tag:blogger.com,1999:blog-33120371987355521302024-03-13T08:06:22.562-07:00Nadia's StoryNadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.comBlogger585125tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-63703185443163973192016-08-24T01:28:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.515-07:00Sebatas Itu<p dir="ltr">Jika peranku sebatas penyemangat dan pendengarmu, aku tidak mengapa. Sedari dulu aku juga begitu, selalu begitu. Peranku selalu sama, yakni pendengar sekaligus penyemangat orang-orang. Asalkan kau mencariku dan berbincang denganku, aku tidak masalah kita hanya sebatas itu.</p>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-87238933581698795402016-08-23T10:13:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.527-07:00Mendoakanmu<p dir="ltr"><i>Fii amanillah.</i><br>Semoga Allah senantiasa menjagamu. <br>Semoga Allah selalu memberkahi langkah-langkahmu.<br>Semoga Allah memberikan solusi terbaik untukmu.<br>Semoga Allah...mendengar doaku kepadamu.</p><p dir="ltr">Aku hanya menginginkan yang terbaik untuk hidupmu, kebahagiaanmu, dan tentu saja senyumanmu. Sudah lama tidak kulihat. Janganlah engkau bersedih. </p><p dir="ltr">Acapkali engkau merasa ditinggalkan dan sepi, ingatlah bahwa aku tidak pernah pergi. Raga boleh jauh, tetapi jiwa selalu bersama dalam untaian doa. </p><p dir="ltr">"<i>Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu.</i>" (Sapardi Djoko Damono)</p><p dir="ltr">Luv,<br>Nadia Almira Sagitta</p>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-19796933165466898292016-08-22T09:30:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.542-07:00Am I disappointing you?<p dir="ltr">Sesedih itu pas tahu ELDP datang ke KIMLI, Unud, Juli lalu untuk mengadakan pelatihan dokumentasi bahasa selama tiga hari. Huaaaaaaa Hans Rausing Endangered Languages Project! :(</p><p dir="ltr">Padahal aku juga masih anak bawang, pasti belum ngerti soal teknis dalam mendokumentasikan bahasa. Pasti saingan sama master, doktor, serta profesor dan besar kemungkinan aku cengo sepanjang acara. Aku ngertinya mimpi doang jadi peneliti ke daerah terpencil untuk memperoleh data selengkap-lengkapnya. Gapapa, anak muda itu butuh bermimpi. </p><p dir="ltr">Ng, kamu ngerti kan rasanya ketemu secuil bagian dari mimpi-mimpi kamu? Seperti bertemu idola, hanya menatap mereka di depan mata saja sudah membuat bahagia, apalagi kalau berkesempatan ngobrol dan bekerja sama! Duh. Jadi, aku nggak berlebihan sesedih ini karena melewatkan kesempatan. Iya, kan? ^^</p><p dir="ltr">(*)untuk kalian yang nganggap aku bacot doang memosting berita soal bahasa yang terancam punah, yang memandang semangatku kendor, yang mencibir aku tidak serius menggapai cita-cita karena belum mempersiapkan S-2, dan komentar negatif lainnya...oke. Iya, kemarin fokusku tersedot karena skripsi yang sampai sekarang masih menjadi beban pikiran. Iya, semangat sempat kendor karena banyaknya masalah hati. Iya, belum cari beasiswa S-2. Iya, aku belum ini dan itu. Namun, tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki semuanya, bukan? Toh, S-2 tidak harus langsung daftar selulusnya kita, kan? Boleh aja sih kalau mau. Akan tetapi, aku pribadi, mau banyak baca, mau cari pengalaman dulu sebelum S-2. Intinya, mau tahu medan akademis nanti sebelum memutuskan 'tuk menjejakkan kaki di sana. Ngapain, sih, hidup dikejar-kejar waktu? Intinya, kita punya cara masing-masing untuk menjalani hidup dan menggapai mimpi. Siapa pun nggak berhak mengintervensi, baik itu keluarga maupun teman. Huft. Berhenti berkomentar negatif, tolong. Kalau nggak bisa ngasih komentar positif, tutup mulut aja dan doakan. </p><p dir="ltr">(♡) Err, aku dulu udah membuktikan aku bisa masuk Sasindo UI ketika kalian meragukan aku, kan? Aku berada di jurusan yang katanya nggak prestise menurut kalian. Seolah harkat aku turun karena sesungguhnya aku jebolan anak IPA dan kalian berdua pun menekuni bidang IPA. Namun, aku berhasil mempertahankan IPK sebaik-baik yang kubisa, menunjukkan bahwa aku benar-benar cinta sama jurusan ini, dan berkontribusi dalam bidang bahasa semampuku walaupun hanya sekadar menyemangati dan berbagi ilmu dengan teman-teman atau menyebarkan info ini-itu. Kukira, itu bentuk pertanggungjawaban atas pilihan sendiri. Lantas, hanya karena sedikit masalah di akhir kuliah ini, berhak gitu melabeli aku nggak bertanggung jawab dan mengecewakan? <i>Oh God, please!</i></p><p dir="ltr"><i>I'll pursue my own dream, with or without your support.</i> Terkadang, cibiran itu mesti dibekap dengan bukti. Mungkin belum sekarang, tetapi kupastikan akan ada buktinya. Nanti. </p><p dir="ltr">Luv,<br>Nadia Almira Sagitta</p>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-24661085426245368922016-08-20T03:01:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.555-07:00Carry on<p dir="ltr">Thank you for boost my mood, made my stomach full of butterflies, fulfill my heart, and made me smile so wide! Oh, darlin. Tell me who I have to be, to be the one beside you so we don't have to missing each other like this. Shall we carry on our journey? </p><p dir="ltr">Definitely, until time grows us apart. We'll see then if there's still spark when we see each other. From there, we'll decide where we want to go next.</p><p dir="ltr">Cheers,<br>Nadia Almira Sagitta</p>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-28115673920359009362016-08-19T20:07:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.570-07:00The Redness Is Gone! (facial)<p dir="ltr">Good morniiing, everyone! </p><p dir="ltr">This morning I woke up with happiness. Hahaha. ^^ Right after I get up, I wash my face and realize there's no bump in my face as usual. Wait, wait, I couldn't believe it, I should see it myself! <i>(go to the mirror)</i></p><p dir="ltr">No zits in my face.<br>Not even a bit.<br>All dry and gone.</p><p dir="ltr">Huaaaa, alhamdulillaaaah! I feel so relieved because a week ago I did my facial in Larissa Aesthetic Centre in Jogjakarta and it made my face gone red and there are a few new zits near the area that've been extracted by the beautician. I regretted it. I regret that I did my facial there after months not doing it. I regret that I let the beautician to extract (to pop) my pimples when I know theres's a rule about not-picking-up-your pimples. :')</p><p dir="ltr">I immediately search about facial after I went home. Do facial really hurts? Is it normal to form new zits after you've done your facial? Is facial safe for our face? DO WE REALLY NEED FACIAL? There are tons of different answers from experts to beauty blogger out there in the internet. There are pros and cons. Most of it recommend us to do facial at aesthetic centre or dermatologist, not at the salon. And, many of 'em said, "Yes, facial give you redness because your skin got trauma but it shouldn't be too long to go back to normal."</p><p dir="ltr">Two or three days after I did facial, my face don't get better and I got frustrated. The redness is still there, new zits start to form, my skin hurts and a lil bit dry, and I'm not comfortable with my conditions. Well, it's true that my face got smoother than before because all of my zits were popped. But I can't stand the other effects I'm getting from doing facial. I even swear I won't do facial anymore. It doesn't worth the money. :(</p><p dir="ltr">Ahahhaha, but maybe I'm not being patient enough. Maybe I didn't do the right care after doing facial. Maybe my sleep cycle made my face gone worse. Zzzzzzzz, sorry for blaming you, facial. Well, now I'm happy that the redness and the zits are gone. Gosh, all thanks to tea tree oil, honey mask, Nuface mask, and all Himalaya products I'm using. Hahaha, I'm not really sure which one that made my face better. ( ._.)</p><p dir="ltr">I guess I have to put facial to my beauty routine every two months. Why not once a month? Duh, I don't have enough money for it and besides, facial is really really really hurts. I'm not ready to do facial that soon. My face needs to heal itself first. -,-v</p><p dir="ltr"><b>Do you do facial? </b></p><p dir="ltr">Cheers,<br>Nadia Almira Sagitta</p>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-44083242326532583122016-08-18T02:48:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.584-07:00Buang Jauh<p dir="ltr">"Aku nggak dapat kabarnya di mana-mana."<br>"Dia udah ngilang ditelan bumi."<br>"Ih, kok gitu?"<br>"Ih, buang saja dia jauh-jauh. Untuk apa coba?"<br>"Ya aku cuma mau memanfaatkan waktu selagi bisa..."<br>"Ih, jangan. Nggak usah. Aku sudah bisa menebak bagaimana akhirnya. Kamu ingat, kan, aku juga pernah dibuat begini? Ya sudahlah, aku yakin paling sebentar lagi kau lupa."<br>"Carilah pengalihan. Banyak hal yang dapat kau kerjakan daripada merenung lantas mengingat dia."</p>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-13414614569706223612016-08-08T18:06:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.596-07:00Prioritas<p dir="ltr">"Jangan sama orang yang tak bisa memprioritaskan kamu."</p><p dir="ltr">Aku mengerti. Kita pasti ingin menjadi prioritas. Menjadi aspek utama dan terutama dalam hidup seseorang. Akan tetapi, bagaimana jika ada keperluan yang lebih mendesak? Apakah tetap harus kita yang menjadi prioritasnya? Bukankah lebih indah kalau saling memahami dan memberi ruang?</p><p dir="ltr">Yah entah. Orang kadang-kadang lucu juga. Sibuk memberi tahu ini dan itu, padahal kita tidak butuh. Justru nasihat mereka membuatku takut untuk berkeluarga. Aku nggak mau, deh, jadi penghalang kegiatanmu hanya karena aku menjadi prioritas baru. Aku nggak mau jadi kerangkeng dan sangkar yang mengurung kamu. </p><p dir="ltr"><i>Let us fly</i><br><i>Free as bird</i><br>...<br><i>Let us live</i><br><i>This life</i><br><i>The way we want to</i></p>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-78466748554097647502016-08-08T02:18:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.618-07:00Tidak Salah<p dir="ltr">Perpustakaan.<br>Di depan laptop.<br>Sendiri.</p><p dir="ltr">Kau tahu, sayang? Tadi dua orang kawanku membicarakan rencana pernikahan mereka dan mengulas tentang sifat-sifat lelaki. Mereka bersepakat atas kriteria lelaki idaman yang ternyata ada pada pasangan masing-masing. Kriteria itu tak ada padamu. Mereka lalu mengatakan, "Tuh, cari laki-laki yang seperti itu. Yang menghargai kamu dengan caranya itu." Diam-diam gengsiku terbetik. Memangnya kamu tidak menghargaiku? Menurutku tidak juga. Kamu punya caramu sendiri, bukan? Mengapa harus disamakan? Aku tidak suka dihakimi dan disalah-salahkan. Kamu tidak salah. Aku juga tidak salah karena telah memilih kamu. Kenapa, sih, semua orang bersikap sok tahu?</p><p dir="ltr">Ah, memang ya. Perjalanan cinta itu hanya dapat dimengerti dua orang. Yang lain-lain tak usah ikut.</p>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-20479518501377418892016-08-05T10:19:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.630-07:00Mengalir<p dir="ltr">Mengalir</p><p dir="ltr">Mengalir</p><p dir="ltr">Kebahagiaan menderas</p><p dir="ltr">Mengalir</p><p dir="ltr">Mengalir</p><p dir="ltr">Air mata</p><p dir="ltr">Turun mengalir</p><p dir="ltr">Kebahagiaan lewat</p><p dir="ltr">Mengalir</p><p dir="ltr">Melewati</p><p dir="ltr">Diri</p><p dir="ltr">Kebahagiaan lupa</p><p dir="ltr">Singgah di sini</p>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-6556440782685454982016-08-04T11:24:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.641-07:00Peluk<p dir="ltr">Kangen. Kangen sekali. Mau peluk. Andaikata boneka tentu sudah kupeluk tiap malam. Sayangnya bukan. Ini perkara manusia yang belum menjadi siapa-siapa. </p>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-63732605480476395232016-08-03T07:10:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.653-07:00Pesan<p dir="ltr">Wahai kamu, perempuan yang sedang membaca pesan ini. Di malam ini, aku akan memberimu satu pesan, ya sebagai hiburan saja. Jangan terlalu serius walaupun isi pesanku bukan candaan lucu-lucuan. Pesan satu ini perihal lelaki.</p><p dir="ltr">Laki-laki itu datang dan pergi sesuka hati. Kamu tahu, laki-laki adalah makhluk yang paling pandai bermain tarik ulur. Merekalah yang datang terlebih dahulu, membanjiri kita dengan kata-kata juga gestur istimewa sampai kita mulai terbiasa, lalu pergi bersembunyi. Membiarkan kita yang datang sendiri dan mencari. Seolah-olah kita yang butuh (padahal memang butuh karena kita sudah masuk perangkap). Cerdik katamu? Memang, namanya juga laki-laki. Mengesalkan.</p><p dir="ltr">Nah, apakah kamu pernah ditinggalkan laki-laki? Percayalah, aku juga pernah. Aku tahu rasanya ingin menenggelamkan diri dalam luka yang tampaknya abadi. Aku tahu rasanya kehilangan senyum sebab muram. Aku pun paham ketika kamu bilang dunia tampaknya tidak berpihak padamu lagi. </p><p dir="ltr">Duhai, perempuan...<br>Jangan biarkan dirimu larut dalam lautan nestapa. </p><p dir="ltr"><i>Ambil baiknya, buang buruknya</i></p><p dir="ltr">Itu adalah ungkapan penghibur hati yang tampaknya sudah menjadi <i>template</i> sehari-hari. Eh, tetapi nasihat krucil ini benar adanya! :)</p><p dir="ltr">Setiap orang membawa pesan yang berguna untuk kehidupan kita. Itulah mengapa mereka dihadirkan, tentu supaya dapat engkau tarik pelajaran darinya. Pertemuan itu Allah yang mengatur, begitu juga dengan perpisahan. Laki-laki bisa datang dan pergi, tetapi semoga pesan-pesan kehidupan yang pernah mereka torehkan tetap hidup abadi. </p><p dir="ltr">Hapuslah sedih yang menyelubungi hatimu saat ini. Buang jauh-jauh rencana balas dendam yang telah kamu susun sedemikian rupa demi menyadarkan ketololan dia yang sudah menyia-nyiakanmu. Sudah. Biarkan Allah saja yang menyadarkan, ini bukan tugasmu. Yang seharusnya menjadi perhatianmu adalah bagaimana menetralkan perasaan. Juga bagaimana mengambil hikmah dari balik duka. </p><p dir="ltr">Proses penyembuhan hati tidaklah gampang, aku mengerti. Kata-kataku ini bisa jadi hanya lewat sepintas lalu tanpa meninggalkan jejak yang berarti. Tidak apa-apa. Yang jelas kamu sadar bahwa kamu tidak sendiri. :)</p><p dir="ltr"><b>Ingatlah, kamu selalu punya aku sebagai kawan tempatmu berbagi. </b></p><p dir="ltr"><i>May happiness always follow you around. ;)</i></p><p dir="ltr">Cheers,<br>Nadia Almira Sagitta</p>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-53074160670618456022016-08-01T03:47:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.664-07:00Lipstik Revlon Colorburst Matte Balm - Sultry<div dir="ltr">¡Hola!</div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Sore ini mau meresensi (tsah, bukan me-<i>review</i>) Revlon Colorburst Matte Balm 225 Sultry. Sebelumnya, welcome August! <i>So, new month, new...lipstick? Haha nope,</i> nggak selalu. Kadang satu, kadang dua (eh!) tetapi kadang juga nggak beli. Tergantung kondisi kantong dan emosi. (lah)</div><div dir="ltr">Ya intinya, kebetulan saja aku melangkahkah kaki ke konter Revlon dan memboyong lipstik satu ini. Baca-baca dari berbagai resensi yang diulas oleh para <i>beauty blogger</i> Indonesia, katanya RCMB ini bagus.</div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Ada sepuluh warna yang bisa dipilih dan aku memilih shade Sultry yang berwarna rosy brown. Ceritanya, aku bosan (nggak juga, sih) dengan warna bold macam merah cabe, merah terang, dan merah gelap. Dan lagi malas diprotes, "Kamu ngejreng banget," atau "Kamu pede, ya, pakai warna itu," atau "Kamu kelihatan jauh lebih tua dengan lipstik itu." Yah, namanya selera orang beda-beda. Toh, selagi kamu pede aja dengan lipstik pilihan, ya udah sih. Namun, sekarang pengin aja dibilang kalem bin feminin dengan warna yang lebih lembut macam rosy brown ini.</div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Ini dia penampakan lipstiknya!</div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-hgFjWvJk0YM/V58n8tkN5zI/AAAAAAAAA90/U9seO7mnOHwQbZCT-S3SasHk_r9PSJwuQCLcB/s1600/1470047655972.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="298" src="https://3.bp.blogspot.com/-hgFjWvJk0YM/V58n8tkN5zI/AAAAAAAAA90/U9seO7mnOHwQbZCT-S3SasHk_r9PSJwuQCLcB/s400/1470047655972.jpg" width="400" /></a></div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Dikemas dalam tabung panjang yang berwarna sesuai warna si lipstik. Ini memudahkan kita untuk mengetahui warna lipstik tanpa harus membuka tutupnya. Aku suka kemasannya! Panjang kemasannya sesuai genggaman dan bahan kemasannya doff. Enak digenggam, deh. Tampilannya pun elegan, keren untuk ditaruh di tas makeup. :p</div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Lipstik RCMB ini beraroma mint dan ada sensasi dingin tatkala kita memulaskannya di bibir. Nggak ganggu, kok, sepuluh menit juga hilang. Teksturnya oke, meluncur halus di permukaan bibir tanpa perlu mengoleskan pelembab terlebih dahulu. Biasanya, kan, mengaplikasikan lipstik matte tidak semudah lipstik <i>creamy</i> karena teksturnya yang cenderung kering. Nah, yang satu ini nggak membuat bibir kering. <i>Ulala, me likey! </i></div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Dari segi warna, lipstik ini sangat <i>pigmented,</i> gadis! Sekali pulasan juga cukup. Warnanya <i>opaque,</i> nggak <i>sheer.</i> Jadi, garis-garis bibir kamu aman tertutupi. Untuk ketahanan...hm, <i>so-so.</i> Empat jam tahan. <i>Transfer proof? Not really.</i> ♡</div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Berikut ini swatch-nya di tangan dan di bibir.</div><div dir="ltr"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-UBu_DnPdSno/V58n94tFwAI/AAAAAAAAA-A/w38kzuJ3c0skq3TPgg7KZFT93mx_8GGjgCLcB/s1600/1470048048013.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-UBu_DnPdSno/V58n94tFwAI/AAAAAAAAA-A/w38kzuJ3c0skq3TPgg7KZFT93mx_8GGjgCLcB/s320/1470048048013.jpg" width="256" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">swatch tangan</td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://2.bp.blogspot.com/-XX9hAegJtME/V58n8qmmZPI/AAAAAAAAA94/f_OaNZzrwQgD_1-Mw0SzsLk-jbzB-njCACLcB/s1600/1470047547278.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://2.bp.blogspot.com/-XX9hAegJtME/V58n8qmmZPI/AAAAAAAAA94/f_OaNZzrwQgD_1-Mw0SzsLk-jbzB-njCACLcB/s320/1470047547278.jpg" width="239" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">swatch bibir</td></tr></tbody></table><br /><div dir="ltr">Untuk harga, lipstik RMCB dibanderol dengan harga Rp99.000,00. Harganya mungkin bervariasi tergantung kamu beli di mana. Aku beli di konter Revlon di Matahari Detos.<br /><br /></div><div dir="ltr">Revlon Colorburst Matte Balm ini mengembalikan kepercayaanku pada lipstik-lipstik Revlon. Sungguh, dulu lipstik seri Ultra HD-nya meruntuhkan penilaianku. Lipstik yang diklaim <i>wax free</i> dan <i>moisturizing</i> ini sukses mencetak garis bibir secara jelas. Ya memang sangat lembab, sih, tetapi...dari segi warna entah mengapa jadi kurang <i>pigmented.</i> Mesti berkali-kali pulas dan akhirnya <i>my lips feel buttery!</i> Yah, mungkin karena aku salah pilih warna kali, ya? Waktu itu aku beli Magnolia dan Sweet Pea yang notabene warnanya nggak ngejreng. Kapan-kapan aku <i>review</i> lengkap dengan <i>swatches-</i>nya, ya. :) </div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Di lain waktu, kamu mesti coba Revlon Ultra HD Matte Lipcolor atau Revlon Colorstay Moisture Stain. Kemasan dan pilihan warna mereka oenjoe sekalie. ♡♡♡ <i>Those are on my list. Just wait and see.</i> ^^</div><div dir="ltr"><i><br /></i></div><div dir="ltr"><i>So, to wrap up this review, lemme mention again the plus and minus of this RMCB.</i></div><div dir="ltr"><br />(+)<br />Warna <i>pigmented</i> dan pilihan warnanya beragam<br />Kemasan elegan<br />Matte finish<br />Memiliki sensasi dingin (bagiku, ini poin plus)<br />Tekstur lembab jadi mudah diaplikasikan</div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">(-)<br />Tidak <i>transfer proof</i><br />Daya tahan biasa<br />Cukup mahal</div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Sampai jumpa di resensi produk berikutnya, gadis! </div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-vwBd6XHwHGk/V58n8r5H7zI/AAAAAAAAA98/uo6AF_4QhggzuqXRcmpc1IRU96baCRjcgCLcB/s1600/1470047976975.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://3.bp.blogspot.com/-vwBd6XHwHGk/V58n8r5H7zI/AAAAAAAAA98/uo6AF_4QhggzuqXRcmpc1IRU96baCRjcgCLcB/s320/1470047976975.jpg" width="238" /></a></div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Cheers, <br />Nadia Almira Sagitta</div>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-10046168524450452602016-07-31T19:06:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.677-07:00Alopecia<p dir="ltr">Semalam, aku mimpi mengidap alopecia. Rasanya sedih banget. Kamu tahu apa itu alopecia? <i>Alopecia</i> secara harfiah adalah kerontokan rambut, tetapi yang semalam muncul di mimpiku adalah <i>alopecia areata</i>, yakni suatu penyakit autoimun yang menyerang kulit kepala dan mengakibatkan kerontokan rambut. Memang, sih, beberapa bulan lalu aku melihat video salah seorang staf Buzzfeed yang menderita alopecia areata dan aku terbayang-bayang hingga sekarang. Masalahnya, ketika aku lebaran di Medan, aku selalu dapat komentar, "Rambutmu tipis banget sekarang. Rontok banget, ya? Tuh, garis kulit kepalanya mulai terlihat di bagian sini dan sini." Itu rasanya....aaaaaaaaaah <i>oh no! I'm going bald!</i> (oke, hiperbola)</p><p dir="ltr">Kerontokan rambutku memang masuk kategori tidak wajar, menurutku. Tiap keramas, rambutku rontok banyaaak banget bisa sampai belasan helai. Sampai-sampai aku ngeri sendiri bila sudah jadwalnya keramas saking sedihnya melihat rambutku berguguran. Ah, belum lagi tiap melepaskan ikat rambut. Tiap menyugar rambut. Tiap menyisir rambut. Rontok semua. Dikira-kira sampailah 50--75 helai per hari. Padahal, aku bukan tipikal orang yang suka bereksperimen dengan rambut. Aku nggak mewarnai, meluruskan,  maupun mengeriting rambut. Aku rajin memasker rambut, pakai vitamin rambut, juga memakai sampo dua hari sekali. Lantas salahnya di mana? Oh ya, aku berjilbab, sih, jadi nyaris setengah hari dari pagi sampai sore rambutku tertutup kain jilbab dan selalu diikat. Akan tetapi, aku nggak pernah mengikatnya kencang. Juga, aku tipikal orang yang berlama-lama di tempat wudu perempuan karena aku selalu menggerai rambut dan mematut diri di kaca setiap akan berwudu dan setelahnya. Yang mana berarti, selalu ada waktu 'istirahat' untuk rambutku dalam seharian itu. Orang lain rerata hanya melepas pentul kerudungnya dan membasuh bagian depan rambutnya tanpa melepas keseluruhan jilbab, sementara aku nggak begitu soalnya ya...kapan lagi aku bisa buka jilbab di tempat umum dan mengagumi diri sendiri di kaca? Wakakaka, emang narsis sih ya aku. :p</p><p dir="ltr">Intinya, aku bingung sekali kenapa sekarang rambutku gampang banget rontok. Apa karena aku stres, ya? Sempat stres mikirin skripsi dan mikirin kamu. Aelah. Berhenti juga, nih, aku galau demi akar rambut yang kuat! Hahaha. Berbagai perawatan rambut rontok juga sudah kujalani. Pakai sampo khusus rambut rontok? Udah. Sempat pakai Dove Hair Fall Treatment berikut kondisioner. Selain itu, aku pakai Dove Root Treatment berbentuk ampul. Aku sempat menghabiskan dua kotak dengan ngirit-ngirit duit jajan. Pakai Intense Hair Care Dove juga tiap sehabis keramas. Memang berkurang sedikit. Sekarang, aku ganti ke Rudy Hadisuwarno Hair Loss Defense. <i>Hair loss</i> mamen, <i>hair lossssss.</i> Duh, depresi banget dengarnya, aku berasa orang tua. :(</p><p dir="ltr"><i>Yes,</i> lagi-lagi mesti menghabiskan ratusan ribu untuk perawatan RH itu. Sampo, kondisioner, tonik, masker, dan juga serum <i>hair growth</i>-nya yang <i>naudzubillah</i> dah mahalnya... Aku belum bisa membandingkan hasilnya sih, ya, yang jelas, rambutku masih rontok. Serum <i>hair growth</i>-nya juga belum aku pakai sesuai jadwal yang disarankan jadi aku belum bisa mengecek apakah ada rambut baru yang tumbuh. Masker dan serumku sudah habis, nanti aku beli lagi dan harus lebih konsisten menggunakannya. Bismillah deh ya. :')</p><p dir="ltr">Aih, aih. Aku rasanya mau ke dokter .SpKK untuk menangani masalah rambut rontok ini. Sudah telanjur parah. Rambut itu mahkota perempuan, ya kan? Nggak mau, dong, kehilangan mahkota? Hiks. Adakah yang juga mengalami masalah rambut rontok dan sudah berkonsultasi ke dokter? Aku minta rekomendasinya, dong. ^^</p><p dir="ltr"><i>Let's fight this hair loss problem together!</i></p><p dir="ltr">Catatan: mimpiku hanya di paragraf pertama soal si alopecia areata. Masalah kerontokan rambutku adalah benar adanya dan bukan mimpi belaka. :'D</p><p dir="ltr">Salam,<br>Nadia Almira Sagitta</p>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-53595199243999221992016-07-29T04:24:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.689-07:00Basuh kuyup<p dir="ltr">Kuraih gagang <i>shower</i> dan mulai menyalakan air. Mengguyur. Mengguyuri puncak kepalaku. Kubiarkan serta-merta turut mengguyur masalah-masalahku. </p><p dir="ltr">Mengguyuri wajahku. Mengaliri kelopak mataku yang menutup, pipiku, lalu meluncur ke bibirku yang setengah terbuka. Kamu. Mengapa aku tak henti mengkhawatirkanmu? Malam ini aku bermimpi kamu sakit hingga harus dirawat inap. Baik-baik sajakah kamu? Ah, larut dan larutlah segala asumsi buruk sampai tiada bersisa. <br>-</p><p dir="ltr">Kuyup sekujur tubuh<br>Tetapi belum lega<br>Sebab jiwaku belum ikut terbasuh<br>Dan kamu,<br>Masih saja setia duduk di situ.</p>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-1114212142574068252016-07-27T20:13:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.699-07:00Berputar<p dir="ltr">Sudah, ya. Bagaimana jika kita sudahi saja? Biar kita fokus. Biar aku tak perlu terbebani dengan perasaan. Biar kamu tak ada lagi yang ganggu. Toh, kita berputar-putar saja. Pusing. Keliling. Bundaran. <br><br></p><p dir="ltr"><b>Kita tidak ke mana-mana</b><br></p><p dir="ltr">Putus rute kita<br>Kita tak lagi punya arah tujuan<br>Maka hentikan langkah kita sejenak<br>Sampai jernih pikiran kita<br>Terapus kepanikan kita<br>Disingkapkan jalan lurus 'tuk kita<br>...<br>Agar tak perlu ada lagi senyum dan bahagia yang semu</p>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-26419296359060859492016-07-25T03:57:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.709-07:00Great Mom<p dir="ltr">I once thought that I want to be like you in the future. As sophisticated as you, as beautiful as you, and many more. But <b>I've had it enough.</b></p><p dir="ltr">No, I don't want to be like you. I don't have to be like you. I want to be nicer than you, calmer than you, and I want to be around when my kids need me since their early stage. I want to be a great and friendly mom. Please note that I don't think you're an example of a bad ones. I learned a lot from you. From you, I learned...that I want to do something different. I knew from my deepest heart and thought that I won't apply your type-of-parenting to my kids. I'll have my own kind-of-parenting. Being a great parent isn't easy, I want to be one, so I will learn it from now on. </p><p dir="ltr">Thank you for making me realize<br>Just today. </p><p dir="ltr">Sincerely,<br>your daughter<br>-<br>yang selalu ada celanya untuk kau kritik.<br>Seems like I have never please you enough, huh?</p>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-43169128300469617852016-07-12T23:00:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.718-07:00Friend's Wedding Prep: Skincare<div style="padding-left: 10px;" width="400"><span style="font-size: smaller;"></span></div><div>Hi, fellas!<br /><br />Kali ini aku mau cerita pengalaman belanja-belanji bareng sahabatku yang bentar lagi akan menikah. Yuhu! (wink) Panggil dia O.<br /><br />O: Nadia, ketemu yuk! Aku mau belanja <i>skincare</i>, nih.<br />N: Yuklah! (ajak aku berburu <i>skincare</i> dan kosmetik, aku dengan senang hati menemani)<br /><br />Kami menuju supermarket terdekat dan langsung menuju rak <i>toiletries</i>. Macam-macam produk yang kami perhatikan, mulai dari <i>day cream, night cream, </i>olive oil, masker wajah, lulur, <i>body butter, lotion, </i>pelembab bibir, masker rambut, de es te. Selama berbelanja, aku cerewet memberi saran dan pertimbangan. "Ini perlu lho, udahlah ambil aja kan murah, maskeran tuh dua kali seminggu, aih yang ini nggak bagus, de el el." Hahaha, maafkan Nanad yang ceriwis ini ya, O!<br /><i><br /></i>O: Apa bedanya <i>body butter</i> dan <i>body lotion</i>? Faedahnya jauh berbeda, nggak?<br />N: <i>Body butter</i> itu lebih melembabkan dan lebih berminyak. Aku, sih, pakai saat malam aja atau saat aku lagi mau berdiam diri di rumah bersama segala produk perawatan. Teksturnya lengket, soalnya.<br />O: Hm, gitu. Aku jarang pakai <i>body lotion</i>.<br />N: Seriusan, demi apa? Tapi kulitmu halus!<br />O: Yaaaa, air wudu. Wkwkwkw.<br />N: Hahaha, curang kamu. <i>You know</i>, aku sebal sekali kalau ada yang berkomentar, kamu rajin cuci muka atau rajin merawat diri, nggak? Huh, mentang-mentang aku jerawatan dan kulitku berminyak. Padahal, bisa jadi, produk perawatan diriku, mulai dari atas sampai bawah, lebih banyak daripada dia. Kulit tiap orang, kan, berbeda. Makanya aku iri sama kulit orang yang sudah bagus dari sononya. Huft, sementara aku di sini setengah mati menggunakan produk ini dan itu. Ya sudahlah. <i>It's relaxing when you pamper yourself. </i><br /><br />N: Eh, O...<br />O: Yap.<br />N: Kamu pernah nggak, sih, berpikir nanti kita merawat diri dan berdandan cantik bukan cuma untuk diri sendiri lagi? Apa ya... ng, kalau sudah nikah pasti orientasinya ke orang lain.<br />O: Yah, ini sedang merasakan hal yang serupa.<br />N: Hahaha, lucu ya? Merawat diri sendiri, tetapi tujuannya buat, ng, suami. Kocak. Ah, untung aku masih lama. :p<br />O: Wkwkw, makanya nih. Boro-boro, deh, aku aja jarang merawat diri. Ini baru mau mulai lagi.<br />N: Cie ah, yang mau nikah! Berubah banget! Hahahaha.<br />O: Hahaha. Makasih ya sudah menemaniku hari ini.<br />N: Sama-sama. Kapan-kapan kalau perlu belanja kosmetik, ajak aku lagi! <i>I'm your free beauty consultant</i>. :p<br /><br />Cheers,<br />Nadia Almira Sagitta</div>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-49466928974832763492016-07-12T07:57:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.729-07:00Perihal Waktu<div style="padding-left: 10px;" width="400"><span style="font-size: smaller;"></span></div><div><i>Sudut pandang orang pertama</i><br /><i>tetapi tak selamanya merujuk kepada penulis</i><br /><br />Waktu itu membiasakan.<br />Dulunya candu akan kabar satu sama lain, kini terbiasa tak mendengar sepatah kata pun dari seberang. Dulunya cemburu tanpa alasan, kini otak bertindak lebih rasional. Dulunya tak lihai mengerjakan ini dan itu, kini karena adanya keharusan, pekerjaan tersebut menjadi kebiasaan.<br /><br />Waktu itu mendamaikan.<br />Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya aku memutuskan untuk berdamai dengan masa lalu. Masa lalu itu berarti menyangkutpautkan engkau, orang-orang di sekitarmu, serta lingkunganmu. Aku belajar memupuskan benci karena tahu itu tak ada guna melainkan hanya memberat-beratkan hati saja. Semalam aku bertemu dengan dia, gadis dambaan jiwa yang sering kau ceritakan. Menurut silsilah yang kutahu, gadis itu kawanku walaupun belum juga terbilang sahabat. Sementara, menurut emosiku, gadis itu adalah rivalku, sainganku. Sepatutnya, aku tak berbasa-basi dengannya karena melihatnya saja mengingatkanku akan engkau. Seharusnya, namanya kucoret dari daftar perkawanan karena hanya kepedihan yang ia bawa. Kawan macam apa? Kau kira bagaimana rasanya melihat seorang kawan dicintai oleh seseorang yang kaupuja pula? Memangnya serta-merta kau terima dengan lapang dada? Ah tetapi ini bukan salahnya, mata dan hatiku saja yang tertutup cemburu.<br /><br />Namun, waktu mendewasakanku. Ia membujukku memaafkan masa lalu dan menerima kenyataan sepahit apa jua. Dan akhirnya memang begitu. Gadis itu, kawanku, kusapa dan kuajak bercengkrama. Aku yang awalnya hendak ke arah yang berlainan tetiba memutar tujuan demi membersamainya lebih lama. Kuberikan senyum paling tulus yang kubisa dan tidak kubuat-buat, tetapi terserahlah jika kau mengiranya lain. Aku sedang mencoba menjadi kawan yang baik. Kukesampingkan perasaan yang telah lama berdebu di pojokan. Justru karena sudah tidak ada apa-apa, sewajarnyalah aku menormalkan semua hal, termasuk berbicara layaknya kawan lama dengannya. Tak ada lagi cemburu yang dulu, aku menghela napas, lega.<br /><br />Kalau ini yang kau sebut <i>move on </i>maka aku sedang melakukannya. Mungkin suatu ketika, aku bisa menceritakan kisah cinta ini pada orang lain dengan kalem tanpa emosi yang menggebu-gebu.<br /><br /><b>Pupusnya cinta tidak selalu diikuti oleh pupusnya luka</b>, tetapi untuk kasusku, aku yakin bisa. Sebab tiada guna membiarkan luka menganga, lebih baik belajar rela dan menerima, mengusahakan luka tertutup sempurna. Menaruh dendam hanya akan membuat hati remuk redam. Aku tidak ingin menyusahkan hidupku sendiri.<br /><br />Waktu itu mempertemukan...<br />dua jiwa yang telah lama menanti<br />namun tak patah berharap.<br /><br /><i>Aku juga akan bertemu kau, nanti</i><br /><i>tinggal menunggu waktu</i><br /><i>tanpa insiden salah jalur lagi!</i><br /><i><br /></i>Cheers,<br />Nadia Almira Sagitta</div>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-66777902341206173462016-07-11T11:29:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.739-07:00Teringat Kau<div style="padding-left: 10px;" width="400"><span style="font-size: smaller;"></span></div><div>Godaan-godaan lucu datang silih berganti<br />dari teman-teman<br />aku ikut menertawakan kekonyolan malam ini<br />sesungguhnya tak terjadi apa-apa<br />tetapi kubiarkan saja<br />untuk lelucon sepintas lalu<br /><br />Andai saja engkau tahu,<br />sepanjang perjalanan tadi<br />aku mengingat kau seorang<br />aku membuka-buka seluruh media <br />lalu bertanya<br />mengapa tak ada ceritamu hari ini<br />mengapa begini dan begitu<br />terlalu banyak tanyaku<br />merisaukan hati<br />menggelisahkan pikiran<br /><br />Andai saja engkau mau tahu,<br />aku tak henti mengkhayalkan<br />sosokmu duduk di hadapanku<br />makan bersamaku<br />berbincang asyik denganku<br />berjalan di sampingku<br />menemaniku cuci mata<br />dari toko ke toko<br /><div><br /></div>engkau ke mana?<br />aku tidak bisa tidur karena terbelit rindu.<br />mau berkunjung ke mimpiku lagi malam ini?<br />ah, mengapa tidak kau susun saja perjumpaan?<br />lebih mudah!<br />agar rinduku yang bertalu-talu<br />dapat redam<br />dan tidak membuat demam.</div>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-13561006194137473852016-07-10T11:52:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.749-07:00Atas semuanya, terima kasih<div style="padding-left: 10px;" width="400"><span style="font-size: smaller;"></span></div><div>Dulu aku memanggilmu Cinta, ya? Ehehehe. Maklumilah, kala itu aku benar-benar sedang jatuh hati. Malam ini tak sengaja aku menelusuri foto-foto lama di Instagram dan memo-memo kuno di ponsel. Di antara semua kenangan itu, kutemukan bayanganmu seorang. Hal itu menggerakkan jemariku untuk membaca kembali tulisan tentangmu di blog ini.<br /><br />Betapa luasnya topik mengenaimu sampai-sampai jumlah tulisanku terlampau banyak pada tahun lalu. Tulisan yang bernada curhatan itu mendatangkan pelajaran untuk diriku karena sungguh masih relevan dengan keadaan saat ini.<br /><br /><i>Terima kasih atas pelajarannya.</i><br />Bahwa kita tak boleh mencinta dengan berlebihan.<br />Terlalu dalam, padahal belum menjadi siapa-siapa.<br /><br />Atas riang gembiranya<br />gundah gulananya<br />juga sedu sedannya,<br />terima kasih pula.<br /><br />Karena itu semua, sensitivitas juga sisi puitisku naik. Dua hal itu menjadikan blog ini penuh dengan tulisan-tulisan cinta yang manis. Juga mendatangkan pembaca yang rupa-rupanya membutuhkan konsumsi untuk hati yang didera kegalauan. Hahaha, ya, terima kasih untuk itu.<br /><br />Semoga tak hanya aku yang menarik pelajaran. Kuharap ada sedikit dariku yang membekas di hidupmu, entah prinsipku, pola pikirku, atau perangaiku. Jika tidak ada, ah betapa sia-sianya perbincangan panjang kita dahulu. Bertambah-tambah pula sedihku bila memang aku segitu tidak mampunya meninggalkan kesan. Akan tetapi, pikiran orang siapa pula yang bisa mengendalikan?<br /><br />Lengkung bibir yang membentuk senyum<br />Perlahan mendatar<br />Kelopak mata yang menyipit<br />Kemudian tertunduk sayu<br />Hahahihi beralih tragedi<br />Menggores perih, menyisakan pedih<br />Sampai masa yang tak diketahui durasinya<br /><br /><br /><div style="text-align: center;"><i>And the story of us </i><i>looks a lot like a tragedy now.</i></div><div style="text-align: center;"><i>The end</i></div></div>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-60057028894807526092016-07-09T03:03:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.767-07:00Seperti itu kisah kita<div>Roda pesawat turun</div><div>perlahan menggores landas pacu</div><div>gedebak-gedebuk badan pesawat</div><div>bersama rem yang kencang ditarik</div><div>membuat badan lambung ke depan</div><div>dan jantung mengkeret di dada kiri</div><div><br /></div><div>Kisah kita--</div><div>seperti itu</div><div>menakjubkan</div><div>penuh kejadian yang acapkali</div><div>membuat jantung dagdigdug</div><div>tak keruan</div><div>waswas, tetapi juga mengukir bahagia</div><div><br /></div><div>Kecepatan diturunkan</div><div>lampu-lampu dimatikan</div><div>wajah-wajah kelelahan</div><div>yang tak sabar mengistirahatkan tubuh dan pikiran</div><div>berdesakan</div><div>menyisakan kursi-kursi</div><div>dalam kelengangan</div><div><br /></div><div>Cepat, sekali lintas</div><div>singkat, lalu-lalang, pergi</div><div>seperti itu--kisah kita</div><div>kembali hampa</div><div>ditinggalkan dua pemerannya</div><div>yang sibuk mengejar penerbangan</div><div>menuju masa depan</div><div>tanpa kehadiran satu sama lain</div><div>--</div><div><br /></div><div>Gadis menangis diam-diam</div><div>mengingat ada yang hendak dilepaskan</div><div>setahun ke depan dan mungkin diteruskan</div><div>selintas perasaan</div><div>kembali dinetralkan</div><div>entah akankah tercapai maksudnya</div><div>mendapati masih ada rindu menggunung</div><div>yang belum tersampaikan</div><div>tapi tak akan berhenti sebuah penantian</div><div>jika tidak diakhiri</div><div>dengan sapa atau ucapan perpisahan</div><div>opsi kedua saja, pilihnya</div><div>diikuti sendu</div><div>dan kelabu</div><div>--</div><div><br /></div><div><i>Just stay with me, baby stay with me</i></div><div><i>tonight don't leave me alone</i></div><div><i>...and just kiss me slowly.</i></div><div>(Parachute, "Kiss Me Slowly")</div>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-43370761674624619482016-07-05T07:10:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.777-07:00Cinta Yang Belum PastiHari ini aku kembali dilanda kebimbangan antara memilih cinta yang belum pasti dan cinta yang dapat seiring dengan cita-cita. Kau adalah cintaku yang belum pasti. Belum pasti seiring, sevisi, dan semisi. Akan tetapi, aku cinta dan aku tahu aku bersedia mengompromikan banyak hal demi membersamaimu.<br /><div><br /></div><div>Kemudian,</div><div>adalah dia, teman satu cita-cita sekaligus kawan kolaborasi. Kompromi tentu ada pula, tetapi sudah pasti aku dan dia akan berada dalam dunia yang sama di masa depan. Kami dapat saling mendukung kegiatan masing-masing dengan suka cita karena sama-sama tahu asyiknya bidang yang kami jalani. Sayang, aku tak tahu perasaannya kepadaku, sama seperti tak tahunya aku mengenai kedalaman perasaanmu kepadaku.</div><div><br /></div><div>Adakah jaminan kau menerimaku dengan lapang dada?</div><div>Akankah kau dan aku menjalani hidup dengan seru-suka-bahagia</div><div>di tengah-tengah perbedaan kita, baik dari segi cita-cita maupun cerminan diri?</div><div>Entahlah, aku sendiri mulai tidak yakin padamu</div><div>Walaupun cintaku belum lagi surut dan kuharap takkan pernah begitu</div><div>Akan tetapi, keraguan mulai mengambang ke permukaan</div><div>Meninggalkanku sendiri dalam kegamangan</div><div><br /></div><div><i>Tidak bisakah aku berhenti mencintai orang-orang yang 'kan meninggalkanku dalam ruang bimbang <b>sendirian</b>? </i><i>Padahal, kuinginkan tak ada yang serupa ini lagi, terlebih padamu. Inginnya aku, kau sajalah yang terakhir untuk sekarang dan selamanya. </i></div><div><i><br /></i></div><div>Nyatanya, tidak semudah itu. Tidak pernah semudah itu.</div><div><br /></div><div>Luv,</div><div>Nadia Almira Sagitta</div>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-75053022556601341482016-07-05T06:29:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.786-07:00Kemungkinan-kemungkinan<div>Dari relung hati</div><div>Menuju titik terisau dalam jiwa</div><div>Dilema</div><div>Dilema</div><div>Tetapi terus ku</div><div>mencintaimu dengan kerapuhan </div><div>dan serak-serak harapan yang ada</div><div><br /></div><div>Mencintaimu,</div><div>memberi<b>mu</b> kesempatan</div><div>untuk melukaiku<br />yang kemudian</div><div>memberi<b>ku</b> peluang</div><div>untuk membencimu</div><div>di kemudian hari</div>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-36730364265775441792016-07-03T20:08:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.795-07:00Perempuan Yang Berkunjung Ke Rumah Kekasih<div style="padding-left: 10px;" width="400"><span style="font-size: smaller;"></span></div><div><div class="MsoNormal">Kakiku menapak di tanah tempat kamu dibesarkan. Udara segar pepohonan kuhidu dengan khidmat, bunga-bunga, aspal jalan, juga rumah-rumah kuamati dengan cermat. Ingin rasanya kutinggalkan jejak di mana-mana. Agar kau tahu, aku pernah menjejakkan kaki di kampung kelahiranmu. Aku pernah begitu ingin menjadi bagian dari dirimu, mengenali masa lalumu, dan menemani masa depanmu.</div><div class="MsoNormal"><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Anak-anak kecil melintas, berteriak-teriak berkejaran, membuyarkan lamunanku. Kureka-reka sendiri wajah dan postur tubuhmu semasa kanak-kanak. Pasti kau pernah sebahagia mereka, ya, pasti. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tapi hari ini pun kau juga. Jauh dari lokasiku saat ini, kau senyum sumringah karena berhasil membawa pujaan hati ke gerbang perkawinan. Perempuan itu, bukan aku yang tengah melepaskan kenangan kita satu per satu di kampung halamanmu. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Luv,</div><div class="MsoNormal">Nadia Almira Sagitta</div></div>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3312037198735552130.post-49113762311221369382016-07-01T20:15:00.000-07:002016-08-24T04:45:49.805-07:00Dua Jam Bersama Ica<div dir="ltr">Penerbanganku ke Medan kali ini cukup lama. Mengapa begitu? Soalnya, pesawat yang kunaiki menunggu giliran lepas landas selama 20 menit. Waktu yang ada tentu kumanfaatkan untuk tidur secara tadi pagi aku sahur terlalu cepat dan semalam tidurku hanya dua jam. Ketika aku membuka mata dan mengedarkan pandang ke sekeliling, kutemukan gadis kecil sedang melonjak-lonjak di pangkuan ayahnya. Ia mengenakan <i>onesies</i> putih bermotif dan jaket ungu. Saat pandangan kami beradu, aku memberinya senyum dan ia pun membalas senyumku. Aih, senangnya hati. Belakangan kutahu nama anak itu Ica. ^^</div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Tak lama, pramugari datang menawarkan makanan. Ica, yang masih batita, tentu saja makan siang dengan disuapi ibunya. Oh iya, jadi tempat duduk ayah dan ibu Ica dipisahkan <i>aisle</i> pesawat. Cukup sulit untuk ibu Ica menyuapi si anak karena adanya jarak antarkursi. Tatkala disuapi pertama kali, Ica tahu-tahu melepehkan nasi. Dari ekspresi wajahnya, sih, aku tahu nasinya masih terlalu panas, hahaha. Terus, memang dasar tabiat anak kecil yang mau melakukan semuanya sendiri, Ica berulangkali menepiskan tangan sang ibu dan mencuil sendiri makanan dari sendok. Gemas! </div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Ica ini aktif sekali. Suka loncat-loncat, ngegelosor di meja lipat, dan berjalan-jalan di lorong pesawat. Tiap ia berjalan, Ica menghampiri kursi-kursi penumpang. Haha, tampaknya ia penasaran dan ingin berkenalan. Ayah Ica sampai kewalahan mengejar-ngejar Ica yang lari ke sana kemari. Lucu sekali. Kutebak, jika ia dewasa nanti ia akan menjadi pribadi yang ramah, ekstrovert, dan penuh rasa ingin tahu. </div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Dua jam bersama Ica, pandanganku tidak lepas daripadanya. Anak satu ini memang menggemaskan sekali. Juga, mungkin yang membuatku betah berlama-lama memandanginya karena aku melihat kekompakan ibu dan ayah Ica. Kulihat sendiri betapa sabarnya ayah Ica menghadapi tingkah si anak. Hal yang sama belum tentu kutemukan pada orang tua lainnya. </div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Hal lain yang kupelajari dalam perjalanan ini adalah uniknya komunikasi antaribu. Baiknya kuceritakan dahulu tentang posisi dudukku tadi. Di depanku ada ibunya Ica dengan kakaknya Ica. Di samping ibu Ica, duduklah ayah Ica bersama Ica dan abangnya Ica. Di depan ayah Ica, ada seorang ibu dengan anak perempuannya. Di belakang ayah Ica, yakni di sampingku, duduklah pasangan muda dengan anak laki-laki mereka. Di belakangku juga ada seorang ibu dengan anak perempuan. <i>Well, you can imagine that I was all surrounded with kids. And I was there, single and very happy, with no kid. </i></div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Balik ke komunikasi tadi, kulihat ibunya Ica cepat akrab dengan seorang ibu yang duduk di seberangnya. Ya barangkali karena mereka punya pemahaman yang sama, "Kita saling tahu betapa repot dan bahagianya mengurus anak. <i>Why don't we share our stories?</i>" Unik, ya? Aku pun sok-sok akrab menanyakan ibu di sampingku perihal umur anaknya. :)))</div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Hehehe, Ca, makasih ya sudah menyedot perhatianku selama di pesawat. Khip ngegemesin ya, Ca! Terima kasih pula sudah mengingatkanku pada satu sosok. Adalah kau yang tidak berhenti menari-nari di pikiranku sepanjang perjalanan tadi, Tuan. </div><div dir="ltr"><br /></div><div dir="ltr">Luv,<br />Nadia Almira Sagitta</div>Nadia A.Shttp://www.blogger.com/profile/09471480105280054020noreply@blogger.com0