Monday, February 29, 2016

Pudar

Ini tentang kita yang kian hari kian memudar
Dan segalanya berjalan seperti biasa
Seolah tidak ada apa-apa
--

Tuesday, February 23, 2016

Yang patah, tumbuh

Yang patah tumbuh, yang hilang berganti
Yang hancur lebur akan terobati
Yang sia-sia akan jadi makna
Yang terus berulang suatu saat henti
Yang pernah jatuh 'kan berdiri lagi
Yang patah tumbuh, yang hilang berganti

(Banda Neira)

Sedang menyukai lagu ini karena sangat bermakna.
Artinya, kamu nggak perlu terus murung karena kebahagiaan akan segera menghampiri
Sesuatu yang hilang akan tergantikan dengan yang lebih baik.

Move up! :)

Tuesday, February 9, 2016

Pura-pura


















Semua drama.

Tak usah ada perjumpaan

Tidak usah ada kita.
Tidak usah ada selamanya.
Tidak usah ada janji setia.
--

Aku kini mengerti mengapa kau (masih) menghindariku. Seribu satu cerita kita yang telah menjadi histori tampaknya tak ingin kau kuak lagi. Walaupun untuk sekadar menyapaku, kau tidak. Seolah-olah aku sedemikian bersalah, padahal memohon maaf pun aku sudah.

Bertemu sepenggal kisah masa lalu ternyata menyedihkan.

Lebih baik menghindari perjumpaan hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Sebab...
Ada nyeri yang terasa ketika bertemu sekelebat bayang. Ada denyut yang mendadak berhenti ketika mendengar sebaris sapa. Lebih baik tidak jumpa daripada pertahanan porak-poranda.

Selasa yang menangis

Selasa pagi yang mendung.
Ning menemuiku di kantin kampus. Kami bertukar cerita liburan dan menyisipkan curahan hati sembari menunggu hujan reda. Karena tidak tampak tanda hujan akan berhenti, kami nekat menembus hujan berbekal payung kecil dan membiarkan bawahan dan sepatu kami basah. Kami menuju tujuan yang sama, yakni ruang dosen.

Selasa siang yang muram.
"Dosennya tidak bisa ditemui jika belum bikin janji, nih."
"Ya sudah, kamu SMS beliau dan kita tunggu dua puluh menit lagi."
Seorang laki-laki masuk gedung dan beberapa kali melempar pandang ke arah kami. Baru saja aku ingin bertanya, "Ning, itu kawanmu?", ternyata lelaki itu menyapa.
"Ina? Ina, kan?" sapanya sambil menunjukku.
"Iya. Eh, kakak?" ucapku tak percaya. Perawakanmu berbeda, aku sampai tidak mengenali. Ke mana saja kau selama berbulan-bulan? Dan kali ini, kulihat kau tak sendiri. Ada perempuan bersamamu.
"Ina..."
"Ai!" Aku segera bangkit dari duduk dan menyalami Ai yang tampak manis, seperti biasa.
"Ai, kamu apa kabar? Lama tidak berjumpa." Kutampakkan senyum paling manis yang kupunya. Ada wajah yang sedang berkamuflase. Wajah yang tampak bahagia dan baik-baik saja. Padahal...
"Iya, alhamdulillah baik. Sedang skripsi juga?"
"Ya, kita sama."
"Eh, kalian saling kenal?"
"Oh iya, dia senior aku dulu." Segera kulirik dirimu dan kau tampak menundukkan muka. Kenapa? "Omong-omong, kalian ngapain di sini?
"Iya, Na, si Ai belanja mata kuliah. Saya menemani sekalian ingin silaturahmi ke dosennya."
Kau menyarankan Ai mengambil mata kuliah itu?
--

"Ina, saya ingin mencoba kuliah di fakultasmu. Rencananya ambil ini dan itu. Kamu ada saran dosen?"
"Sesaat lagi saya kabari, ya."
Klik.
Aku ingat percakapan 27 detik kita. Aku ingat siapa yang kuhubungi demi mendapatkan jawaban untukmu. Aku ingat semuanya, entah kamu.
--

"Oh, Ai belanja mata kuliah itu, toh. Kau sendiri apa kabar, kak? Lanjut kuliah, kan?"
"Iya, saya kuliah lagi."
"Oh, oke. Ya udah, sampai nanti, ya." (Bodoh kau, mengapa kau terkesan mengusir?)
"Oke, Ina. Kami duluan, ya."

Kau berbalik. Menyisakan balik punggung yang entah kapan kulihat lagi.
"Kak, sukses ya kuliahnya!"
Berbaliklah, sebentar saja. Lihat aku, sekilas saja. 
Tapi tidak, kau hanya menyampingkan tubuh dan mengayunkan tangan, "Iya, Na, terima kasih."
Kemudian berlalulah engkau di balik pintu. Kutanya diri sendiri, "Benarkah aku baik-baik saja?"
--

You're breaking my heart, you're breaking my heart
Don't tell me that we will never be together...

Monday, February 8, 2016

Seek

"He who seek doesn't find, he who doesn't seek will be found."

(Franz Kafka)

--
Seperti kita, suatu hari nanti. Mungkin akan berpapasan ketika sama lelah mencari. Kuputuskan untuk berhenti mencari-cari kamu. Kusingkirkan semua usaha hingga ke titik terpojok yang kutahu. Jalan yang terbentang di hadapanku adalah jalan menuju mimpi, bukan menuju kamu.

Akan tetapi, jangan lupa menyapa dan mengajakku berkenalan jika kita bertemu, suatu hari nanti.

Sunday, February 7, 2016

Kangen: Rendra

oleh WS Rendra

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
Kau tak akan mengerti segala lukaku
karena cinta telah sembunyikan pisaunya

Membayangkan wajahmu adalah siksa
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan
Engkau telah menjadi racun bagi darahku
Apabila aku dalam kangen dan sepi
itulah berarti
aku tungku tanpa api

--

Pertama kali kenal puisi cintanya WS Rendra ketika menonton 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta. Itu film cinta pertama yang sukses membuatku menangis saat SMA. Wkwk, yeay, bisa menangis juga setelah dijuluki perempuan batu karena jarang menangis walaupun itu berkaitan dengan keluarga. Iya, dulu setelah Eyang Kakung meninggal, stok air mataku mendadak habis.

WS Rendra identik dengan puisi-puisi perlawanan dan rakyat kecil. Sekali itu aku baru tahu ia juga menulis puisi cinta. Dan ini, "Kangen", merupakan puisi yang kusukai. Suasana hampa benar-benar terbangun dalam diksi tungku tanpa api.

Bagi beberapa orang, puisi terdengar lebay karena keluahan kata-katanya, tetapi tidak bagiku. Sebagai mahasiswi sastra Indonesia yang kehidupannya dipenuhi tulisan indah sastrawi bernada bunga-bunga, adalah wajar perasaan diungkapkan melalui diksi yang manis. Sayangnya, aku tidak diberi kelihaian merangkai kata. Tulisanku terlalu frontal dan tidak puitis. Kawanku saja pernah bilang tulisanku mirip tulisan jurnalis. Terlalu denotatif. Hahaha biarlah. Setiap orang punya hak untuk mengungkapkan rasa dan tidak boleh ada yang menghakimi.

Kalian bagaimana? Suka menulis juga?
Why don't you start your own blog?

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Pasangan favorit

Pagi ini mendengarkan lagu Kahitna. Kangen rumah, kangen Bunda dan Ayah. Kangen dengar lagu mereka di rumah. Kangen suara Ayah yang nyanyi ketika Minggu pagi. Kangen Bunda yang selalu menyimpan CD Kahitna di mobil dan selalu diputar. Kangen dengar kalian bilang, "Ini lagu Bunda sama Ayah." Dulu, aku sempat bingung kenapa kalian memilih lagu-lagu mereka untuk menyimbolkan cerita cinta kalian, sementara lagu mereka galau semua. Akan tetapi, terima kasih sudah mengenalkan lagu-lagu Kahitna sedari kecil. Mungkin itu juga yang membuatku begitu perasa hingga saat ini. Pengaruh buruk dong ya, Bun? Hahaha.

Biar aku menepi
bukan lelah menanti
namun apalah artinya cinta pada bayangan
Oh,
pedih aku rasakan kenyataannya cinta tak harus selalu miliki

Pengin pulang untuk melihat pasangan favoritku. Pasangan yang membuatku tenang dan yakin bahwa cinta sejati itu ada. Bahwa cinta bisa bertahan sampai tua. Bahwa apa pun perbedaan yang ada, selalu ada jalan tengah. Bahwa keegoisan satu kepala bisa luntur karena cinta. Bahwa diperlukan dukungan dan pengertian ekstra untuk saling memahami. Terlalu lama berada di sini membuat keyakinanku terkikis pelan-pelan. 

Kepada Mantan Sahabatku

Aku sungguh bingung dengan sikapmu belakangan ini. Kaulah yang ambil langkah untuk memutus tali cinta dengan sahabatku. Kau bilang hidupmu akan berjalan baik-baik saja tanpanya.

Lalu kau pergi dengan segala ketidakpekaanmu. Meninggalkan sahabatku galau berhari-hari. Belum cukup kau patahkan hatinya, kau kembali datang seolah tidak ada apa-apa. Kau kembali menelepon dia di malam hari. Chatting-an. Bikin puisi. Menggodanya lagi. Sahabatku tentu saja gembira dan sukarela menerima kedatanganmu. Aku tahu hatinya luka, tetapi setitik harapan masih terpancar jelas dalam tatapannya. Hatinya kau ombang-ambingkan sekenamu. Heh, kau kira siapa yang menemani dan menghiburnya ketika ia galau? Aku. Kau? Mana peduli. Dasar laki-laki hilang rasa, tidak peka!

Dan tadi, sahabatku mengeluhkan sikapmu yang terkesan tarik-ulur. Maumu apa? Putus ya putus, nggak usah berlagak pacar. Jawabanmu apa?

"Ah, hati yang patah gampang disembuhkan."

WHAT THE HECK?

Nggak punya rasa malu, Mas? Boleh kusebut kau brengsek?
Pergi sana! Nggak perlu mencoba memenangkan hatinya kembali. Keterlaluan sekali sikapmu itu. Salahmu sendiri meninggalkan dia. She deserves better man, and he's not you. Ngaca, Mas. Memangnya kau sehebat apa?

Saturday, February 6, 2016

Masalah

Merasa sehati dengan novel Pasung Jiwa.

"Tak ada jiwa yang bermasalah. Yang bermasalah adalah hal-hal yang ada di luar jiwa itu. Yang bermasalah itu kebiasaan, aturan, orang-orang yang mau menjaga tatanan." (Masita, Pasung Jiwa)
--

Maka bacalah sastra! Seringkali kegamangan perasaan menemui solusinya dalam rangkai kata para peramu aksara.*

*meminjam istilah dari @fadlillahocta

Ssst!

Psssh, keep it to yourself.
--

Suara-suara. Ribut. Dengung. Berisik. Rahasia. Senyap. Pendam. Hati. Suara-suara. Menunggu. Disuarakan. Ocehan. Gaduh. Etika. Bising. Sendiri. Dalam. Simpan. Privasi. Sunyi.

--

Ssst!

Lebih Bersinar

Heh, I finally did it!

Dasar kocak kau, Nad. Dari SMP begitu mulu sampai sekarang. Ahahaha, ya gimana, kepribadian orang berbeda, itu juga yang menjadikan tiap orang unik. Beberapa kejadian silam membuatku sadar, "Terlalu sekali perasaanku sampai selalu tumpah dari wadah."

Beruntung kali ya orang yang menikah sama aku, bakal diromantisin mulu tiap hari. Hahaha. Udah ah, jangan pikir cinta dulu. Syarat LPDP diperketat, mamen! Gimana mau daftar kalau pikiran nggak fokus melulu? Maka, aku berharap semalam bisa benar-benar menetralkan perasaan dan menjernihkan pikiran.

Nanad yang lucu, ceria, baik hati yang selama ini kalian kenali akan segera kembali, cihuy! Bosan juga ditanyain, "Nanad kenapa? Nanad jangan sedih... Aku nggak rela lihat Nanad sedih, sini aku nikahin (?)" Wkwk yang terakhir canda wey, nggak ada yang ngomong gitu. :p

Umur 21 itu waktu-waktunya bersinar kan, ya? Udah 2016 juga lagian, mesti jadi pribadi yang lebih bersinar. Tahun kemarin sudah menolak kepercayaan dan kesempatan untuk menjadi mapres. Tahun ini semoga bisa mengejar segala ketertinggalan, semoga bisa maju ke kursi terdepan fakultas di balairung pada Agustus nanti. Aamiin, insyaAllah, walaupun nggak yakin juga, sih. :D

Atau maju jadi pemakalah setelah selama ini kekeuh mengakui kemampuan diri belum cukup. Come on, sudah berapa seminar kau hadiri, masa nggak ada ide juga? Alasan. ^^

Intinya gitu. Cinta seharusnya tidak menghambat produktivitas. Jika kau merasa terhambat, barangkali itu bukan cinta yang benar.

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Friday, February 5, 2016

The Art of Masturdating - Buzzfeed

https://youtu.be/IbVFqUIkeCU

Hahaha, jadi ingat sewaktu keliling Jogja seharian dan mampir ke sebuah kafe es krim untuk istirahat.
P = pelayan
A = aku

P: Selamat malam, meja untuk berapa orang?
A: Malam, satu orang.
P: (ngasih tatapan lucu) Satu? Sendiri aja ya, Mbak?
A: Hehe, iya.

Kafenya romantis amat. Outdoor, meja-kursi kayu, lilin, dan musik jazz. Plus, saat itu malam Minggu. Tetangga kiri-kanan pada bawa keluarga dan pasangan, wkwkwk. Agak keki, sih, tetapi santai aja, lah. I really enjoy masturdating~ self care won't hurt. Terkadang, kita butuh waktu untuk sendiri: jalan-jalan sendirian, nonton bioskop sendirian, makan di restoran sendirian, dll. Sendirian tidak selalu berarti kesepian. ;)

Thursday, February 4, 2016

Wednesday, February 3, 2016

Berteman

I: Temen aja, ya?
H: Iya, ya udah temenan aja.

(padahal saling suka, padahal sudah merangkai mimpi-mimpi manis)

I dan H kemudian menjaga jarak. Lama, hingga bertahun-tahun lamanya. Pada tahun-tahun yang sepi itu, I dan H bertransformasi menjadi dua sosok yang berbeda. H lalu datang lagi, mencairkan suasana yang selama ini beku. Kali ini, ia tidak sendiri.

H: Selamat ulang tahun. Semoga kebaikan selalu terlimpahkan padamu.
I: Aamiin. Terima kasih. Semoga kau juga.
...
I: Bagaimana kuliahmu?
H: Sedang sibuk ini dan itu. Kau?
I: Sama, sedang mempersiapkan itu juga. Eh, semoga langgeng, ya.
H: Eh, oh, iya terima kasih.
...

Rasanya aneh sekali. Dulunya bisa bercerita apa saja, sekarang seolah ada sekat yang membatasi mereka berdua. Disapa belum tentu dibalas, dikomentari belum tentu ditanggapi, tetapi mereka saling memperhatikan dalam diam. Hanya saling ingin tahu keadaan masing-masing. Baik-baikkah ia setelah berpisah?

Kau tahu, putus cinta memang meninggalkan kekakuan yang tak terdefinisikan. Jangan terlalu banyak menjalin hubungan. Sesuatu yang hilang, selamanya hilang, walaupun sesuatu itu kembali lagi. Jangan banyak-banyak meninggalkan kekosongan dalam jiwa.

Luv,
Nadia Almira Sagitta