Thursday, August 27, 2015

Kena modus di halte Transjog

Sore tadi di halte Transjogja SMP 5, aku menunggu bus rute 3A. Kondisi halte saat itu penuh sesak. Aku bersama rombongan mahasiswa yang entah dari mana. Kulihat beberapa kaus mereka bertuliskan fotografi dan JFMI Solo. Mereka ternyata sedang menunggu bus yang sama denganku.

P: Kita nanti turun di mana, ya? Malioboro kan haltenya ada tiga.
L: Ya nggak tahu. Mau foto di ujung Malioboro itu kita, kan?
N: Turun di halte Malioboro 1, Mbak.
P: Oh iya, makasih ya, Mbak.
N: Rombongan dari Solo, toh?
L: Pasti karena ngelihat kaus ini, kan? (menunjuk kaus yang dipakainya) Bukan, Mbak. Kami dari Lombok. Ikutan jambore di Solo.
N: Ooh, sudah berapa hari di Jogja?
P: Baru juga sampai tadi, Mbak.
L: Kabar buruknya, Mbak, besok kami pulang.
N: Oalah... 

Sehabis itu aku manggut-manggut saja terdiam, sementara mereka melanjutkan percakapan dengan hebohnya. Beberapa percakapan mereka mengundang tawaku. Melihat aku tertawa, si L nimbrung.

L: Maklum, Mbak. Di Lombok nggak ada beginian. (Mungkin maksudnya Transjogja)
N: Yaah, tetapi di Lombok banyak pantai yang cantik.
L: Banyak sih, Mbak. Akan tetapi, di Lombok nggak ada yang secantik Mbak.

Woalah, aku digodain. Hahahah, aku nggak kuat menahan tawa. Pipiku merah, tentu saja. Bus 3A yang kami tunggu datangnya lama nian. Sudah dua kali datang, tetapi selalu penuh dan kami tak bisa masuk. Menanggapi hal itu, L berkata lagi.

L: Lama juga busnya ya, Mbak. Nggak apa-apalah, berarti kita masih punya waktu untuk cerita-cerita.

Dia lalu digodain teman-temannya, "Woooo, yang di Bandung gimana?" Aku geleng-geleng kepala aja sambil mengalihkan pandangan. Parahlah ini anak. SKSD-nya atuh daaaa.

P: Mbak, kalau mau ke Tugu bisa jalan kaki ndak, ya?
N: Bisa, kok. Nanti dari halte Malioboro 1, kalian jalan ke ujung aja sampai ketemu rel lalu belok kanan.
P: Searah sama Taman Pintar ndak, Mbak?
N: Wah, nggak. Kalau Tugu di sini, Taman Pintar di ujung sana. Kalian mau ke Tampin? Setahuku pukul segini sudah tutup.
P: Hehe, nggak kok, Mbak. Kami mau ke kilometer 0.
N: Oh, oke. Keduanya bisa ditempuh dengan jalan kaki, kok.
L: Mbak, kerja di Pusat Informasi Jogja, ya? (sambil senyum)
N: Nggak, saya masih mahasiswa.
L: S-2, Mbak?
N: Masih S-1, kok. Di UI Depok.
L: Oooh, samalah, Mbak. Saya juga masih mahasiswa. Hm, tiket bus dari Bandung ke Depok berapa ya, Mbak?
N: Berapa, ya? Saya kurang tahu kalau naik bus. Kalau mobil travel, sih, Rp80.000,00-an.
L: Oooh gitu ya, Mbak.

Wkwkkw, nimbrung aja, nih, anak! Di halte itu aku nggak berhenti ketawa. Aku sebal sih dimodusin, tetapi kali ini aku santai aja. Anggaplah penghibur di kala kesal menunggu bus. Tiati di jalan, ya, mahasiswa-mahasiswi Unram! Till we meet again. :)

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Wednesday, August 26, 2015

Modus

SEMUA LELAKI ITU MODUS!

Nggak kamu, nggak dia, yang ini, atau yang onoh semuanya punya bakat modus. Lah, sama saja.

Mau modus sampai mampus atau mau sayang-sayangan sampai kenyang juga nggak bakal mengubah pilihan jodohmu yang sudah tertulis di Lauhul Mahfudz.

Silakan aja pacaran bertahun-tahun atau naksir orang sepanjang masa, nantinya kalau kita berjodoh kamu pasti balik ke aku. Yah, sebenarnya mah aku nggak ngarepin orang yang macam begitu, sih. Ngapain, I deserve better kali. Kalau aku bersikeras menyukai Tuan X sampai rela mencurahkan segala sesuatu milikku, kesempatan akan datangnya pemuda yang lebih baik mengecil. Mata ini telah dihalangi tabir cinta yang sebenarnya semu. Cinta yang sebenarnya tak membawamu ke mana-mana selain jurang mematikan penuh duri sendu. Bagaimana jika suatu saat nanti datang seseorang yang persis seperti harapanmu? Wah, kau pasti menyesal menyia-nyiakan waktu dengan seseorang yang jauh dari harapan-tetapi-kau-pertahankan-atas-nama-cinta.

Jadi, kesimpulannya apa?
Satu, jangan termakan modus.
Dua, jangan terlalu cinta pada sesuatu yang belum menjadi hakmu, Sayangku.

Gadis-gadis manis nan cerdas macam kalian terlalu mulia untuk disia-siakan oleh modus tak bermutu.

Silakan menikmati setiap perjalanan rasa. Nyanyikanlah lagu "You've made me so very happy. I'm so glad you came into my life!" pabila kau mau. Silakan ekspresikan segalanya. Akan tetapi, jangan sampai cinta itu menjerumuskanmu. Cinta itu seperti lumpur hisap. Sekali kau masuk, sulit sekali keluar darinya. Cintailah dia sewajarnya saja. Masa kau rela memperjuangkan seseorang yang belum berani memperjuangkanmu? Fufufu~ Mari berpikir rasional! ♡

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Sunday, August 23, 2015

Tiga lagu

Malam hari di kediaman Eyang bulan Januari lalu. Aku memutar tiga lagu yang kumainkan berulang, yakni Untitled - Maliq D'essentials, Dekat Di Hati - Ran, dan Menjadi Lebih Indah - Adera.

Saat kutenggelam dalam sendu
Waktu pun enggan untuk berlalu
Kuberjanji untuk menutup pintu hatiku
Entah untuk siapa pun itu

Iya, itu dulu sebelum kau hadir. Dasar, jiwaku tak pernah kapok bila menyinggung cinta. Mulai detik itu kuizinkan kau membuka pintu hatiku walaupun kau tak pernah memintanya.

Bila cinta kita tak kan tercipta
Ku hanya sekedar ingin tuk mengerti
Adakah diriku singgah di hatimu
Dan bilakah kau tau
Kaulah yang ada di hatiku

Waktu itu aku sibuk menebak-nebak siapa yang kau suka. Lirik adakah ku sedikit di hatimu benar-benar mengusik jiwa sampai terbawa mimpi. Hari ini aku memutar lagu ini lagi dengan kondisi yang sama. Masih menebak-nebak, tetapi tidaklah sepenasaran dulu. Mungkin sudah berganti pasrah. Bila aku bukan yang ingin kau miliki juga tak mengapa. Yo masa maksa? Aku mah siapa atuh da. Jauhan, kok, ngarep. Eh, tetapi kata Ran mah jauh-jauhan tak apa karena masih memandang langit yang sama.
 
Meski kau kini jauh di sana
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun dekat di hati
 
Hahaha. Yo wislah. Kalau jodoh pasti bakal mendekat suatu hari nanti. Kalau bukan jodoh, mau seerat apa pun pasti bakalan pisah. Analoginya, amplop-prangko yang erat pun akan lepas bila memang lemnya kurang kuat. Pilih lem yang bagus, lah. Cari lem yang komitmennya kuat, jangan yang asal nempel. Analogi apa ini? Hahaha, random amat.

Aku rindu!

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Thursday, August 20, 2015

Menjaga perasaan

"Cinta itu... anugerah. Yang harus kau simpan rapat. Yang sejatinya tak usah kau umbar. Yang selayaknya kau jaga kelangsungan hidupnya hingga saat itu tiba menghampirimu." (Sagitta, 2012)

Sungguh tak kukira aku pernah menulis status macam ini. Kurasa tulisan ini muncul semasa aku baru hijrah dan patah hati. Zaman kelas tiga SMA itu heboh-hebohnya aku membaca artikel cinta dalam diam. Heboh-hebohnya aku mencari tahu hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam Islam. Heboh juga nangis bombai karena bimbang mengambil tindakan apa: menuruti nafsu hati atau menjaga perasaan. Dulu, hati bisa sedikit terhibur dengan nasihat tidak mengumbar perasaan karena memang sejatinya rasa itu dijaga, bukan disebarluaskan. Tak ada yang perlu tahu kau sedang jatuh hati. Sekarang? Semua orang tahu kau sedang dimabuk kasmaran, patah hati, atau gundah gulana. Dari mana mereka mengetahuinya? Ya, dari mulutmu yang lancang itulah. Kau tuliskan kutipan lagu atau puisi yang menggambarkan perasaan. Kau ungkapkan segala rasa di jejaring sosial. Kau tebar kode secara tak sengaja entah pada siapa. Kok, jadi semurah itu engkau? Berubah sekali. Berasa kembali menjadi remaja ingusan yang baru mengenal cinta. Malu, woy, sama umur. 

Hm, kalau dulu aku penasaran ingin pacaran, kini aku penasaran pada teman-teman yang menghalalkan perasaan. Hahahaha. Iya, sih, ingin menikah, tetapi baru sekadar ingin belum serius. Barangkali mau nikah supaya nggak galau-galauan lagi. Halah, alasan apa pula itu. /keplak/ Kau kira nikah itu sekadar pacaran halal aja? Romantis-romantisan sampai muak? Huhuhu, kan, nggak. Habisnya lelah galau melulu. Tuan, jauh-jauh aja sana dari hidupku. Kerjaanmu bikin aku galau setengah hidup. T-T

Yah, semoga aku bisa berubah, ya. Aamiin.

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Wednesday, August 12, 2015

Merasa tertinggal

Baru aja mendingan dikit, eh, malah cari penyakit dengan bahas skripsi. Alhasil kliyengan lagi. Entahlah, aku jadi tertekan setiap mendengar teman yang habis pulang konsul, teman yang nemu topik baru, dan lainnya. Semakin merasa tertinggal di belakang.

Skripsi itu dikerjakan, bukan hanya dipikirkan. Kerjakan apa yang kamu sukai, kata seorang kawan. Akan tetapi, bagaimana caraku mengerjakan apa yang aku sukai bila aku saja tidak tahu apa yang aku suka?

Allahu... Jadi bagaimana?

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Sakit stres

Nggodok air sendiri, bikin teh, dan bikin "kaca penghangat". Kaca penghangat itu botol kaca yang berisi air panas lalu diselimuti kain untuk kemudian ditempelkan ke perut. Ibuku selalu memberikanku kaca penghangat kalau aku sakit mag.

Pakai jaket tebal, matikan kipas angin, dan selimutan. Mutar lagu mellow, berbaring dengan kaki ditekuk, dan mata menerawang jauh.

Nelangsa, cuy.

Kamu, teh, stres sedikit nggak bisa karena langsung sakit. Stres itu penyakit mahasiswa yang kudu dihindari. Banyak penyakit yang bercabang dari stres.
--

Kangen asrama SMA 17.
Kangen Mutiara, kangen Oting, kangen Nina, kangen Emma, kangen Rian, kangen Pite, kangen Itha, kangen Suci, kangen Amel, kangen Bu Ipa, kangen Mbak Indah, kangen Mbak Siti, kangen Daeng Pajja, kangen banyaaaaak. MasyaaAllah. TvT

Semoga kalian di sana sehat sentosa, ya. I miss y'all.

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Emoskrip

Emosi sedang terguncang. Sedikit-sedikit mau nangis. Gegara skripsi.

Kena migraine, nangis
Padahal kena migraine gegara nangis juga
Kena mag juga mau nangis
Apalagi ditambah kehujanan di tengah jalan
Rasanya, tuh, mau bersimpuh dibasahi air hujan dan teriak,
"Kenapa, ya Allah?" (oke dramatis, abaikan)

Entahlah. Pulang-pulang dari kampus bukannya mendapat pencerahan, malah bertambah pusing. Semangat dari teman-teman dan dosen malah membuat migraineku menjadi-jadi.
 
Ini hanya masalah tiga setengah atau empat tahun.
"Bagaimana skripsimu?"
"Entahlah, aku berpikir untuk empat tahun."
"Loh, kenapa? Yah, Nadia aja mundur...gimana aku. Jadi takut."
"Jangan. Topik kamu sudah tetap, kan? Aku yang belum."

Ah, tidak bisakah kalimat "Nad saja begini..." itu ditanggalkan? Itu malah membuat aku makin berat. Apabila kau dianggap jago oleh kawan-kawanmu, kau tentu tahu bebannya seperti apa. Masa, sih, seorang dia tidak bisa tiga setengah tahun? Oh, sungguh gengsi sekali. 

Tadi aku bersama empat kawanku berkonsultasi dengan dosen. Di antara mereka, rasanya hanya aku yang curhat. Pemaparan ideku singkat saja dan lebih didominasi, "Bu, apakah ide ini tidak terlalu mudah? Apa layak jadi skripsi? Malah sebenarnya sudah ada yang meneliti hal ini, kami hanya berbeda objek saja.", "Bu, bagaimana kalau misalnya saya ambil skripsi semester ini, tetapi di tengah-tengah saya mengganti topik dan melanjutkannya ke tahun keempat?", dan "Bu, andaikata saya memilih skripsi pada semester delapan, apakah saya bisa mencicil bimbingan dengan dosen pilihan saya sejak semester ini?"

Komentar dosenku, "Kamu ini kebanyakan galau. Topik kamu bisa dilanjutkan, kok. Ini malah sudah bisa diselesaikan. Perihal topik yang mirip itu tidak apa-apa. Pasti ada perspektif baru dari tiap penelitian. Jangan repot mencari topik yang wah jika pembahasannya tidak dalam. Itu bisa membuat nilai kamu kurang. Dosen senang hati, kok, membimbing mahasiswa walaupun si mahasiswa belum memutuskan skripsi. Jangan takut."

Iya, Bu. Terima kasih atas saran-sarannya. Sebenarnya, aku mau penelitian lapangan seperti senior-senior terdahulu. Coba perhatikan skripsi tahun 2000-an ke bawah. Luar biasa. Aku sampai heran dari mana mereka sok ngide topik yang menarik itu, padahal teorinya tidak diajarkan di perkuliahan. Aku mau punya topik yang wah juga. Aku tahu aku bisa mengerjakannya, aku hanya belum menemukan topiknya saja. Oh, sungguh, memikirkannya saja sudah membuatku pusing. Terhimpit antara idealisme, waktu, dan mimpi-mimpi selanjutnya. Aku hanya menginginkan karya tulis pertamaku bermanfaat untuk ilmu pengetahuan. Aku tidak mau asal tulis tanpa tahu landasan pemilihan topik tersebut. Apa semata berkejaran dengan waktu saja? Kan mau jadi peneroka bahasa, apa iya bisa kuwujudkan bila skripsiku biasa saja? Galau nian. Aku butuh istikharah!

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Tuesday, August 11, 2015

Dinasihati Melalui Mimpi

Semalam aku bermimpi. Seorang teman yang mengenal kita berdua tiba-tiba mengomentari status Line-mu mengenaiku. Entah apa yang kau tulis itu, ia berkomentar tentang kita. Ia menyinggung aku dan kau. Kalimatnya begitu menohok. Sayangnya, di mimpiku, kau begitu pandai mengelak. Padahal, kau bisa saja diam dan mencerna dengan baik kata-katanya.

Akhir-akhir ini aku memimpikanmu, Tuan. Temanya berganti-ganti disesuaikan dengan keadaan hatiku malam sebelumnya.  Kali ini, kurasa Allah memberikan jawaban (atau peringatan) padaku, entah padamu. Apa kau juga sempat memimpikanku?

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Terlambat

N: Eh, ndak kompen* ko?
B: Kompen? Ndak, dong. Saya, kan, anak rajin.
N: Ngapamo yang rajin eh. Haruska kayak kau yang tidak telat semester ini. Susah bla bangun pagi sendirian. Tidak ada bangunkanka'...
B: Hahaha. Duh, gimana mau nikah kalau bangun masih sering kesiangan.
N: Waduh. Nohok, Mamen. Hahahaha. Iya, sih.

*suatu kompensasi atas keterlambatan atau ketidakhadiran mahasiswa. Biasanya diganti dengan bersih-bersih kampus.

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Sandal Jepit

Jarang banget pakai sandal jepit, sekalinya pakai kakiku malah lecet. Memang salahku, sih, seharusnya pakai kaus kaki. Tapi karena buru-buru, langsung saja kusambar sandal jepit dan berangkat. Allah negur, tuh. Aurat (kaki) malah kamu biarin gitu aja. Kakimu lecet, kan, jadinya. :( 

Jangan diulangi lagi.

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Sunday, August 9, 2015

Take My Hand

Forever seems like a long time
But nothing seems like a long time
When I’m with you
I feel like I’m walking on waters
Since the day that I asked your father
To let go of his daughter

Give me your blessing, sir
I’ll give her all that I’ve got
It doesn’t looks like much
But it sure feels like a lot

Let her take my heart and take my hand
Take my heart and take my hand
Take my heart and take my hand again and again
Right where we stand

I’ve never really know what love is
But whatever it is
I feel it in your kiss
You waltzed in like somebody planned it all
I feel right where I belong
My knees are weak
My heart is strong
So gimme your word and i'll give you all I’ve got
No we don’t have much
But it sure feels like a lot

So take my heart and take my hand
Take my heart and take my hand
Take my heart and take my hand again and again
Right where we stand

Take my heart and take my hand
I’ll be your lover and I’ll be your friend
Take my heart and take my hand again and again
Right where we stand

Ooh… too good to be true
I wanna spend my life with you
I wanna spend my life with you
Ooh… too good to be true
I wanna spend my life with you
I wanna spend my life with you

(Emily Hackett)
--

Def, this will be my wedding song! :')
Umm, diputar pas pemasangan cincin, mungkin? Atau pas jalan ke pelaminan? Atau pas resepsi aja? Kapan aja, deh, yang penting jadi lagu pernikahan. ^^♡

Nothing seems like a long time when I'm with you. Too good to be true, I wanna spend my life with you. Hiyaaa, terharu! (/v\)

Let him take my heart and take my hand, Dad.
Ke mana pun itu, asal kau ajak aku, aku turut mengikuti. I feel right where I belong. ♡ Deuuu romantis amat kamu, Nad. (memuji diri sendiri) Lha, benar, kan? Rida perempuan yang sudah nikah, kan, ada di ... di siapa coba? :)

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Saturday, August 8, 2015

Film What To Expect When You're Expecting

Baru saja aku selesai menonton film What To Expect When You're Expecting. Film ini menceritakan kisah lima pasangan, yaitu

1. Wendy dan Gary,
2. Jules dan Evan,
3. Rosie dan Marco,
4. Skyler dan Ramsey, dan
5. Holly dan Alex.

Mereka memiliki kisah kehamilan yang berbeda-beda. Ada suami yang tidak siap menjadi ayah, ada yang keguguran, ada yang harus dioperasi caesar kendati ia sangat menginginkan kelahiran normal, ada yang mengalami proses kehamilan dan melahirkan yang super-duper nyaman, ada pasangan yang mandul, ada yang sering berselisih paham karena keduanya jarang menghabiskan waktu berdua, dan lain-lain. 
 
Aku tidak bermaksud menuliskan ringkasan filmnya (karena kepanjangan!), aku hanya mau membeberkan beberapa hal yang ngena banget. Aku nangis, lho, saat ada yang keguguran dan mandul. Sumpah, pasti sedih banget rasanya kehilangan anak yang sangat dinanti-nantikan. Bahkan ada dialog si istri menyalahkan dirinya sendiri, "I'm the one who can't do the one thing that a woman is supposed to be able to do." Oh God, dear husbands out there, your wives need you to support them in this kind of situation. :') 
 
Ada satu adegan mengharukan favoritku, nih. Si suami pulang lebih awal dan segera memeluk istrinya, "I don't want anyone else taking care of you, that's my job. I just want our baby safe, okay?" Setelah itu, ia menekurkan kepala di atas perut istrinya dan berbisik, "Dad is here. Dad is here."

Aaaaw, so sweeeeet. I'm melting right now. ♡♡♡
 
Adegan mengharukan lainnya, ya, proses melahirkan. OMG, terharu banget ngelihat para suami berdiri di samping istrinya, merengkuh atau menggenggam tangan istrinya, dan menyemangati mereka. You can do it! Ahaha tetapi ada yang lucu juga, sih. Ada suami yang mengerutkan dahi dan terbengong heran saat melihat wajah istrinya yang kesakitan. Doi speechless kali, ya. Yoi kawan, melahirkan itu sakit. Itu kesimpulanku setelah menonton beberapa episode One Born Every Minute. Hohoho, ngilu sendiri. >,< So be sure to be there and give your best support to your lovely wife! ♡♡♡

Aku, sih, paling suka adegan setelah prosesi kelahiran, si suami menghampiri istrinya lalu mengecup kening dan bibirnya. Kadang ada yang bilang, "Thank you." Kira-kira maksudnya itu, "Makasih sudah berjuang melahirkan anak kita, luv." Oemjiiiiii manis bangeeeet. I can't breathe... (/v\) 
 
Intinya, film ini bagus dan layak ditonton oleh pasangan yang menanti kelahiran, pasangan yang baru menikah, atau bahkan yang masih sendiri-mandiri sepertiku. (ups!)
 
Kamu sudah nonton filmnya? Silakan beri komentar di bawah ini.
 
Luv,
Nadia Almira Sagitta

Friday, August 7, 2015

Menetapkan Standar

Standar. Mengapa kita harus repot menetapkan standar bila pada akhirnya kita terantuk pada orang yang jauh dari preferensi kita? Kamu maunya yang begini, begini, begitu, sementara dia seperti itu. Lantas, apa kamu langsung menjauhinya kendati dia tidak memenuhi standarmu? Tidak, kan.

Kita tidak pernah tahu cara kerja hati. Hati punya standardisasi kenyamanan tersendiri. Bisa jadi ia menemukannya pada orang yang jauh berbeda, setengah serupa, atau persis sama. Ia menyesuaikan keinginan dan kenyataan kita dengan lihainya. Seseorang  yang berbeda jauh denganmu tentu akan membawa nuansa baru untuk kau nikmati. Nuansa baru itu dapat menjadi cobaan sekaligus tantangan. Akan banyak toleransi, akan banyak pengertian, akan butuh banyak kesabaran dalam perjalanannya. Kendati demikian, hati tahu cara mengatur yang tidak ideal menjadi ideal. Jadi, bisa kau terangkan lagi apa guna standar itu?

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Thursday, August 6, 2015

Surat untuk Diri

Nadia yang baik,

Aku menulis surat ini kepadamu sebagai ungkapan rasa sayangku padamu. September nanti kamu akan memasuki semester ketujuh, kan? Kucuridengar dari percakapan kawan-kawanmu, katanya ini bakal menjadi semester akhirmu di kampus. Semangat, ya, Nadia!
 
Berhubungan dengan itu, aku memiliki saran-saran yang akan menunjang kesuksesanmu di semester depan. Simak baik-baik, ya.
 
Pertama, jangan terlambat ke kampus lagi. Sudah cukup track record-mu di hadapan kawan dan dosen-dosenmu. Mulai dari terlambat lima menit hingga telat satu jam pernah kau lakukan. Malu, kan? Hehe. Makanya, tak ada lagi ceritanya baru terbangun pukul 07.45 lalu terbirit-birit ke kampus. Lagian, terburu-buru seperti itu tak menyempatkanmu berpakaian yang rapi dan berdandan yang cantik, bukan? Ayolah, kamu tak nampak seperti orang yang siap menerima ilmu dari dosen. Nah, kini beri mereka impresi yang baik! :)
 
Kedua, jangan menjadi prokrastinator lagi. Aku tahu ide cemerlangmu seringkali (terpaksa) muncul di menit-menit terakhir. Akan tetapi, kebiasaan seperti itu tidak baik. Tidak baik bagi pekerjaanmu, psikismu, dan mentalmu. Ubahlah kebiasaan itu apabila kamu ingin meneruskan pendidikan ke jenjang doktor. Nah, aku tahu caranya mengurangi kebiasaan menundamu itu. Catat dengan baik tugas-tugas yang diberikan dosen dan selepas kampus langsung kamu cicil. Segera cari bahan bacaannya. Semester depan hanya ada tiga mata kuliah, kan? Ah, tentu tak ada alasan menjadi prokrastinator lagi karena waktumu bertambah luang. :)

Ketiga, jadilah yang terbaik di kelas. Nomor wahid. Aku yakin, dengan terkikisnya sifat prokrastinatormu itu, kamu dapat menjadi yang terbaik. Harumkan namamu melalui lingkungan terkecil, yaitu di kelasmu sendiri. :)

Keempat, rajinlah berkunjung ke perpustakaan. Ini berkenaan dengan rencana skripsimu. Jika perlu, maraton perpus aja: ke perpus setiap hari. Terisolasi sementara tiada mengapa demi skripsi yang gemilang dan menggembirakan. :)

Kelima, jangan sering begadang tanpa maksud. Begadang bermain ponsel it's a big no-no! Begadang boleh jika ada tugas. Kasihan ginjal dan hatimu kalau kamu terlalu sering begadang. Begadang bikin kamu jerawatan, punya kantung mata, dan ngantuk di pagi hari. Lihat, efek negatif semua, tuh. Singkatnya, begadang bikin kamu jelek. Nggak mau terlihat jelek, kan? :)

Keenam, jaga kesehatan lambungmu. Sudah cukup sakit-sakit di masa lampau karena kesalahanmu sendiri. Kamu selalu mengabaikan waktu makan! Apa aku perlu mengingatkanmu setiap saat? Rajinlah makan buah, minum madu, dan minum jus tanpa gula. Semoga jatah bolosmu karena sakit jauh berkurang, ya. :)

Ketujuh, pedulilah dengan skoliosismu. Derajat 46 dan 30 sudah cukup parah menurutku. Jangan bawa barang-barang tak perlu di tasmu agar pundakmu tidak perlu menahan beban yang berat. Jangan bungkuk saat jalan atau duduk. Menulislah dengan postur tubuh yang tegap, bukan miring ke kiri-kanan. Satu lagi, lakukan back-up 40 kali sehari secara rutin. Itu saran dokter yang kerap kamu abaikan karena mengeluh sakit punggung. Ayolah, sakit sedikit tidak apa-apa, bukan? Toh, kamu tidak mengenakan brace 23 jam seperti beberapa penyandang skoliosis lainnya. Jangan mudah mengeluh. Skolioser itu kuat! :)

Kedelapan, rapikan kamarmu setiap hari seolah-olah ada ratu Inggris yang akan datang berkunjung. Haha, oke ini hiperbola, tetapi aku serius mengenai kerapian kamar. Kamar yang berantakan hanya akan memberi energi negatif untukmu. Kamu jadi malas dan mengantuk. Duh, itu pengaruh buruk bagi kelangsungan skripsimu kelak. Jadi, rapikan rak bukumu, meja belajarmu, tempat tidurmu, dan lemari bajumu. :)
 
Kurasa cukup delapan saran dariku, Nad. Semoga kamu dapat menerapkan setiap saran yang kuberikan. Aku ingin melihat dirimu yang baru di semester depan. Jangan stres menghadapi semester akhir. Jangan kalap menghadapi skripsi. Everything is gonna be fine. Aku menyayangimu, diriku, maka dari itulah kutulis surat ini.
 
Salam,
Nadia Almira Sagitta

Wednesday, August 5, 2015

Mimpi: Jalan Bareng

Bagaimana rasanya berjalan-jalan ke mimpiku? :)

K: Kamu ada acara Jumat nanti?
A: Tidak, ada apa?
K: Aku mau ngajak jalan.
A: Ke mana?
K: Ke mana aja. Gimana?
A: Ng, oke. Kabarin aja.
K: Sip. Pukul sepuluh aku samperin kamu, ya. 

Mimpinya singkat sesingkat percakapan ini. Hanya seputar ajakan jalan, tetapi itu sudah sesuatu sekali. Hahahaha. Hm, di mimpiku, kita seolah tak mengenal batas-batas pergaulan, ya? Ah ya sudahlah, hanya bunga tidur ini.

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Hapalan atau nyanyian?

Kau sibuk mengunduh lagu-lagu baru dan menuliskan liriknya di sini. Bagaimana dengan hapalan Alquranmu? Adakah ia bertambah atau malah lepas satu per satu dari ingatanmu? Dengarlah, jika cinta membuatmu terlena dengan lagu-lagu romantis dan melalaikanmu dari mengingat-Nya, masihkah ia disebut cinta? Bagaimana perihal cinta karena Allah? Tidakkah engkau menginginkannya? Oh, tobatlah wahai diri. >.< Malu sama umur kalau juz 'amma saja tidak kau hapal.

Semangat! Belum ada kata terlambat untuk memulai semuanya dari awal.

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Tuesday, August 4, 2015

Welkom, skripsi!

Tadinya nangis gegara lagu Teardrops on My Guitar. Itu lagu andalan tahun 2010 pas patah hati. Ahahahaha. Udah rencana mau gegalauan ngingat masa lalu, eh, kemudian dapat kabar kalau pengumpulan proposal skripsi itu tanggal 7 September. TUJUH SEPTEMBER, MEN. Haks, haks, haks. Air matanya ilang gitu aja, ini lebih penting! Skripsi, Nanadkuuuh. ^^♡

Kala Cinta Menggoda +komentar

Sejak jumpa kita pertama kulangsung jatuh cinta
(Nggak, sih, terpesona aja)
Walau kutahu kau ada pemiliknya
(Emang iya? Nggak tahu, deh)
Tapi kutak dapat membohongi hati nurani
(Bohong, kan, dosa)
Kutak dapat menghindari gejolak cinta ini
(Sepakat, Chris!)

Reff:
Maka izinkanlah aku mencintaimu
(Boleh, ya? Nggak ganggu, kok)
Atau bolehkan aku sekedar sayang padamu
(Love doesn't hurt, kan?)

Memang serba salah rasanya tertusuk panah cinta
(Iya, macam makan buah simalakama)
Apalagi aku juga ada pemiliknya
(Pemilik dari Hongkong, hahaha iya milik Allah)
Tapi kutak mampu membohongi hati nurani
(Cieeee)
Kutak mampu menghindari gejolak cinta ini
(Buktinya, berbunga-bunga)

Maka maafkan jika kumencintaimu
(Salahkah? Aku, kan, nggak minta dibalas)
Atau biarkan kumengharap kau sayang padaku
(Harapan belaka doang, nggak maksa)

-Chrisye

Sekian dan terima kasih. #randommalam

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Menghadap Jendela

Li, kira-kira satu setengah tahun lalu, aku sama kamu makan malam di Ortega. Masih ingat nggak aku memilih tempat duduk yang menghadap jendela? Kalau alasannya kamu ingat juga, nggak? Hehe, waktu itu aku ingin mencermati motor yang berlalu-lalang di depan warung. Siapa tahu satu di antara banyak itu ada motornya. Kamu tertawa dan meledekku, lalu kamu ajak aku bercerita.

Malam ini aku duduk di warung makan yang pembelinya hanya aku seorang. Lagi, aku memilih tempat duduk yang menghadap ke jalan. Kupandangi motor-motor yang berseliweran di depan mata, kali ini tanpa harapan. Memang tak ada yang dapat diharapkan. 

Sudah satu setengah tahun silam, ya. Kamu apa kabar?

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Setahun Kemarin

Di ujung jalan itu setahun kemarin
Kuteringat kumenunggumu
Bidadari belahan jiwaku
Entah berapa lama
Satu jam menanti, kutermenung
Kencan pertama hilang tak bertepi di anganku

Sayang, walau bulan tak bercahaya
Cintaku selalu dalam jiwa
Di lubuk hati terdalam
Sayang, jika memang kau sungguh sayang
Diriku takkan berpaling lagi
Kupeluk selamanya

(Kahitna)
--

Wkwk. Jalan itu tak lagi sama, lho. Eh, secara fisik mah sebenarnya masih sama tak ada perubahan hanya rasanya aja yang berbeda. Serasa ada yang hilang gitu. (Oops! Lebay detected) Oke, ini sama lebaynya dengan orang-orang yang berkata, "Aku tak bisa hidup tanpa kamu." Well helloooo, sebelum kamu datang juga aku hidup sehat sentosa, kan? Itu betul, tetapi si dia telanjur melangkahkan kakinya ke hidupku. Telanjur menyemarakkan hidupku dengan kembang api warna-warni. Telanjur mewarnai kanvas hidupku dengan kuas cinta. Hahaha kapan kamu berhenti hiperbola, Nad? (geleng-geleng kepala) Karena segala ketelanjuran itu, tatkala ia menghilang tentu saja ada yang hampa, dong? Iya nggak, iya dong, iya deh ya? That's why semuanya tak lagi sama. Fufufu. Etapi walaupun sikonnya tak lagi persis sama, cintaku selalu dalam jiwa seperti kata Mas-mas Kahitna. Hahaha sumpah mau ngakak pas nulis ini. Cheesy banget! Ini tulisan maksa banget, deh, mentang-mentang lagi cinta dengan "Setahun Kemarin"-nya Kahitna. Kalian mesti dengerin lagunya karena musiknya asyik! Seriously. (^-^*)

Sayang, jika memang kau sungguh sayang
Diriku takkan berpaling lagi --> setelah dipinang dan dinikahi, tentunya. Hahaha ngapain sesetia itu sama sosok yang bukan belahan jiwa. Azegg. (Canda, sik. Lagi musingin skripswit)

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Monday, August 3, 2015

Teman Hidup

Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju
Bersama arungi derasnya waktu

Di dekatnya aku lebih tenang
Bersamanya jalan lebih terang

Bila di depan nanti
Banyak cobaan untuk kisah cinta kita
Jangan cepat menyerah
Kau punya aku, ku punya kamu, selamanya kan begitu

(Tulus)
--

We have each other's back, don't we?

Asal bersama, mah, semua pasti bisa dijalani. Yoet, Mamen. Hahaha. Sok tahu kau, Nad. Makanya satukan tujuan!

Kalimat favoritku di lagu ini: kau punya aku, ku punya kamu. Uwuwuw, romantis banget, kaaan? Aku jatuh cinta sama semua hal berbau romantis. Wk, lebay. (Biarin!)

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Saturday, August 1, 2015

Mood Swinging

Love me tender,
love me sweet,
never let me go.
You have made my life complete,
and I love you so.

Love me tender,
love me true,
all my dreams fulfilled.
For my darlin' I love you,
and I always will.

Love me tender,
love me long,
take me to your heart.
For it's there that I belong,
and we'll never part.

Love me tender,
love me dear,
tell me you are mine.
I'll be yours through all the years,
till the end of time.

(When at last my dreams come true
Darling this I know
Happiness will follow you
Everywhere you go).

Lirik: Elvis Presley
Versi yang aku suka: Norah Jones
--

Love me tender, darl. And I'll be yours.
Halo, pembaca setiaku! Jika selama ini ada di antara kalian yang mengikuti cerita-ceritaku secara berentetan, barangkali akan terbingung-bingung dengan sikapku. (Perasaan empat hari lalu anak ini berbunga-bunga, lalu gundah berduka, eh sekarang riang gembira lagi?) Hahaha, that's me. Lama-lama aku curiga aku mengidap bipolar. Mood swinging melulu. Oh Tuhan, semoga tidak, ya. :p

I don't know, just take it easy. Santai sajalah. Hidup, kan, berbentuk lingkaran. Ia berputar terus. Kadang kita di atas, terkadang di bawah. Suatu waktu kita dibuat bahagia sampai ke cakrawala, suatu waktu dibuat sedih tiada terkira. Kesimpulannya, ya, jalani saja semuanya. Silakan memberi emosi penuh untuk setiap kejadian yang kau alami. Kalau kau sedih, biarlah menangis sampai air matamu kering. Kalau kau bahagia, jangan lupa tersenyum lebar sampai-sampai bibirmu tak sanggup merentangkan dirinya lagi. Di satu sisi, jangan lupakan kehadiran Allah. Kalau sedih, curhatlah ke Dia. Kalau bahagia, bersyukurlah pada-Nya. ^^♡

Take me to your heart
For it's there that I belong

Whoa, you wouldn't believe me kalau yang membuatku mood swinging seperti ini hanya satu orang. Wkwkwk. Kalau kata Beth di film When In Rome, "Do you enjoy watching me go crazy? Did you have fun watching my life turn upside down because of love? Because I did."

Yaudahlahya. Selamat datang di era 20-an hidupmu! Ha. Masa SMA sudah cukup lucu, coba kita lihat selucu apa era duapuluhan ini.