Friday, March 13, 2015

"Mending kita' disuka sama orang lain, daripada kita' yang sukaki. Toh, siapa tahu bisa jki' melebur karena rasa sayangnya dia sama kita'."

-someone said this to me tonite. 

Intinya... percaya saja Allah akan memberikan yang terbaik. Nggak nyambung, sih, sama konteks di atas. ^^

Wednesday, March 11, 2015

Kukira Tak Ada Lagi Tangis

Aku salah. Kukira aku tak akan menangis lagi karena cinta. Kenyataannya apa? Terus saja aku berharap, terus saja aku menangis. Barangkali, siklusnya baru berhenti ketika aku memutuskan menikah nanti. Tak pernah kukira kau akan membuatku menitikkan airmata. Memang tidak secara langsung, memang tidak kau torehkan luka apa-apa di hatiku. Lantas, mengapa aku menangis? Naifkah bila kukatakan aku terlalu cinta padamu? Wajarkah bila kukatakan aku rindu akan celotehan-celotehan lugasmu?
Suatu ketika, aku mendengarmu mengatakan sesuatu. Sesuatu berbau keseriusan masa depan. Mungkin, kau tak ingin bermain-main lagi denganku. Mungkin, kau ingin fokus kepada impian masa depan. Menuntaskan apa yang seharusnya tuntas, meraih apa yang seharusnya diraih. Mungkin, semua itu menarikmu dari lingkaranku.
Ya, itu. Aku sedih karena tak tahu harus berbuat apa. Rasa yang semakin membuncah ini bingung harus kusalurkan kepada siapa, kepada apa. Teman-temanku mendengarkan ceritaku dengan setengah hati. Barangkali, mereka bosan mendengar cerita tentangmu. Barangkali, aku sudah terlalu sering mengulang-ulang cerita yang sama. Terlebih lagi, kau menghilang dari peredaran. Makin tenggelamlah aku pada perasaanku sendiri. Aku butuh teman cerita! Sungguh.
Aku tahu perasaanku ini sangatlah berlebihan dan tak dianjurkan. Kau juga tentu tahu hal itu. Aku tahu rasa cinta yang diridai Allah hanyalah rasa yang dibingkai dalam ikatan pernikahan. Kau juga tentu tahu hal ini. Akan tetapi, aku tidak bisa. Aku tidak bisa mewujudkan keinginanku secepat itu. Masih harus kutunggu studi S-2 dan itu masih beberapa tahun lagi. Aku sungguh takut dalam beberapa tahun ke depan kau makin menjauh dariku. Tak lagi ada dalam genggaman, tak lagi dapat dihubungi sesuka hati. Hal itulah yang membuatku menangis hari ini. Andaikata ada mesin pengutara isi hati, barangkali kau bisa dengar sendiri suara-suara hati yang berkecamuk tiada tujuan ini. Aku tak begitu pandai mengolahnya dalam kata-kata.
Selamat, ya.
Selamat karena telah membuatku jatuh cinta
dan selamat telah membuatku jatuh untuk kesekian kali.

Saturday, March 7, 2015

Friday, March 6, 2015

Aku melewatkan pagiku di kamar. Kedinginan dan meriang bersama cerita-ceritamu. Bolehkah kukatakan cerita kita? Ada dua orang yang bertukar cerita, yakni aku dan kamu. Ya, aku membaca ulang percakapan kita yang telah lalu. Ditemani iringan saksofon One Day yang makin menambah gundah dan gulanaku. Kau...
Sadarkah kau telah merebut harta paling berharga milikku?
Apa artinya perbincangan kita selama ini? Adakah ia hanya sebagai pengisi waktu luangmu semata? Adakah ia basa-basi tak bermakna?
Aku merasa bingung entah harus berbuat apa. Terlalu banyak hal yang ingin kutanyakan, tetapi aku takut mendengar kenyataan. Semuanya membingungkan dan aku tidak suka. Sungguh, sudah banyak kali hati ini terluka. Aku tidak mau kau menjadi...orang yang melukai hatiku selanjutnya. Kau terlalu baik dan aku percaya kau tidak akan melukaiku. Iya, kan?