aku.

Hatiku telanjur terpikat-terikat.
Aku ingin kita begini, di sini, setiap saat.

Sunday, June 19, 2016

Kenangan di Blackberry

Pagi ini baru menyalakan ponsel Blackberry setelah berbulan-bulan teronggok di lemari. Aku memutakhirkan aplikasi WhatsApp dan BBM agar bisa kugunakan kembali. Waktu terakhir aku login di WhatsApp ternyata Agustus 2015, nyaris setahun lalu. Semua obrolan masih tersimpan sempurna. Juga obrolan kita yang dulu.

Kata sahabat terdekatku, "Kalau kamu masih sedih tiap ingat dia, berarti kamu belum move on sepenuhnya," Siapa bilang aku sedih? Aku menangis saja, kok. (tertawa getir)

Well...
Mungkin aku tipikal orang yang menghargai setiap momen, baik momen indah atau pahit. Sampai sekarang, aku bahkan menangis atau merasa hampa tiap melihat foto atau bertemu orang yang kusukai dulu. Memang tidak setiap orang memorable, kalau sekadar taksir pastilah aku biasa saja. Akan tetapi, ada beberapa sosok yang memberikan pengaruh besar di hidupku, tentunya tidak bisa dilupakan begitu saja. Ada yang pertama kali mengenalkan pengalaman saling mencintai, ada yang mengantarkanku ke gerbang cita-cita, ada yang memperkenalkan hangatnya sebuah keluarga, ada yang mengubah perspektif hidupku, dan lain-lain. Sosok-sosok itulah yang membuatku seolah tidak bisa move on, padahal sudahlah kutemukan penggantinya. 

Jadi, kenapa menangis?
Coba kau tanyai hatiku
Mengapa ia betah sekali menyimpan nama-nama kalian di sana
Padahal yang tersisa tinggallah luka
Canda tawa yang dulu raib entah ke mana
Seolah tidak pernah ada.

Cemburu dan Cemas

Aku, entahlah, akhir-akhir ini lekas terbakar api cemburu. Kalau sudah begitu, aku lantas uring-uringan tidak mau lagi memikirkanmu atau malah menangis. Padahal apa yang kucemburui, hanya masa lalu. Aku juga punya masa lalu yang bisa saja kau cemburui, tetapi sepertinya kau cukup rasional untuk tidak menghiraukannya. Ini tampaknya dipengaruhi oleh sifat perempuan yang sungguh peka dan laki-laki yang cenderung lebih cuek. Lagipula, masa lalu itu bukan untuk diungkit, tetapi cukup disimpan dalam kenangan untuk diambil pelajaran.

Iya, tetapi...
Aku memang cemburu pada orang-orang yang pernah menemanimu setiap hari
Ke mana pun kau melangkah
Kapan pun kau ingin melanglang 
Berapa lama pun kau memutuskan untuk singgah
Mereka berdiri bersisian denganmu
Sementara aku dengan segala keterbatasan yang kumiliki
Tentu tidak bisa berbuat hal yang sama
Hanya doa yang bisa kukirimkan untuk menemanimu tatkala sendiri

Aku juga cemburu pada orang-orang yang cocok bercengkrama denganmu
Satu kegemaran denganmu
Satu pemikiran denganmu
Satu suara dengan mimpi-mimpi masa depanmu

Kita banyak tidak cocoknya, kukira
Kenyataan itu membuat aku was-was sendiri
Kalau memang kita tidak menemukan kecocokan, bagaimana?

Kecemburuanku sungguh tidak beralasan
Untuk apa pula kau kucemburui, padahal kau bukan siapa-siapaku
Atau setidaknya belum menjadi siapa-siapaku
Kecemburuan ini hanya mengantarkanku pada gerbang kecemasan
Bagaimana bila tidak pernah ada aku dan kau di masa yang akan datang?
Jikalau begitu, bukankah tidak usah kita mulai sedari mula?
Aku cuma tidak ingin perasaanku sia-sia
Walaupun tak pernah ada istilah sia-sia jika menyangkut engkau.

Friday, June 17, 2016

Muara Rindu

Andaikata bisa kuterangkan perasaan di hati,
Tentu rinduku sahaja yang engkau temui
Tapi aku payah berkata-kata, kasih
Lidahku kelu sekonyong-konyong
Jemariku pun mendadak kaku
Acapkali ingin kutuliskan kabarku
atau kutanyakan keaadanmu

Tapi rindu yang bertumpuk tinggi ini
Benar adanya tersimpan di hati
Janganlah engkau sangsi
Oleh sebab
Rinduku ini satu sahaja muaranya
Menuju engkau
Menuju engkau.

Thursday, June 16, 2016

Syarh Hadis Arba'in An-Nawawi: 11

"Abu Muhammad al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib ra. cucu kesayangan Rasulullah SAW berkata, 'Aku hafal sabda Rasulullah SAW, "Tinggalkan perkara yang meragukanmu dan kerjakan perkara yang tidak meragukanmu.'" (HR Tirmidzi dan Nasa'i, Tirmidzi berkata: “Hadis ini hasan shahih”)

Sebelum membahas kandungan hadis, baiknya kita mengenal terlebih dahulu sosok Abu Muhammad Al Hasan bin Abi Thalib. Beliau adalah cucu Rasulullah, anak dari Ali bin Abi Thalib, dan saudara Al Husain. Beliau memiliki nama kunyah (nama yang diawali dengan abu/ummu) Abu Muhammad, sementara saudaranya, Al Husain, memiliki nama kunyah Abu Abdillah. Beliau lahir pada 3 H, sementara Al Husain lahir pada 4 H. Ketika Al Hasan lahir, sang ayah ingin memberinya nama Harb 'perang', namun Rasulullah menggantinya menjadi Al Hasan. Ketika Al Husein lahir, Ali bin Abi Thalib kembali menamainya Harb, tetapi Rasulullah segera menggantinya. Hal yang sama juga terjadi pada Muhsin, anak ketiga Ali bin Abi Thalib. Ini menandakan bahwa pentingnya memberi nama-nama yang baik pada anak.


Hasan dan Husain dijuluki sebagai roihanah-nya Rasulullah. Roihanah adalah bunga wangi semerbak dan indah. Dikatakan seperti itu karena mereka berdua sering diciumi Rasulullah. Keduanya adalah pemimpin para pemuda di surga. Al Hasan bersama Rasulullah hanya sampai ia berumur 7 tahun karena Rasulullah meninggal pada 9 H. Kedudukan Al Hasan lebih mulia daripada Al Husain, tetapi kaum Syiah lebih mengagung-agungkan Al Husain karena beliau wafat di Karbala. 


Berkaitan dengan Al Hasan, Rasulullah memberitakan bahwa Al Hasan akan mendamaikan dua kelompok kaum muslimin. Beberapa tahun kemudian, dugaan Rasulullah terbukti. Al Hasan mendamaikan penduduk Iraq dan Syam karena penduduk Syam telah membaiat Muawiyah menjadi khalifah, padahal penduduk Iraq telah lebih dulu membaiat Al Hasan. Al Hasan mengalah dan membiarkan Muawiyah menjadi khalifah demi terciptanya kerukunan antara dua kelompok ini. Penduduk Iraq dan Al Husain menyayangkan keputusan Al Hasan.


Kembali ke pembahasan hadis, "Tinggalkan perkara yang meragukanmu dan kerjakan perkara yang tidak meragukanmu,". Hadis ini dihukumi hasan sahih oleh Imam Tirmidzi. Hadis hasan sahih bermakna:

1. Apabila ada dua jalur sanad maka satu sanad hasan, satunya lagi sahih
2. Apabila hanya terdapat satu jalur sanad maka oleh sebagian ahli hadis dihukumi sahih dan oleh ahli hadis lainnya dihukumi hasan 

Makna hadis ini mirip dengan hadis arba'in yang keenam, yakni sama-sama berkata tentang meninggalkan syubhat (perkara yang samar). 


Faidah hadis ini:

1. Islam tidak mengajarkan umatnya memiliki keresahan. Jika menginginkan ketenangan maka tinggalkanlah perkara-perkara yang meragukan.
2. Jika keraguan berbenturan dengan keyakinan maka kita pilih yang meyakinkan. Hal ini sejalan dengan kaidah fikih Al yaqina la yazulu bi syakk 'keyakinan tidak bisa dihilangkan karena adanya keraguan'. Misal, seseorang telah berwudu lalu ia ragu apakah wudunya batal atau tidak maka wudunya tetap dianggap sah. Intinya, mana yang lebih meyakinkan di hati, itu yang diambil.

*Kajian Syarh An-Nawawi rutin dilaksanakan selama 20 Ramadan awal kecuali tiap Selasa dan Jumat pada pukul 08.30--10.00 di selasar selatan Masjid Ukhuwah Islamiyah, Universitas Indonesia. Kajian pada hari Sabtu dan Minggu tetap ada.

Sumber:
Mistu, Musthafa Dieb Al-Bugha Muhyidin. 2016. Al-Wafi Syarah Kitab Arba'in An-Nawawiyah: Menyelami Makna 40 Hadits Rasulullah. Jakarta: Al'I'tishom.
http://kajian-islam.id/mengenal-hadits-hasan/
http://abul-jauzaa.blogspot.co.id/2009/04/fiqh-pemberian-nama-dan-hal-hal-yang.html
https://mahluktermulia.wordpress.com/2010/04/17/hasan-dan-husein/
https://konsultasisyariah.com/397-hukum-nama-kunyah.html

Wednesday, June 15, 2016

Saya Ibu Rumah Tangga, Nak!

Setelah kemarin saya mendapatkan wejangan dari dosen untuk menuntaskan studi setinggi-tingginya sebelum memikirkan urusan jodoh, sekarang saya mendapat kesempatan berdialog dengan seorang dosen favorit saya. Beliau menawarkan pandangan yang berbeda.
N: Bu, penerus bidang ini jika nanti profesor itu tidak ada, Ibu, kan?
D: Nah, itu dia, Nak. Saya belum S-3. Sudah banyak juga yang mendorong saya lanjut kuliah, termasuk suami saya.
N: Iya, lanjut aja, Bu.
D: Akan tetapi, nanti siapa yang mengurus anak-anak? Dulu ketika saya mengerjakan penelitian dan begadang saja, si kecil tidak bisa tidur kalau saya belum tidur. Itu baru penelitian kecil, bagaimana disertasi?
N: Iya juga sih, ya...
D: Ketika suami saya lanjut S-3 dan anak-anak mau merecoki ayahnya, mereka bisa main sama saya, tetapi kalau nanti saya S-3, bagaimana mungkin ayahnya yang ngurus sementara dia juga sibuk?
N: (diam seribu bahasa)
N: Jadi, Ibu ada kemungkinan lanjut S-3 kalau anak-anak sudah besar ya, Bu?
D: Belum tentu juga, Nak. Ya nanti kalau saya berani daftar SIMAK, berarti saya sudah siap. Tidak harus menunggu mereka besar juga. Tidak apa-apa, pekerjaan utama saya itu ibu.
D: Setiap pagi saya antar anak-anak sekolah, ikut rapat orang tua ini itu, sampai-sampai ada sekumpulan ibu yang menanyakan saya masih bekerja sebagai dosen atau tidak saking seringnya terlihat di sekolah. Hahaha.
N: Iya, Ibu sepertinya aktif banget di sekolah anak.
D: Iya, Nak. Apa ya...masa tumbuh kembang anak itu tidak bisa diulang. Pendidikan bisa ditunda, tetapi anak? Anak itu butuh kehadiran orang tuanya. Jangan sampai mereka merasa tidak diperhatikan.
N: (diam seribu bahasa lagi) (seketika merefleksi masa kecil) Betul, Bu. Ibu saya wanita karir dan jarang berada di rumah. Ya terkadang saya merasa kesepian, tetapi positifnya saya memang jadi anak yang mandiri. Semua ada positif negatifnya.
D: Iya, semua ada pilihannya. Saya memilih ibu rumah tangga sebagai pekerjaan utama saya.
--

Barakallahu fiik, Bu! Sungguh pahala tiada putus-putusnya untuk engkau yang begitu totalitas mengabdi untuk keluarga. Hidup ini memang penuh pilihan, bukan? Jika sudah memilih maka pastikan engkau berbahagia dengan pilihanmu itu. :)

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Monday, June 13, 2016

Ngobrol Cantik Bareng Profesor

Seru, ya, ngobrol sama profesor dan tahu sedikit perihal pengalaman hidupnya. Bisa sekalian jadi penambah semangat.

"Bu, saya dengar Ibu sempat meneliti bahasa daerah di pedalaman, ya? Itu sesaat setelah Ibu sarjana atau lulus S-2 atau S-3?"
"Wah, saya setelah S-1 langsung lanjut S-2 ke Prancis. Di sana, saya malah diharuskan berkuliah S-2 jurusan fonetik dulu oleh profesor sebelum mengambil S-2 geolinguistik jadi gelar S-2 saya ganda. Saya tuntaskan 2,5 tahun untuk dua gelar itu, satu tahun lebih masing-masing. (gile, keren berat!)
"Wih, cepat banget ya, Bu? Keren banget."
"Haha, ya namanya beasiswa kan, Nak. Saya nggak bisa lama-lama di sana. Itu juga mati-matian nuntasinnya, summer saja nggak libur."
"Setelah lulus Ibu langsung gabung sama penelitian LIPI itu, ya?"
"Oh nggak. Selepas lulus, saya langsung meneliti untuk S-3. Jadi, saya itu sampai S-3 kuliah terus tanpa putus. || Reaksiku: (takjub) (pasang muka kaget) wkwkwk.
"Cuma ya, lantas saya diprotes sama keluarga, 'Kamu itu kuliah terus. Kapan nikahnya?' Haha, akhirnya saya nikah pas S-3. Ujian disertasi saya agak terlambat karena saya saat itu punya anak."
"Wah, haha iya, Bu. Biasanya itu yang rewel malah keluarga, padahal kitanya sendiri mah santai saja."
"Iya, memang begitu. Kita kan perempuan, ya, mau nggak mau dihadapkan pada banyak urusan seperti pendidikan dan keluarga. Repot kalau disambi makanya saya memilih studi dulu sampai selesai baru menikah."
"Iya, setuju sekali, Bu."
--

Wuaaaa, prof satu ini sukses menjadi mood booster untuk menuntaskan skripsi dan meraih mimpi-mimpi. Men, andaikata aku diberi kesempatan untuk terus lanjut studi dan dimudahkan jalannya seperti Prof. Mia, barangkali merupakan pilihan tepat untuk kuliah sampai memasuki jenjang S-3 baru kemudian menikah. (ketularan kisah hidup beliau, wkwk) Ya, tetapi jodoh siapa yang bisa menduga kapan datangnya dan bagaimana rupanya? Kali gitu dapat jodoh bule seperti profesorku yang satu ini. Yang penting, nggak usah menitikberatkan hidupmu ke situ kalau memang masih banyak pencapaian pribadi yang ingin kamu lakukan. Studi dulu, baru pikir nikah. :)))))

Mangga kalau berbeda pendapat. Haha, prioritas tiap orang berbeda. Nggak masalah, yang penting kamu punya arah dan tujuan hidup. Yang berabe itu kalau kamu memilih gone with the wind doang. Set your goals from now on! :D

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Sunday, June 12, 2016

Kapsul Waktu: Ada Kamu

Ada kamu di daftar keinginanku tahun lalu. Sempat ada namamu kutuliskan di situ. Hari ini kudengar pembacaan kapsul waktuku oleh seorang teman di angkatan. Sedikit hambar kurasa ketika ia menyebutkan kamu. Masalahnya, tidak ada lagi kamu, baik di hati maupun di angan-angan.

Setahun berjalan sudah dan aku sudah menyerah. Lelah mempertahankan rasa dalam kepura-puraan bahwa aku baik-baik saja acapkali kamu bercerita tentang dia. Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk memutuskan; apakah mempertahankan atau melepaskan? Aku akhirnya memilih untuk melepaskan walaupun rasanya...ya sakit. What did you expect?

Melepaskan itu memaafkan. Memaafkan semua yang menyakiti hati, menerima semua yang telah terjadi, dan merelakan semua kemungkinan larut dalam mimpi-mimpi.

Ada kamu di daftar keinginanku tahun lalu. Cukuplah itu menjadi penanda bahwa aku memang sempat jatuh cinta dan ingin benar padamu.
--

Semakin berjalannya waktu dan bertambahnya kedewasaan, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa tidak setiap mimpi harus diwujudkan. Ada mimpi yang akhirnya terlelap dan terlupakan di minda, itu bukan masalah. Ada mimpi yang harus terkubur dalam, itu pun bukan masalah. Mimpi yang terkenang di angan bukan lagi masalah asal kita tidak pernah berhenti menumbuhkan mimpi-mimpi baru. Toh, tidak semua yang kita inginkan diberi sama Tuhan, bukan?

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Wednesday, June 8, 2016

Kajian Syarah An-Nawawi

Pagi ini aku ada jadwal kajian di MUI. Itulah mengapa pukul 08.30 aku sudah mandi dan bersiap-siap pergi (padahal sedang libur!) Forum Kajian Islam Universitas Indonesia (FKI UI) mengadakan kajian selama 20 hari pertama Ramadan tiap hari Senin, Rabu, dan Kamis yang akan membahas Syarah Arbain Nawawi. Kajian ini diadakan di selasar selatan Masjid UI (MUI), hehe kalau kamu mau mampir silakan saja datang ke selasar selatan, cari hijab kain biru, ya! :)

Hadis arbain yang dikumpulkan oleh Imam An-Nawawi termasuk hadis sahih--yang juga diambil dari HR Bukhari Muslim--dan mencakup hal-hal penting. HR Bukhari Muslim mah kitab hadis yang penting banget, ya. Sebelum adanya HR Bukhari Muslim ini, Imam Syafi'i pernah bilang, "Kitab paling sahih setelah Alquran itu adalah kitab Al Muwatta' karangan Imam Malik."

Hari ini fokus membahas hadis pertama yang berbunyi, "Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Khattab ra. berkata, 'Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Semua amal perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa berhijrah karena dunia yang ia cari atau wanita yang ingin ia nikahi maka hijrahnya untuk apa yang ia tuju.'"

Kata ustaz, "Sudah sepatutnya bagi orang yang merindukan akhirat untuk mempelajari hadis ini." Segitu pentingnyakah hadis arbain yang ini? Iya, soalnya hadis ini adalah separuh dari ajaran Islam. Agama itu bertumpu pada dua hal, sisi lahiriyah (amal perbuatan) dan sisi batiniyah (niat). Betapa pentingnya niat itu sebelum melakukan amalan.

Julukan amirul mukminin (pemimpin bagi orang yang beriman) diberikan kepada Umar bin Khattab. Namun, sebelum Umar, seorang sahabat Rasulullah bernama Abdullah bin Jahsy juga mendapat gelar amirul mukminin, ya tetapi kata ustaz ini gelar secara khusus karena yang dipimpin saat itu hanya sebagian kecil, sementara Umar memimpin banyak umat. Jadi, amirul mukminin secara umum itu gelarnya Umar. Nah, ada yang tahu gelar khalifatur rasulillah (pengganti Rasulullah) diberikan kepada siapa? Yes, Abu Bakr as Siddiq!

Umar bin Khattab ini jadi khalifah pada 13 H dan meninggal pada 23 H. Itu berarti beliau memimpin umat Islam selama 10 tahun lamanya. Umar bin Khattab ini umurnya berbeda 13 tahun dengan Rasulullah dan meninggal pada umur 63 tahun, seperti Rasulullah dan Abu Bakr. Umar bin Khattab meninggal karena dibunuh oleh Abu Lu'lu'ah, seorang budak beragama Majusi. Untuk kisah lengkapnya, coba kalian cari di buku atau internet. :)

Nah, balik lagi soal niat, niat itu membedakan sesuatu itu ibadah atau bukan dan membedakan kepada siapa ia tujukan ibadahnya itu, kepada Allah atau bukan. Salah satu kaidah fikih perihal niat, yakni al-Umuru bi Maqashidiha, berangkat dari hadis ini.

"Barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya." Kalimat ini menyiratkan hukum berhijrah. Hijrah itu hukumnya wajib bagi seseorang yang tinggal di negeri kafir. Hijrah pun nggak melulu perpindahan tempat, kok, kamu yang sedang berusaha meninggalkan sifat-sifat buruk dan mencoba mendalami agama Allah juga disebut muhajir--seseorang yang berhijrah.

"Dan barangsiapa berhijrah karena dunia yang ia cari atau wanita yang ingin ia nikahi maka hijrahnya untuk apa yang ia tuju." Mengapa setelah dunia disebutkan wanita padahal wanita itu juga termasuk dunia? Ini untuk penegasan secara khusus aja, sih, karena wanita dan harta itulah yang membuat banyak manusia menyeleweng. Hm, entah mesti bersikap apa mendengar hal ini antara senang dan sedih juga. Segitu berharganya perempuan sampai dikejar-kejar dan segitu berbahayanya perempuan karena bisa membuat seseorang berdosa. Perempuan, jaga sikapmu, ya. :')

Hadis arbain pertama ini termasuk hadis masyhur, namun sebelumnya tergolong hadis gharib. Wait, jadi penggolongan hadis menurut jumlah jalan periwayatannya terbagi atas tiga, yakni hadis gharib, aziz, dan masyhur. Hadis gharib adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu orang perawi, hadis aziz itu diriwayatkan oleh dua perawi pada tiap tingkatan sanad, dan hadis masyhur itu diriwayatkan oleh tiga perawi atau lebih pada tiap tingkatan sanad. Nah, hadis ini pertama kali diriwayatkan oleh Umar bin Khattab dan hanya beliau yang meriwayatkannya saat itu. Beliau kemudian menurunkannya ke Alqamah bin Abi Waqqash, lalu Muhammad bin Ibrahim meriwayatkannya dari Alqamah, lalu Yahya bin Sa'd al Anshari meriwayatkannya dari Muhammad. Setelah itu, barulah hadis ini diriwayatkan oleh banyak orang. :)

Niat itu tidak perlu dilafazkan, ya, cukup dalam hati. Allah itu mengetahui apa yang ada di hati manusia. Ada yang berkata orang dengan mazhab Syafi'i itu melafazkan niat. Pendapat itu berangkat dari perkataan Imam Syafi'i yang berbunyi, "Jika seseorang berniat berhaji atau umrah maka itu sah walaupun tidak diucapkan. Berbeda dengan salat, salat tidak sah kecuali dengan pengucapan." Sadly, ada ulama Syafi'iyah yang telah salah menafsirkan perkataan beliau. Hal ini kemudian diklarifikasi oleh Imam An-Nawawi, "Para ulama mazhab kami berkata, yang berkata demikian telah salah. Bukanlah maksud Imam Syafi'i itu melafalkan niat dalam salat, namun maksudnya adalah takbir." (Al Majmu', 3/243) So, niat apa pun kamu, mau niat salat, puasa, atau lainnya, cukup dalam hati, ya! :)
--

Senang, lho, bisa ikut kajian ini! Hehe, memang sih syarah atau penjelasan dari hadis arbain bisa kamu temukan di buku-buku, contohnya di buku Al-Wafi yang baru aku beli hari ini. Akan tetapi, mengikuti kajian bersama ustaz yang mumpuni bisa memberikan kamu wawasan baru. Contohnya saja istilah amirul mukminin, kisah Umar bin Khattab, bahkan ilmu penggolongan hadis tadi dijelaskan langsung oleh ustaz. Bermanfaat, kok, insyaAllah. Lagipula, apa yang lebih menyenangkan dan menenangkan daripada berkumpul dengan orang saleh dan salihah? :)

Sumber:
Mistu, Musthafa Dieb Al-Bugha Muhyidin. 2016. Al-Wafi Syarah Kitab Arba'in An-Nawawiyah: Menyelami Makna 40 Hadits Rasulullah. Jakarta: Al'I'tishom.
http://www.abufurqan.net/mengenal-hadits-masyhur-aziz-dan-gharib/
http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/ulumul-hadits/hadist/891/hadits-pertama-arbain-nawawi.html
http://islamiwiki.blogspot.co.id/2013/06/sekilas-tentang-kitab-al-muwatta-imam.html#.V1fBapGKTIV
https://www.facebook.com/notes/oos-depok/kisah-terbunuhnya-umar-bin-khattab-penulis-al-imam-al-hafizh-ibnu-katsir/10150643379888386/
https://muslim.or.id/10689-polemik-pelafalan-niat-dalam-ibadah.html

Sunday, June 5, 2016

Bianglala

Siang itu di foodcourt sebuah mal. Aku mengutak-atik ponsel dan mengecek medsos satu per satu. Kutemukan dirimu lalu aku berhenti. Dadaku serasa ditekan godam secara tiba-tiba dan napas mendadak sesak. Andaikata aku sendiri, mungkin air mataku kubiarkan mengaliri pipi tanpa harus kutahan-tahan seperti ini.

Kalau aku minta kamunya pergi, boleh?
Kalau aku minta kamunya berhenti, bisa?
Tapi sayangnya, aku nggak berani minta itu semua
Karena aku yang nggak mau.

Kita seperti naik bianglala, kau tahu?
Kau membelikan tiket, aku ikut saja
Berputar-putar di udara tanpa ada niatan turun menjejak bumi
Kau terus dan terus membeli tiket agar kita tidak perlu turun
Lebih menyenangkan begini, katamu
Lebih bebas seperti ini, lepas dari kewajiban untuk sesaat
Aku...yang sedari mula manut saja, manggut-manggut

Sampai waktunya aku mulai lelah dan pusing
Berputar-putar tanpa tujuan itu melelahkan
Bahkan bersama kamu
Ternyata tidak juga mengusir pusing dan lelahku
Ingin kuajak kau turun, tetapi aku tidak berani
Toh, kau yang membelikanku tiket
Tapi, aku harus turun
Bisa mabuk aku bila seperti ini melulu

"Aku mau turun."
"Kenapa? Di sini saja bersamaku."
"Sudah dua jam kita di sini. Mau berapa putaran lagi?"
"Lihat nanti, ya. Aku belum mau turun."
"Kau selalu begitu. Kau lari dari tanggung jawab, kau tahu?"
Kau diam. Aku terus mencerocos.
"Kenapa? Masih banyak kewajiban yang mesti kau dan aku tunaikan, tetapi kenapa kau bawa aku lari ke sini? Aku mau turun."
Lalu kau memberiku jawaban yang sudah kuduga sedari mula.
"Ya sudah kalau maumu begitu. Silakan turun duluan. Maaf tidak bisa menemani pulang ke rumah."
Setelah melewati beberapa ya sudah, aku turun. Acapkali kau mengajakku ke arena bianglala, kau selalu saja diam dan berdalih belum mau atau belum siap ketika kuajak turun. Lantas, mengapa membawaku sejauh ini?

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Friday, June 3, 2016

What's your signature color?

Akhir-akhir ini, aku baru sadar koleksi lipstikku banyakan merah tua dan nude cokelat. Warna-warna yang kata orang tidak menarik. "Nad, mestinya lipstik itu pink, kenapa kamu cari warna cokelat? Malah nggak kelihatan lipstiknya," temanku berpendapat.

I don't know, it seems that I can not pull off pink shades. Aku punya satu lipstik shocking pink yang membuat aku syok juga lihatnya. Hahaha, kulitku kelihatan makin kusam dengan lipstik itu. Ada juga lipstik pink kemerahanku yang manis banget, tetapi ya nggak pink asli, malah dominan warna merah. Warna nude pink juga ada dan memang manis kelihatannya. Cuma ya itu dia, jumlah lipstik merah mudaku kalah jauh dengan lipstik warna gelap lain. Penasaran, sih, dengan warna fuchsia, magenta, dan pink yang benar-benar pink. Nantilah, ya. :)

Beberapa lipstik terakhirku malah warna ala-ala vampir, yakni deep red dan burgundy. Kocak, ya. Tampak kesan sultry look dan mature look yang dihasilkan pulasan lipstik tersebut. Fiks kayak tante-tante kantoran. Herannya, aku nggak keberatan dibilang kayak orang kantoran karena memang sedari dulu aku mau berpenampilan ala mereka. Aku bahkan berniat mengoleksi blazer walaupun entah untuk apa. Aku, kan, nggak niat kerja di perusahaan, hahahah. Ya, aku suka aja berpenampilan formal and people could take me seriously.

Balik ke lipstik, menurutku ini masalah selera. Kalau ada orang yang suka warna segar, seperti warna oranye dan coral, ya persilakan saja ia memakai warna itu sepanjang hari. Kalau ada yang lebih suka berpenampilan feminin dengan sentuhan warna pink, ya boleh-boleh saja. Juga kalau ada yang suka warna-warna gelap, ya biarkan saja. Selera tiap orang nggak bisa dipaksakan, bukan?

Haha apaan sih, akhir pekan malah bahas lipstik. Mestinya bahas revisi, tetapi ya sudahlah... mari kita nikmati dulu akhir pekan yang indah ini.

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Thursday, June 2, 2016

Nanti, setiap hari

Malam ini tidak bisa tidur. Padahal, hal yang menjadi buah pikiran sangatlah sederhana, hanya sebuah kejadian yang masih di angan. Jika tiap pagi sarapanmu kusiapkan, kau mau? Tidak hanya sesederhana ini, nanti. Tidak hanya sesekali, nanti. Setiap hari, di dapur yang sama, di meja yang sama ada kita berdua. Mungkin sesekali kita makan di luar, candle light dinner restoran atau menikmati angin sepoi-sepoi di bangku taman bersama dua kotak takeaway makanan. Mungkin juga nanti tak hanya berdua, tetapi bertiga atau bahkan berempat. Katanya, makan bersama itu elemen penting dalam sebuah keluarga. Kita tidak pernah lupa meluangkan waktu untuk itu. Kau dan aku paling anti lembur di kantor agar bisa makan bersama dan bertukar cerita atau berbagi keheningan. Tak jarang kita menikmati makanan di piring masing-masing sedang sunyi menyelimuti. Kau dan aku hanya perlu memastikan ada di sisi satu sama lain. Ada duduk di sana, dapat diperhatikan dengan kedua bola mata, dapat dirasakan hadirnya dengan telinga, dan dapat disentuh dengan kulit tangan.
--

Jengjengjeng, baper baca tulisan sendiri. Semakin tidak bisa tidur. Mari berdoa. Doa agar dapat segera istirahat di malam buta dan doa agar segera dipersandingkan. Eh, mesti ketemu dulu, ya, sebelum bersatu? Benar juga kamu! Oke, doa agar segera dipertemukan. Kalau sudah ketemu, mari berdoa agar diberi keyakinan untuk bersama. Ya, selamat tidur, kamu.

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Mengunggah foto

Halo, selamat malam! :)

Hari ini aku mau bahas foto. Perempuan mana, sih, yang nggak suka berfoto? Hehe, rasanya semua suka, ya. Nah, terus, siapa juga yang nggak pengin eksis di medsos dengan mengunggah kenarsisan bareng teman, keluarga, atau sekadar swafoto yang diambil berulangkali? Keinginan dipuji cantik atau manis tatkala mengunggah foto tersebut tentu bersemayam di hati kecil perempuan. Semua perempuan mau dikatakan cantik, semua perempuan mau dipuji menarik.

Hal yang sama juga berlaku padaku. Beberapa hari lalu, aku mengunggah sebuah foto yang menurutku...ng...bukan aku yang biasa. Aku yang memakai lipstik merah berfoto dengan gaya setengah duckface. Awalnya kukira lucu jadi kuunggah di sebuah medsos. Kemudian, komentar berdatangan, baik dari teman perempuan maupun laki-laki. Ada yang komen cantik, manis, cetar, sampai subhanAllah. Kalau dari perempuan aku nggak masalah, tetapi laki-laki? Mereka sampai ngomong subhanAllah atau pasang ekspresi kaget gitu, ya akunya malu banget, lah! Jujur aja, risih jadinya. Risih ketika tahu ada laki-laki yang mengecek fotoku kemudian berkomentar seperti itu. Aku...bisa jadi udah buat mereka berpikiran yang nggak bener melalui fotoku itu. Dosa banget aku, teh.

Mana kemarin dikomentari juga sama seorang senior, "Ckck, akhawat zaman sekarang. :)" Mampus, hahahahahaha.

Dilema memang soal dunia perfotoan ini karena aku masih suka berfoto. Aku bukan tipikal mbak-mbak Facebook yang cuma ngunggah gambar kartun atau foto alam sebagai foto profil. Hiks, tetapi di sisi lain, aku nggak mau dapat komentar dari laki-laki. Dilema nian. T~T Barangkali makeup dan gaya berfoto harus dibuat sebiasa mungkin, ya...

Cheers,
Nadia Almira Sagitta