Wednesday, September 30, 2015

Smoothie Story: Green Smoothie

Buongiorno a tutti!

Aku mau berbagi cerita mengenai smoothie yang kubuat hari ini. Berhubung aku membeli blender bulan Agustus lalu dan dipengaruhi oleh clean eating dan channel The Domestic Geek, aku jadi tergerak untuk membuat smoothie sebagai pendamping sarapan. Yuhu, Domestic Geek punya banyak resep untuk kau tiru! Seperti hari ini, aku meniru resep green smoothie-nya yang menggunakan avokad, timun, bayam, dan apel. Mulanya aku mengernyit ketika sayur ikutan dijus, waduh apa rasanya? Namun, akibat penasaran, aku bikin juga. Berikut ini resepnya.

1/2 avokad
1/2 apel hijau, tadi aku menggunakan Granny Smith
1/2 timun
segenggam bayam
dan sedikit air

Turns out, it's actually tastes great! Enak, lho, beneran. Nggak ada rasa eneg dan pahitnya sama sekali. Rasanya segar dan sedikit asam karena ada apel dan timun di dalamnya. Sepertinya avokad hanya menyumbang kekentalan smoothie dan bayam nyumbang warna. Wkwkw, soalnya rasa kedua bahan itu minor banget.

Anyway, kayaknya besok-besok aku pakai apel Malang aja, deh. Hahaha, kemarin emang nggak nemu apel tersebut jadinya beli apel GS. Di samping itu, aku emang penasaran dengan rasa apel GS.

Rincian biaya:
Dua avokad Rp14.000,00 @Rp7.000,00 >> lagi diskon di Hypermart Detos!
Dua apel GS Rp20.000,00 @Rp10.000,00
Tiga timun lokal Rp9.000,00 @Rp3.000,00
Seikat bayam Rp2.000,00 >> lagi diskon di Hypermart Detos!

Well, kalau dihitung-hitung, biaya untuk membuat smoothie tadi ya Rp12.000,00. Bisa lebih murah, kok, kalau belanja di pasar. ^^ Mahal atau nggaknya smoothie-mu dipengaruhi oleh seberapa banyak buah dan sayur yang kau gunakan dan lokasi belanjamu.

Tips: kurangi penggunaan gula pasir dalam smoothie. Buah-buahan sudah memiliki fruktosa (gula), kok. Kalau mau sedikit manis, gunakan pemanis alami, seperti madu, sirup maple, sirup agave, atau stevia. Itu pun jangan kebanyakan! :)

Yuhu, selamat berkreasi dan hidup sehat!

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Obrolan saudari: ngemil

F: Hi!
N: Heyy.
F: What are you doin?
N: Shopping. Groceries shopping.
F: I want to go too.
N: What? Hahaha.
F: I wanna buy snack.
N: I buy fruits and veggies for my smoothies. I rarely buy biscuits and chips now.
F: Ooooh not fun! I eat chips now.
N: Oh yea? What kind of chips?
F: Nacho cheese. Doritos. Hehehe, we are kinda opposite.

Hahahaha sebenarnya mah kita nggak gitu berbeda, Fir. Aku juga suka ngemil kue dan keripik. Hanya saja, sekarang lagi membatasi makanan semacam itu. Makin bertambah umur makin peduli kesehatan, lah. Lagi usaha mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak. Haha, kau jangan malas makan buah dan sayur! But for now, enjoy your chips! :9

Luv and kangen,
Nadia Almira Sagitta

Monday, September 28, 2015

Perkenalan dengan food combining

Demi apa pun aku baru tahu pengombinasian makananku dalam sehari kacau sekali. Cenderung nggak sehat. Apa mau dikata makanan anak kos mah... 

Mesti menghindari nasi ayam, kwetiau, dan nasgor kayaknya. Sudah terlampau sering mengonsumsi makanan kurang serat bin kaya minyak itu. Mesti lebih banyak makan sayur, buah, dan protein lain. :')

Aaaa, mau cerita soal food combining, tetapi aku belum ada waktu untuk mengetik ceritanya. Lagian, aku belum praktikkan FC ini. Nanti, deh, aku cerita kalau sudah memulai FC yang sehat agar nggak terkesan omdo. ♡

Demi hidup anak kosan yang lebih sejahtera!

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Hari buah (?)

Halo! Buonaseraaaa~

Semangat bener, ya, aku. Iya, hari ini lagi bahagia alhamdulillah. ♡ Lagi banyak makan, jadinya bahagia. Pagi tadi ngemil avokad (tsaelah, camilannya buah). Aneh, sih, makan avokad gitu aja, jadi aku tambahkan madu dan meses. Rasanya lumayan walaupun masih agak pahit. :'9 

Siang tadi, aku dan teman sekelas ditraktir Nindy yang sedang berulang tahun! Kyaaa makan enak dan gratis! Bahagianya anak kos itu sederhana. ♡

Sepulangnya dari sana, kabel charger-ku lenyap. Iya, lenyap entah terjatuh di mana. Kehilangan kabel data cukup membuatku stres, soalnya kabel itu asli dan baru beli tiga minggu lalu. Nah, aku jajan jus buah untuk menenangkan stres. Seperti biasa, pesan jus buah tanpa susu. Kamu tahu, kan, buah itu tidak boleh dicampur susu? (yang akhirnya aku ragukan karena smoothies nyaris selalu pakai susu) Entahlah, tetapi aku jadi parno mencampur jus buah dengan susu kental manis. Lagian buah itu sudah memiliki fruktosa, lalu dicampur air gula dan susu kental manis pula! Aduh, bisa diabetes aku nanti. Intinya, batasi penggunaan gula pada makanan dan minuman.

Pas makan malam, aku nggak jajan. Malah masak spageti di rumah. Haha, nggak terhitung masak, sih, wong cuma merebus spageti dan menghangatkan bumbu instan. Yang beda kali ini cuma tehku aja. Aku baru beli Lipton Strawberry Tea. Tsah, gaya banget, kan, teh aja pakai rasa stroberi. Mirip dengan yang dijual di resto-resto itu. Akan tetapi, gegara sebelumnya aku baca-baca soal clean eating (silakan kamu googling), aku meminum teh itu tanpa gula. Pahit, tentu saja. Untunglah ada aroma stroberinya. Wkwk. ♡

Doakan aku bisa menjalani gaya hidup sehat, ya. Beneran deh ini mau sehat. Nggak mau ninggalin sarapan, nggak mau ngelewatin makan malam, ngurangin camilan nggak sehat, ngurangin MSG, hopefully menjalankan clean eating, dan mau rajin olahraga. Belum terlambat, kan? ♡

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Sunday, September 27, 2015

Berbelok

A: Aku tahu, kok, aku salah. Entah kenapa aku jadi begini lagi. Seperti dulu saat belum tahu apa-apa. Sekarang rasanya berat sekali karena sesungguhnya sudah paham ilmu, tetapi tak dapat kuimplementasikan.
M: Urusan salah atau benar, kalian yang lebih tahu dariku. Tapi, yang namanya perasaan itu sulit dikontrol. Mungkin itu yang buat kau jadi belok seperti ini.
A: Yah, I should've known. Aku lelah, M. Tak banyak yang dapat kukhayalkan tentang masa depan. Rasanya aku ingin menyudahi saja.
M: Kenapa tidak dari dulu?
A: Well, kau tahu, ketika baru saja menyukai seseorang, mana ada kau berpikir tentang hal yang jauh.
M: Ya, aku pun pasti masih asyik-asyiknya kasmaran. Jadi bagaimana?
A: Entahlah.
M: Tampaknya kau hobi sekali mengkhawatirkan hal yang belum terjadi, ya? Pikiranmu, lho, yang menggalaukan dirimu, bukan orang lain. Terlalu banyak, "Kalau begini bagaimana? Kalau misalnya seperti ini bagaimana?" Santailah dan jalani saja.
A: Kucoba. Akan kucoba. 

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Saturday, September 26, 2015

Hati yang Dinamis

C: Allah itu Maha Membolak-balikkan Hati. Hatimu dinamis, tolong kali ini pindahlah ke yang lebih baik.
I: Tidak bisa. Bukankah sudah kukatakan kalau aku sudah mencoba?
C: Pasti bisa. Hatimu itu dinamis, kayak love and go. Kadang aku mau sepertimu.
I: Yah, love, get hurt, and then go. Tapi apa kau mau sepertiku yang masih saja menangis teringat-teringat yang dulu padahal sekarang ada yang baru?
C: Kau menangis ingat dia?
I: You don't say.
C: Hm, tetapi tolong kali ini, lupakan dia. Aku tidak setuju dengan pilihanmu kali ini.
I: Apa rasanya ketika semua orang menolak pilihanmu, C? Berat sekali. Dia salah apa?
C: Salah karena dia begitu! Kau sendiri yang bilang.
I: ...
C: Ada yang lebih baik, percayalah. Ada banyak orang yang mau sama kau. Kenapa harus berhenti di satu orang?
I: Bukankah kita sama? Ada orang yang jelas-jelas suka sama kau, tetapi kau malah memilih cinta lama yang jelas-jelas bikin sakit.
C: Ya. Kita sama. Cinta memang bikin gila.

Cerita dua dewasa muda yang galau karena bersikukuh mempertahankan cinta--yang katanya tidak pantas dipertahankan.

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Friday, September 25, 2015

Menebar pertanda

Katanya, hal yang tidak mengenakkan itu saling suka, tetapi tidak saling menyatakan rasa. Dua sejoli itu lalu menebak-nebak sendiri perasaan satu sama lain. Mau bilang, takut ditolak dan belum dapat memberikan apa-apa. Nggak bilang, gelisah sendiri takut ia keburu dipinang. Padahal, kata temanku, "Dengan kamu nyatakan sekarang pun, tidak berarti menghalanginya dari pinangan orang lain. Kalau mau bilang, jangan ke orangnya saja, tetapi juga ke keluarganya. Itu kalau serius. Perkataan sayang dan cinta tidak bermakna apa-apa jika tidak ada keseriusan yang kau tawarkan." 

Dan makin parahlah keadaan ketika dua sejoli itu saling menebarkan pertanda. Mereka saling menyiksa batin tanpa mereka sadari. Degup kencang yang dialami tatkala membaca pertanda dapat menyebabkan sakit jantung. Hati-hati. Apalagi bila tahu pertanda itu gagal terungkap maknanya seperti salah membaca sinyal. Wah, stres dan gangguan jiwa menanti di belakang.

Menebar kode itu menebar penyakit. Percayalah. Aku tahu.
Hentikan dari sekarang demi kesehatan batin dan jiwa.

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Thursday, September 24, 2015

Awal dan akhir

Mengapa harus ada pertemuan bila akhirnya berpisah jua?
Mengapa harus ada cerita bila akhirnya bisu meraja?
Mengapa harus ada perkenalan bila akhirnya enggan menyapa?
Mengapa harus ada cinta bila akhirnya menuai luka?

Luv,
Nadia Almira Sagitta

--
Aku takut kehilangan ia yang sempat memberi bahagia. Karena aku tahu, dalam sekedipan mata, ia bisa lantas pergi tanpa permisi. Tidak ada yang mengikatnya untuk tetap di sini. Pun denganku, tidak ada yang mengikatku untuk bertahan di sini. Kami bisa sama-sama pergi meniti mimpi, melupakan segala perbincangan yang pernah terjadi, dan menjadi asing satu sama lain. Pada saat itu, aku akan bertanya, "Mengapa kami dipertemukan kalau begitu? Untuk bahagia? Untuk saling menggores luka? Atau apa?"

Sepucuk surat

Malam ini aku akan menulis sepucuk surat. Untukmu. Kalimat demi kalimat menari di hadapan ketika aku menatap jendela. Terangkai menjadi wacana ketika aku menyelusuri jalan yang tak lagi asing bagiku. 

Biarkan aku menuangkan pemikiran dan kegelisahan
Melalui sepucuk surat
Yang menunggu masa
Untuk sampai ke jari lentikmu. 
--

Tenang saja, kupastikan surat ini sampai ke tanganmu.
Tunggulah.
Tapi jangan kau tunggu perasaanku.

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Monday, September 21, 2015

Menjadi skolioser

Aku bersyukur punya teman-teman yang perhatian denganku. Contohnya kemarin, aku membawa beban barang yang cukup berat. Aku membawa tas ransel, tas laptop, dan tas tangan. Tas ranselku penuh buku, tas tanganku juga penuh buku dan satu jaket, sementara tas laptopku ya berisi laptop yang beratnya...ampun, deh. Mereka membantuku membawakan laptop. Makasih banyak, ya. ♡

Ketika mau pulang...
"Nad, kamu pulang naik ojek, kan?"
"Ng, nggak tahu. Jalan kaki, mungkin?"
"Naik ojek, Naaad. Kamu tahu kosanmu sejauh itu. Lagi, ini bawaanmu banyak banget."
"Mahal banget ojek kalau dari kampus ke kosan, beda kalau sebaliknya."
"Ya gimana, tulang punggungmu kasihan. Naik ojek aja, ya?"

Akhirnya aku pulang naik ojek. Sampai kosan, tanpa basa-basi, langsung tidur padahal belum makan malam. Tulang punggungku berulah, nyeri sekali. 

Menjadi skolioser memang butuh rasa sabar.
Sabar dengan nyeri punggung yang dialami ketika duduk atau berdiri terlalu lama
Sabar dengan sesak napas yang terkadang menghampiri diri
Sabar dengan kesulitan tidur karena bingung menentukan posisi (telentang, miring kiri, atau miring kanan)
Sabar dengan nyeri punggung yang dialami ketika harus membawa beban berat
Sabar menjalani latihan-latihan peregangan 
Sabar menegakkan posisi duduk yang salah walaupun tak nyaman

Belum lagi pengalaman skolioser lain yang memakai brace, operasi, dan lain-lain.

Ayo, semangat skolioser! We are bent but not broken!
Kita harus bersinar di tengah ketidaksempurnaan. ♡

Cheers,
Nadia Almira Sagitta
Seorang skolioser berderajat 45


Friday, September 18, 2015

WM or FTM?

Menjadi ibu pekerja atau ibu rumah tangga? Working mom or full time mother? Baru saja saya membaca artikel yang berseliweran di Facebook. Salah satu artikel berasal dari situs agama dengan judul yang agak menyudutkan ibu pekerja. Artikelnya cukup panas, terlebih lagi komentar pembacanya. Ada yang membawa-bawa dalil agama, ada yang membawa-bawa realita hidup, ada pula yang membawa-bawa gengsi akademis.
 
Hm, apakah aku terlalu dini mengamati perdebatan WM-FTM yang tiada akhir ini? Menurutku, sih, tidak apalagi aku sudah memproyeksikan diriku sebagai WM di masa depan. Justru dengan mengamati perkembangan isu ini, aku bisa mendapatkan pertimbangan sana-sini.
 
Berdasarkan hasil pembacaanku terhadap beberapa blog pribadi yang membahas FTM dan WM, keputusan tersebut terletak di tangan sang ibu. Hidup kita selalu dikelilingi oleh pilihan-pilihan, salah satunya adalah pilihan untuk berkarir atau tidak. FTM dan WM sama-sama bisa mengurus dan anak suami dengan cara yang berbeda. Jangan sudutkan pilihan wanita yang ingin meniti karir. Jangan memandang rendah kuantitas kebersamaan keluarga yang dimiliki oleh WM, yang tentu saja berbeda jauh dengan para FTM. Ini bukan berarti WM itu tidak becus mengurus keluarga. Sama sekali tidak! Sama halnya dengan para FTM. Bukan berarti mereka kuper dan tidak memiliki wawasan yang sama dengan para ibu yang berinteraksi dengan dunia luar. Ini hanya masalah pilihan berikut konsekuensinya. Percayalah, setiap ibu pasti menginginkan yang terbaik untuk keluarganya. Ibu yang cerdas pasti bisa membagi prioritas waktunya: kapan untuk dirinya, kapan untuk anaknya, kapan untuk suaminya, dan kapan untuk pekerjaannya.
 
Aku sendiri merupakan cetakan seorang working mom yang luar biasa. Ibuku adalah seorang pekerja yang jam kerjanya tinggi, terkadang malah melebihi ayahku. Tak jarang ibuku lembur di kantor yang pada akhirnya membuat aku dan adikku bertanya-tanya kapan dirinya bisa pulang ke rumah. Sehari-hari, aku dan adikku dititipkan kepada pembantu--yang memang hanya lulusan SD (aku tak menafikan hal itu). Akan tetapi, sebelum berangkat kantor, ibuku selalu menitipkan pesan mengenai apa yang boleh kami lakukan dan apa yang tidak kepada penjaga kami. Di saat istirahat makan siang, ibuku selalu menelepon rumah dan menanyakan kabar kami. Terkadang, beliau bertanya, "Mau dibawakan apa hari ini?" Lalu dari mulut kami meluncurlah nama barang-barang atau makanan yang diidamkan hari itu. Ketika beliau pulang ke rumah, terlihat jelas raut wajahnya yang lelah. Tak jarang pula beliau marah-marah karena kesalahan kecil yang kami buat. Akan tetapi, tak apa. Aku tahu beliau lelah di kantor. Marah-marahnya itu membuat kami lebih disiplin.
 
Aku memang pernah merindukan sosok ibu yang sepenuhnya berada di rumah. Aku ingat, dulu aku sangat bahagia ketika ibuku mengambil cuti kantor karena sakit atau sekadar ingin menemani kami bermain di rumah saja. Akan tetapi, aku juga tahu hal itu tak mungkin terus-terusan terjadi. Dirinya yang aktif di luar rumah membuat kami tumbuh sebagai sosok yang lebih mandiri. Aku pun merasa cukup dengan kehadirannya pada saat pagi, petang, malam, dan sepenuhnya di akhir pekan. Kurasa jika aku menjadi WM kelak, akhir pekan juga akan kudedikasikan untuk keluarga. Sekarang ibuku menjadi seorang FTM. Ia mengurusi ayah, adikku, dan aku (walaupun jarak jauh) dengan sangat baik. Ia kembali memasak, suatu kegiatan yang jarang dilakukannya selama ia menjadi WM. Salah satu hal yang kusadari dan kusyukuri saat ibuku menjadi FTM: aku baru tahu masakannya itu enak sekali. Ibuku adalah contoh ibu pekerja berikut ibu rumah tangga yang luar biasa. ♡
 
Intinya, hargailah keputusan yang telah disepakati oleh setiap keluarga. Keluargamu bukanlah keluarga mereka. Ada sistem yang berbeda, ada kebahagiaan yang berbeda. Biarkanlah kita semua hidup dengan cara masing-masing yang tentunya unik dan tak biasa.

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Cinta vs Mimpi

Tulisan ini mengingatkanku akan sesuatu.

Jika cinta itu pengorbanan, apa lantas aku harus mengorbankan mimpi-mimpiku demi membersamaimu? Ini pertanyaan sulit yang hingga kini belum kutemui jawabannya. Ini pertanyaan yang kerap kugaungkan dalam benak andaikata kau memilihku untuk menjadi pendampingmu. Perlu kau tahu bahwa aku terbiasa mengorbankan sesuatu demi mengejar mimpiku. Kukorbankan kebersamaan dengan keluarga di Amerika dan memilih tinggal di Indonesia demi mengejar mimpiku. Kukorbankan waktu-waktu santaiku demi mengejar mimpiku. Aku takut, ketika hambatan itu datang di saat sedikit lagi jarak antara aku dan mimpiku, aku juga akan mengorbankan perasaanku; kamu.
 
Aku tidak ingin mengorbankan dirimu sedemikian jauh, tetapi aku juga tidak ingin mengorbankan mimpi yang telah kucita-citakan dengan matang. Aku tak lepas berdoa pada Allah agar diberi kemudahan dalam mencari pasangan hidup kelak. Entah dengan pemuda yang satu pemikiran denganku atau dengan pemuda yang bersedia mendukung mimpi-mimpiku. Untuk jawabannya, aku belum tahu. Toh, aku belum menikah. Akan tetapi, aku bisa merasakan perbedaan yang sekiranya akan aku dan kamu alami saat menikah nanti.

Barangkali menikah denganku bukanlah keputusan yang tepat bagi orang-orang yang mendewakan kedekatan jarak. Bisa saja aku melakukan perjalanan ke suatu daerah, memetakan bahasa di tempat itu, lalu pulang menyambutmu berminggu-minggu kemudian. Bisa saja aku meneruskan pendidikan ke jenjang doktor di sebuah universitas terkemuka di Inggris. Kau boleh ikut, boleh juga tidak. Bisa saja aku diutus kampus untuk mengajarkan bahasa Indonesia di suatu negara selama dua tahun lamanya. Kau boleh ikut, boleh juga tidak. Kalau boleh memilih, aku tentu berharap kau ikut denganku. Akan tetapi, adakah lelaki yang seperti itu? Dia yang bersedia mengikuti istrinya yang ditugaskan ke negeri yang jauh? Kurasa sedikit sekali, ya. Toh, alasannya pasti balik lagi ke kewajiban laki-laki, yakni menafkahi perempuan. Tak mungkin lelaki yang berpindah pekerjaan, mestilah perempuan. Tak mungkin lelaki yang undur diri dari pekerjaan, mestilah perempuan. Ya Allah, jika memang ada lelaki yang seperti bayanganku, tolong simpankan satu untukku.

Jadi, aku tak ingin menjanjikan apa-apa, bahkan perasaan juga tidak. Bisa jadi saat ini aku mencintai dan sangat menginginkanmu, tetapi saat perkenalan yang lebih serius nanti aku malah undur diri karena berbeda paham denganmu. Hal itu bisa saja terjadi dan mungkin sekali.

Maka dari itu, aku tak ingin menjanjikan apa-apa...

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Wednesday, September 16, 2015

BB Cream: First Try

Kemarin baru beli BB Cream untuk pertama kali. BB Cream ini fungsinya mirip dengan foundation, tetapi lebih ringan dan lebih kaya mineral. Wkwkwk. Sok tahu banget ya aku? Beberapa waktu lalu, aku lagi ketagihan makeup sendiri di rumah. Karena keranjingan makeup, tentunya sering pakai foundation, dan tentunya lagi penggunaan foundation yang terlalu berat itu menimbulkan jerawat. -______-

Jadilah, aku iseng-iseng baca di internet soal BB Cream dan voila! Aku memboyong BB Cream Ponds ukuran mini ke rumah. Kenapa mini? Soalnya murah, Rp11.000,00, dan aku hanya sekadar mencoba. BB Cream ini ada dua warna, yaitu beige dan light. Berhubung kulitku cenderung gelap, tentu saja aku memilih tone beige. Tips dari internet, sih, pilih satu tone lebih gelap untuk foundation/BB Cream dan satu tone lebih terang untuk bedak.

Teksturnya emang beneran ringan bangeeeet! Tadi juga cuma aku pulas tipis-tipis di wajah, tetapi efeknya cukup terlihat. Warnanya cocok di kulitku, nggak terlihat topeng banget. ♡♡♡ Malah, keanehan baru terlihat ketika aku pakai bedak (tampaknya tone bedakku kecerahan, deh). 

Hari ini memutuskan ke kampus dengan memakai makeup. Haha tumben. Iya, soalnya aku nggak ada kuliah dan cuma ngerjain tugas kelompok, jadinya aku berani. :v

Omong-omong, lucu aja sih. Dulu aku paling malas merawat badan dan wajah, lah boro-boro makeup-an! Sekarang mah bikin jadwal perawatan sendiri di notes khusus. Sudah nyaris seminggu aku disiplin menaati jadwal. :D

"Take care of yourself right now, you'll thank me later."  -aku

Yup, selagi masih muda dan banyak waktu luang, kenapa tidak? Kebahagiaan tersendiri, lho, ngelihat semua-muanya cantik. :)

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Diskusi melahirkan ide skripsi

Ternyata, aku hanya butuh diskusi. Hari ini aku bercerita dengan seorang dosen. Eh, tiba-tiba saja aku mengutarakan topik skripsi yang berniat kukubur dalam-dalam. Mengapa dikubur? Soalnya, aku merasa topik tersebut tidak ada kontribusinya sama sekali dan terkesan sebagai topik asal jadi demi memenuhi tuntutan skripsi. Yoman, aku nggak mau, dong! Lantas, dosen tersebut memberiku ide, "Bagaimana kalau kamu meneliti perkembangan kosakatanya saja, Nad? Coba cek KBBI 1--4, KUBI kalau perlu." Huwaaaaaw, keren juga ya, Bu! Yap, yap, segera kulaksanakan! Ini topik kesekian yang kudapat dari dosen. Sebelumnya, aku juga mendapat wawasan dan tawaran untuk mengerjakan beberapa topik dari dosen lain. Semuanya masih perlu pertimbangan, sih. Nah, untuk mengisi waktu, bisa tuh kukerjakan satu per satu. Toh, rata-rata korpusnya kamus. Bismillah, hap hap hap semangat! Senang, ya, berdiskusi dengan dosen! :)

Teman-teman, walaupun sekarang aku sedang mencicil topik yang berkenaan dengan kamus, mohon doakan aku agar mendapat ilham untuk penelitian lapangan, ya! Aku sangat-sangat-sangat ingin terjun ke lapangan dan meneliti secara langsung. :")

Semoga ilham itu segera datang! Aamiin.

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Tuesday, September 15, 2015

Pulang ke Amerika

Malam ini aku mimpi pulang ke Amerika. Aku memutuskan pulang di tengah tumpukan tugas. Di tengah batuk dan flu yang mendera beberapa hari ini. Di tengah kurs dolar yang lagi gila-gilaan. Tapi hanya seminggu.

Ketika aku bangun barusan, aku sadar aku begitu egois.

Egois dengan teman-teman kelompok yang kutinggalkan
Egois dengan ayah dan bunda yang membiayai tiket pulang dan pergiku
Egois demi kebahagiaan sendiri.

Tahukah kau biaya sekali perjalanan ke New York?
1300 USD sekali perjalanan, itu kalau naik Singapore Airlines.

1300 USD x Rp14.000,00? Rp18.000.000,00.

Gimana kalau PP? Hitung sendiri.

Ya pantas saja kubilang egois, kan. Menghabiskan puluhan juta cuma untuk pulang seminggu. Mending kalau sebulan.

Nah, kini kau tahu kenapa aku nggak pernah pulang lagi ke NY selama liburan. Kini kau juga tahu mengapa beberapa teman kuliahmu memilih mendekam di perantauan dibanding pulang ke kampung. Nggak mungkin pulang jika hanya merepotkan orang tua dan melepas rindu saja. Ada kawanku yang bilang, "Pulang itu mesti membawa kesuksesan biar yang di kampung senang."
 
Jadi anak rantau memang sulit, tetapi melatihmu mandiri.
Memendam rindu memang sulit, tetapi meningkatkan rasa cinta.

Semangat mengukir kesuksesan di negeri perantauan!
Semangatmu tak boleh pupus!
Ada mereka yang menanti dirimu mencapai cita
Ada mereka yang menunggu raut bahagiamu
Ada mereka pula yang tak henti mendoakanmu

Semangat mengukir senyum pada wajah-wajah mereka. :')

Penuh cinta,
Nadia Almira Sagitta

(Semangat Naaad, jangan kalah sama batuk, flu, dan tugas yang tak seberapa!)

Monday, September 14, 2015

Sup Krim Instan

Malam ini sakit. Bawaan dari empat hari lalu, sih. Tertular flu lantas meriang berhari-hari. Tahu kan ya meriang itu gimana? Badan kedinginan, sementara suhu tubuhmu panas. Itu demam, dong? Haha ya sama saja sebenarnya. Meriang ini ngeganggu banget. Tidur jadi susah karena selalu kedinginan padahal udah selimutan. Serba salah. 

Malam ini lupa banget isi pulsa, jadi nggak bisa pesan makanan di rumah makan langganan. Kalau jalan kaki, nggak kuat karena capek dan terpapar angin malam. Jadilah, aku bongkar lemari makanan aja. Nemu sup krim Royco! Ini salah satu sup krim favoritku. Kalau aku sakit, Bunda bikinin sup krim instan satu ini. Nadia kecil suka sup ini dibandingkan bubur karena lebih kaya rasa. (Ya iyalah, penuh MSG!)

Singkat cerita, aku menuju dapur dan memanaskan air. Petunjuk pembuatannya:
1. Masukkan sup krim instan ke panci yang berisi dua gelas air
2. Didihkan sambil terus diaduk
3. Sajikan

Oke, gampang banget. Setelah menunggu beberapa saat, supku jadi juga dengan krim yang menggumpal di sana-sini. Kuabaikan saja, toh, yang menggumpal tidak begitu banyak. Tetap bisa dimakan, kan?

Eng, ing, eng, ketika aku mencoba mengunyah gumpalan sup krim itu...rasanya luar biasa asin, pemirsaaaa! Serasa menelan "bongkahan" MSG. Oh my goodness! Pas googling, ternyata gumpalan sup krim menandakan proses pengadukan yang belum rata. (Ah, maklumi anakmu yang telanjur lapar ini, Ibunda)

Seketika teringat kata seorang kawan, "Kamu, kok, hobi sekali beli makanan instan (bubur, sup krim, energen, mashed potato, dkk)? Itu semua, kan, tidak sehat." Waktu itu cuma bisa jawab, "Soalnya aku nggak bisa masak beneran. Palingan bisa yang instan-instan doang."

Namun, tak kupungkiri semenjak temanku berkata seperti itu, aku menghentikan konsumsi energen dan beralih ke oats. Aku berhenti beli bubur instan dan mashed potato. Rasa kedua produk tadi memang kentara dibuat-buat. Tersisa sup krim yang masih senantiasa kubeli sebanyak dua bungkus setiap bulannya dengan ancang-ancang kalau aku terbaring lemah seperti saat ini. Setelah aku menelan bongkahan MSG di sup krim instan tadi, aku jadi ragu. Bila rasanya seasin itu, berapa miligram MSG yang ditaburkan dalam sebungkus sup krim? Aku makan MSG, dong? -_____-

Huft, kalau seperti ini rasanya mau belajar masak aja supaya bisa hidup sehat bebas dari MSG. Soon, pretty soon.

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Sunday, September 13, 2015

Nonton pentas tari

Aaaaark, bangkrut total. Charger Samsung sumpah mahalnya amit-amitan. Rp247.900,00! Tadi juga beli kartu memori untuk kamera. Kartu lamaku hilang. T-T Dompet kering dalam sekejap. Ha-ha.

Walaupun begitu, tetap gembira, dong! Wkkw. Hari ini jalan-jalan sama Tiya dan Aat. Nontonin anak-anak sanggar tari pentas di Detos. Nanti kalau aku punya anak, bakal kuajarkan seni budaya Indonesia, kata si Tiya. Haha setuju banget! Kalau aku, sih, mau ngajarin tari tradisional.♡

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Saturday, September 12, 2015

Suara Khusus

9 Different Voices Women Use - Video

Malam ini nonton video di atas (lagi) gegara menyadari sesuatu. Aku baru sadar suaraku cenderung rendah ketika berbicara dengan teman-teman. Kalau mulai nyerocos, suaraku naik dengan sendirinya dan tak jarang terdengar cempreng. Nah, tadi aku baru menemukan satu suara khasku: suara saat ngobrol dengan anak kecil. Di tengah jalan, aku ditanya oleh seorang anak, "Halo, kak. Kakak mau laundry?" Hm, pertanyaan yang cukup aneh. Barangkali keluarganya buka usaha penatu. "Nggak, Adik. Kakak baru aja taruh cucian di depan. Makasih, ya." 

Suaraku tadi...haluuus banget. Nggak terlalu tinggi, nggak terlalu rendah. Suaraku tadi manis sekali. ♡♡♡ Nah, mungkin aku otomatis menyesuaikan diri dengan lawan bicara. Lawan bicaraku anak-anak, anak-anak itu manis, jadi aku juga harus terlihat manis (?) Hahaha analogi yang konyol!

Well, well. Menyinggung lagi video yang tadi, aku jadi penasaran suara talking-to-your-bae-ku nanti. Seimut itukah? Belum bisa ditebak karena baenya belum ada. Hahaha. Anyway, aku suka suara Cristen di sultry-lady-voice. Kesannya seksi gimana gitu. Mungkin nanti aku juga akan punya suara itu. Iye nanti, barangkali setelah nikah? Hahahha. Canda doang elah. ^^b

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Friday, September 11, 2015

"Ternyata bisa, cinta yang pada mulanya suci dan murni ternodai oleh laku dan kata kita sendiri."

(Nadia Almira Sagitta)

Free-nite with Ninda

Happy, happy
Riang gembira

Hahaha, hari ini aku bermalam Sabtuan dengan Ninda. Kami janjian di halte stasiun dan aku terlambat sejam (maafkan aku)! Tujuan pertama adalah Pancong Lava. Kami ke sana naik motornya Ninda. Tak dinyana, di tengah jalan kami kena tilang! Ini pengalaman pertamaku ditilang polisi, demikian pula dengan Ninda. Huhu malu bangeeeet. Ini gegara aku nggak pakai helm (soalnya Ninda nggak bawa helm cadangan, nasib!) Ya sudahlah. Aku dan Ninda cerita banyak hal: kesibukan saat ini, rencana masa depan, cerita soal negara impian, diskusi film, dan lain-lain. Seru banget! Kami makan malam di food court Margo lalu berbelanja di Giant. Aku doang sih yang belanja. Iseng mau coba Clean and Clear. Habisnya aku merasa terintimidasi oleh kaca-kaca toilet. Mukaku lagi jerawatan banget dan aku kesal. Wkwk. Entah gegara bedak baru, toner yang nggak cocok, sabun cuci muka yang nggak pas, atau gegara makeup. Aku pakai bedak Revlon, makeup Wardah, dan perawatan muka dari TBS seri tea tree. Semoga aja ini salah si bedak, ya, soalnya kalau salah si TBS...bisa gigit topi (seperti Paman Gober kalau lagi marah) kali aku! Huft, TBS kan nggak murah... T-T

Setelah puas jalan-jalan, kami pamitan dan aku menyeberang ke Detos. Bukannya langsung pulang, aku malah mampir ke konter Wardah di Matahari. Mau beli lipgloss Wondershine warna lain. Ini seri lipstik Wardah yang aku suka. Dulu pernah beli seri Exclusive yang katanya bagus, tetapi nyatanya malah membuat bibirku makin kering. Bibir kering + efek kering = terkelupas. Tak bakal kubeli lagi. ( T-T) Sebelumnya, aku pakai Wondershine 03 soft pink. Kali ini aku beli Wondershine 02 creamy brown. Kenapa beli baru? Soalnya, kalau aku pakai W03 ke kampus, it's a lil bit too much. Kentara banget bibirnya berwarna, haha. Warna creamy brown ini nude, jadi ada efek mengilap tanpa terlihat pinky gimana gitu. ♡

"Ini aja, Mbak?"
"Iya. Eh, ng... eye shadow yang ini ada, Mbak?" tunjukku pada palet berisi warna silver, marun, dan pink. Namanya palet L. Ketiganya ber-glitter.
"Ada."
"Nah, itu juga, deh."

Dulu sempat beli eye shadow warna dasar cokelat tua-cokelat muda-nude, tetapi warna yang sering kupakai cuma yang cokelat tua. Habisnya warna yang lain nggak kelihatan. Mungkin karena kulit wajahku gelap? Atau mungkin aku doang yang nggak lihai pakai makeup? Keduanya benar, pembaca. :')

Aku beli yang ada warna silvernya karena pas lebaran aku melihat tanteku memakai perona mata warna itu, jadinya aku penasaran juga. Hahaha, dasar! Eh, tetapi aku suka ketiga warna itu, kok. Bagusnya dipakai saat malam, soalnya glittery bling-bling. Waspadalah dalam pemakaiannya karena semua mata akan tertuju pada matamu! (lebay nian)

Yup, anggaplah hari ini sebagai hiburanku atas dua minggu yang cukup membosankan di perpus dan kampus. Ucapkan alhamdulillah untuk semuanya. ^^b

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Wednesday, September 9, 2015

Apa-apa dimediasosialin: Anak

Sedang tren, ya.

Baru nikah, banjir foto di Facebook. Jangankan foto, banjir status-status romantis pun ada. Kadang malah mengirim postingan di dinding satu sama lain disertai embel-embel kata sayang, cinta, dan segala macam. 

Padahal, percakapan semacam itu bisa diobrolkan di ruang obrolan. Ada kolom chat

Baru punya anak, banjir foto di Facebook. Terkadang aku merasa kasihan dengan anaknya. Dikit-dikit terpapar kamera. Gimana kalau ada pihak yang menggunakan foto anakmu secara tak bertanggung jawab? Gimana kalau ada penculik anak di luar sana diam-diam sedang menandai anakmu? Foto yang dibagikan juga bermacam-macam bentuknya. Ada foto bayi yang lagi digendong, ada yang lagi tidur, ada foto bayi yang lagi mandi (jelas tanpa baju). Ini, nih, yang mau dikritik. Apa kamu pernah minta izin sama bayimu untuk mengunggah foto-fotonya yang tak mengenakan pakaian itu? Jelas nggak, kan. Menurut artikel yang kubaca dari situs luar negeri, always put consent first. Jangan mengunggah sembarang foto jika ia masih terlalu kecil. Ada, lho, orang tua yang benar-benar strict dengan hal ini.

Tak hanya foto, para ibu juga sering membuat percakapan khayali dengan anaknya yang belum kenal A-B-C. Atau membuat percakapan dengan jabang bayi yang masih di dalam perut. Entah ya, bukannya bermaksud jahat, tetapi aku benar-benar tertawa saat membacanya. Aku sebenarnya nggak masalah dengan percakapan tersebut kalau terjadi di rumah, bukannya di ruang publik. Wkwkkw. Jadi lucu pas ada percakapan-sok-unyu macam itu nampang di Facebook. It's like... do we really care?

Okay, somebody's being so sarcastic here! Hear, hear. Maybe someday you'll become one of those moms, Nad? So don't criticize them like that! 

Haha maaf. Aku sadar, kok, aku juga suka curhat di jejaring sosial. Berbagi ketertarikan pada bidang-bidang tertentu, tempat tertentu, dan lain-lain. Aku biasanya nggak rewel, kok, dengan orang-orang yang curhat di jejaring sosialnya. Akan tetapi, entah mengapa untuk hal satu ini aku menaruh perhatian. Miris aja segala-galanya sudah dimediasosialin. Where's privacy right now? Okelah itu anakmu, you can do anything you want to him/her. Cuma... ya itu tadi. Pertimbangkanlah hal-hal mana yang dianggap perlu dan mana yang tidak. Jangan lupa untuk menjaga perasaan teman-temanmu yang belum menikah dan yang belum dikaruniai anak. Begah nggak, sih, baca postingan yang bernada sama tiap hari? Ya kalau aku, sih, begah. 

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Adikku masuk SMA

Hari ini adikku menghubungiku. Katanya, ia sedang berada di sekolah barunya dan menikmati waktu bebas selama 42 menit. Ia merasa bosan maka dari itu ia mengontakku.

"Okaaay, so what are you doing right now?"
"Nothing to do other than chatting with you."

Hahah, she needs me. Aku lalu berpikir, sudahkah aku menjadi kakak yang baik untuknya? Kakak yang dapat diandalkannya, kakak yang dapat diteladaninya, dan kakak yang dapat dijadikannya kawan cerita? Jangan jauh-jauh mengkhayalkan profesi sebagai ibu, cobalah jadi sosok saudara-saudari yang baik dulu.

I miss my little sister. Yep.

Semangat kamuuuu! Jangan lupa menambah kawan baru di SMA, okay? Kapan lagi, kan, kamu punya teman orang asing? ^^

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Bangun tidur

"Mbak Nadia..."

Ng? Siapa, tuh, selarut ini manggil-manggil? Nyawaku belum terkumpul secara utuh, setengahnya masih ngawang dan berada di alam mimpi.

"Mbak Nadia?"

Ng, diamkan sajalah. Paling nanti pergi juga. Seriusan aku masih ngantuk...

(suara kunci pintu diputar)

DEMS! DIA MAU MASUK? Kamarku berantakan!

"Iya, sebentar," ujarku. "Eh, Mbak. Halooo."
"Tak kira nggak ada orang, Mbak. Baru mau saya kunci dan saya kasih ke satpam."
"Waduh, hehe. Saya ketiduran. Tumben ke sini, Mbak?"
"Saya mau ambil cucian, Mbak. Kemarin tak SMS belum dibalas-balas."
"Oalah iya. Maaf, maafin, ya. Maaf jadi merepotkan. Eh ya, Mbak, sekarang jam berapa, sih? Sepuluh atau sebelas, Mbak?"
"Wah, masih sore eh, Mbak. Baru juga setengah sembilan."
"Hah? Oh, oke, oke, Mbak. Makasih lagi, lho, sebelumnya."
"Sama-sama."

Baru bangun. Tadi bahkan lupa tidur pukul berapa. Habis magrib sepertinya. Tampaknya memang kondisi fisik sedang lelah akhir-akhir ini.  Jadi sering tidur siang atau lebih awal dan terbangun tengah malam. Huft. Tiap Rabu pasti tepar, wkwk.

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Monday, September 7, 2015

Janganlah Engkau Sakit

Kakak, jangan sakit.
Kakak, jangan sedih.

Saya juga ikut sedih. 

Kakak pasti bisa melewati semuanya, pasti bisa menuntaskan skripsi, dan pasti bisa menggapai mimpi. 

Semangat, kakak! Jangan terlalu dijadikan beban hingga kau sakit.

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Saturday, September 5, 2015

Buku Anak Terjemahan

Malam ini berbincang dengan teman sejurusan mengenai buku-buku anak terjemahan. Tersebutlah nama Grimm Bersaudara, Hans Christian Andersen, Enid Blyton, Astrid Lindgren, dan... Laura Ingalls! Astaga si Laura, bagaimana saya bisa lupa. Dulu saya punya satu buku beliau tentang kisah si Laura bersama anjing kecilnya yang setia. Petualangan Laura kecil sangat menyenangkan. :D 

Gara-gara pembicaraan ini, saya jadi tergerak untuk mengoleksi kembali buku-buku Laura Ingalls yang diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia. ^^ 

Adakah yang pernah membaca karya-karya dari penulis di atas? :)

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Friday, September 4, 2015

Kuliah: minggu pertama

Minggu pertama kuliah. 

Hari Senin ada kuliah Pengajaran Bahasa dan kuliah Dialektologi. Dapat satu tugas. Dapat amanah menjadi ketua kelas yang mana akan bertanggung jawab terhadap fotokopian bacaan kuliah, yang akan dihubungi dosen, dan segala macam. Sudah biasa. Senin sore aku langsung memfotokopikan buku dialek.

Hari Selasa menuju perpustakaan demi mencari buku pengajaran bahasa dan tambahan buku dialektologi. Sorenya kembali lagi ke fotokopian.

Hari Rabu kuliah Kapseling. Didongengkan hasil-hasil riset secara menyenangkan. Dapat tugas kelompok. Rabu siang bertemu dosen untuk menemani teman berkonsultasi. Pada ujungnya, aku juga ikut berkonsultasi. Rabu sore menuju perpus untuk mencari buku bacaan untuk tugas Kapsel. Setelah itu, nongkrong di iMac dan mengunduh video-video The Ling Space.

Hari Kamis tepar di kosan karena kelelahan.

Hari Jumat semestinya menjadi hari jalan-jalanku dengan seorang kawan dan menghadiri seminar GUIM. Kawanku tak enak hati mengajakku berjalan-jalan bila aku harus berada di UI siang hari. Batal. Lalu mager di kosan sembari mencari-cari bahan untuk tugas. Batal menghadiri seminar GUIM. Memutuskan berangkat ke perpus untuk mengganti buku pinjaman karena buku yang dipinjam Rabu lalu tidak sesuai keinginan. Selepas itu, nongkrong di iMac demi mengunduh ebook sosiolinguistik dan banyak video OneWorldItaliano.

***

Maaf gaya penceritaannya monoton dan membosankan. Sengaja, biar sesuai dengan situasi. Ya, minggu pertama ini monoton sekali. Aku duduk di depan, berhadapan dengan dosen, dan menghabiskan waktu di perpustakaan. Aku bahkan tidak sempat makan bareng kawan semingguan ini, tidak sempat bercengkrama lama dengan mereka, juga tidak sempat menanyakan kabar-kabar liburan. Padahal, ini baru minggu pertama perkuliahan. Padahal, semester ini tidak disambi skripsi. Ah, bagaimana nanti, ya?

Tegur aku bila kau berpendapat aku menjauh. Sungguh bukan maksudku. Hm, tampaknya merupakan keputusan yang salah mengambil mata kuliah linguistik tanpa mata kuliah hiburan semacam sastra dan bahasa asing. Jangan-jangan nanti aku jadi sosok yang serius! (bukannya sudah dari dulu?) Haha. ♡

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Thursday, September 3, 2015

Favorite wedding song ever!

Take My Hand is my favorite wedding song ever! I also enjoy the music video. Yes, it's full of kisses, wedding dresses, cakes, smiles, and love.

https://youtu.be/PeWXdkEUPbo

I want us holding hands together
I want you to kiss me in my forehead and my cheeks (lips of course, don't have to mention it, hahaha)
I want to look into your beautiful eyes
I want to see your gorgeous smile
I want us to dress up like a king and queen for a day, and
I want you standing next to me on my wedding day

Too good to be true
I want to spend my life with you
-Emily hackett

Aku mau, aku mauuuuu! (/v\)

Big luv,
Nadia Almira Sagitta

It was mine

Do you remember, we were sitting there by the water?
You saw me start to believe for the first time
You made a rebel of a careless man’s careful daughter
You are the best thing that’s ever been mine.

Mine was totally our song. No doubt, you are the best thing that's ever been mine. Maybe that's because you are my first and I have nobody after you? I mean, I do have several crushes, but no boyfriend anymore.

You said, "I’ll never leave you alone."

Hold on, I said that too. But I'm the one who left you first for some reasons. Regrets? No, I have no regrets, but it was really hard for me (and you, perhaps?)

Hold on, never turn back

Taylor Swift's old songs remind me of you, so yeah, here I am writing stuffs about you again. Sorry. Thanks anyway for coloring my life. Have a wonderful life ahead!

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

NB: Wondering why we bother with love if it never lasts? || Yeah. Now I'm wondering why.

Wednesday, September 2, 2015

Status Facebook

Hari ini beberapa tahun lalu.

"Jarak kita mungkin berjauhan. Namun, ikatan hati kita yang meringkasnya, membuat kita seolah dekat." (Nadia Almira Sagitta)

Curhat ini kutulis saat berada di satu ruangan dengan seseorang yang kutaksir. Lantas, jarak jauhnya di mana? Iya, dia di barisan depan, sementara aku di barisan belakang. Hahahah. Lebay juga, ya? Anyway, aku suka klausa ikatan hati meringkas jarak. ♡♡♡♡

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Penjual Bubur Sumsum

Hari ini aku berjumpa dengan penjual bubur sumsum keliling di depan kosanku. Penjualnya pemuda kecil dan kurus. Tebakanku, sih, masih SMA.

"Mas, bubur sumsumnya satu, ya."
"Oh iya, Mbak."
"Berapa?"
"Lima ribu."

Ia membuka tutup wadah buburnya dan tampaklah jualannya masih berlimpah, padahal hari telah sore menjelang petang.

"Mbak maba, ya?"
"Wah, hahaha, bukan, Mas. Saya mah udah tingkat akhir."
"Oooh, asli mana, Mbak?"
"Asli mana, ya. Campur-campur, sih. Saya Jawa-Minang. Sumatra."
"Oalah. Kalau Jawanya?"
"Jogja."
"Deket sama kampung saya, Mbak. Saya Cilacap."
"Oalah. Kalau naik kereta enam jam kali, ya?"
"Kalau naik bus, sih, sehari semalam, Mbak. Tapi katanya naik kereta udah murah, ya?"
"Wah, nggak juga, Mas. Masnya sendiri masih sekolah? SMA?"
"Saya masih SMP, Mbak. Tapi nanti mau sekolah di UI juga."
"Aamiin, aamiin."
"Pakai sendok, Mbak?"
"Iya, pakai."
"Ini, Mbak."
"Makasih, ya."

Halo, adik kecil penjual bubur sumsum. Mulia sekali dirimu membantu orangtua dalam mencari penghasilan. Semoga impianmu berkuliah di UI kelak bisa tercapai. Semoga saat itu UI belum menjelma kampus mewah yang hanya terjamah oleh orang-orang kaya. Tetaplah berprestasi, Dik! :)

NB: Kalau kalian berjumpa dengan Mas ini di Kutek, tolong beli jualannya, ya. Bubur sumsumnya enak, lho! Nggak nyesel, deh. :)

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Tuesday, September 1, 2015

Tuan X dan Nona Y

Aku memimpikan sepasang sahabat malam ini. Si lelaki bertubuh tegap, tinggi, dan kurus, sementara wanitanya semampai, langsing, dan anggun.
 
Keduanya sudah bersahabat selama lima tahun. Mereka cukup mengenal satu sama lain. Ada banyak hal yang sudah menjadi pengetahuan bersama bagi mereka berdua. Contohnya, Tuan X penganut jam karet serta pelupa. Sikapnya itu terkadang membuatnya ingkar janji dan membuat Nona Y yang perfeksionis dan tepat waktu gemas sekali. Akan tetapi, kekurangan Tuan X tertutupi oleh sikapnya yang selalu dapat membuat Nona Y tertawa. Diam-diam, Nona Y jatuh cinta. 
 
"Tidak. Kau tidak dapat menyukai sahabatmu sendiri!"
"Apa boleh buat, dia pria idaman setiap wanita. Well, di luar sikapnya yang tukang telat itu, ya. Dia pantas dikoleksi sebagai kawan sepanjang masa."

Suara hati Nona Y ricuh sekali. Ia sibuk menepis kenyataan bahwa ia jatuh hati.
 
Suatu ketika, Tuan X berjanji pada Nona Y untuk mentraktirnya makan siang sebagai perayaan atas sesuatu. Nona Y senang. Ia berdandan sejak pukul 09.00, sementara janji mereka pukul 12.00. Padahal, ini bukanlah makan siang bersama pertama antara mereka. Tuan X sering mengajak Nona Y berjalan-jalan dan makan bersama. Dan hampir selalu ia yang membayar walaupun Nona Y, yang mandiri, dapat membayar pesanannya sendiri.
 
Pukul 12.45
"Kau di mana? Aku sudah duduk di dalam restoran sejak pukul 12.00."
"Astaga, Y. Maafkan aku. Aku baru saja terbangun beberapa saat lalu. Ini aku sedang berpakaian. Tak lama, tunggu sebentar."
"Benar, ya, jangan lama. Waitress-nya sejak tadi memandangiku terus karena aku belum memesan apa-apa."
"Hahaha, hati-hati kau diterkam!"
"Ayo buruan! Lima belas menit, ya."
*click*

Pukul 13.15
Finally, he showed up! Rambutnya sedikit berantakan, napasnya terengah-engah karena tadi kulihat ia setengah berlari, sementara bahu jas dan celana panjangnya berkerut di sana-sini. Ah, pasti belum disetrikanya.
"Maaf, maaf, aku terlambat. Wah, rupanya kau sudah memesankan aku teh leci. Terima kasih. Tadi di jalan..."

Hhh, here we go again. X selalu saja begini, batin Nona Y.

"Mengapa cemberut saja, Y? Makanannya kurang enak, ya? Maaf, aku belum pernah ke sini jadi aku tak tahu..."
"Bukan. Aku kesal saja kau masih terlambat. Ini hari peringatan lima tahun persahabatan kita, X. Masakan kau lupa."

Aku bahkan berdandan tiga jam hari ini, sementara kau muncul dengan acakadul, batin Nona Y.

"Tidak, tentu aku tidak lupa. Semalam aku hanya begadang nonton pertandingan."

Jadi, bola lebih penting daripada aku? keluh Nona Y dalam hati.

"Maaf, Y. Maaf sekali. I'll make it up to you." ucap Tuan X sembari menggenggam jemari Nona Y. Kemudian, Tuan X menampakkan puppy eyes andalannya hingga Nona Y tak kuasa menolak. "Baiklah, baiklah. Another time please be punctual, okay?" "I will, Madame!" Lalu mereka tergelak bersama dan menyelesaikan makan siang yang sempat tertunda.

Empat hari kemudian.
"Hari ini kita makan malam bareng, ya. Ada restoran yang baru buka di daerah T. Rekomendasi di internet bagus jadi kupastikan kita tak akan kecewa."

Tadi adalah chat Line dari Tuan X. Nona Y menggeliat sekali lagi sebelum turun dari tempat tidur. Hari ini hari Sabtu, perkantoran libur. Sementara itu, malam nanti malam Minggu, pusat perbelanjaan dan restoran pasti penuh sesak. "Kuharap X tidak lupa membuat reservasi," bisik Nona Y.

Nona Y naik taksi ke restoran yang dituju. Malam ini ia tampil elegan dengan LBD-nya. You know, little black dress. Gaun wajib yang harus ada di lemari setiap wanita. Seturunnya ia dari taksi, Nona Y terpukau. Wow, restoran ini menakjubkan. Jalan masuk menuju restoran ini dihiasi oleh cahaya temaram lilin dan bebungaan. Sayup-sayup terdengar alunan suara penyanyi jazz dan suara saksofon dari dalam restoran. Romantis, belum pernah ia membawaku kemari, pikir Nona Y. Di tikungan jalan, muncullah Tuan X. Berdiri tegap membawa sepuluh balon merah, dua di antaranya berbentuk hati. Ia tampak serasi dengan tuksedo dan sepatu hitamnya.

Dalam pandangan Nona Y, hari itu Tuan X memiliki nilai sembilan. Ia tak menyangka Tuan X akan membalas kekurangannya di pertemuan lalu dengan cara seperti ini. Tuan X membawanya ke suatu restoran dengan ambience favorit Nona Y, berpakaian rapi sesuai bayangan Nona Y. Ia juga bersikap manis dengan membawakan balon berwarna kesukaan Nona Y. Merah hati. Kau bisa bayangkan betapa berbunga-bunganya hati Nona Y.

Saat itu Nona Y sangat berharap Tuan X berlutut di hadapan Nona Y lalu memintanya untuk menikahinya. Alih-alih mengucapkan, "Will you marry me?" Tuan X menatap Nona Y dan berujar, "Shall we?"

"Kau dapat ide dari mana, X? Tumben sekali..."
"Hahaha, kan sudah kubilang I'll make it up to you. Kesempatan kedua tak boleh disia-siakan, bukan? Besides, hari ini spesial bagi kita dan juga bagiku."
"Apa itu?"
"Nanti kuceritakan. Yuk, masuk."

Nona Y memiliki sejuta tanya atas maksud percakapan Tuan X barusan. Akan tetapi, ia memilih bungkam dan membiarkan Tuan X bercerita dengan sendirinya. Makan malam hari itu berjalan baik-baik saja. Percakapan mengalir lancar dan candaan-candaan Tuan X selalu terlontar. Tuan X tak menyadari ada rona merah samar pada pipi Nona Y acapkali ia membuat kontak mata dengan Nona Y atau menyentuh jemari Nona Y. Setelah candaan-candaan itu berakhir, Tuan X memberitahukan kabar bahagianya. Ia merunduk dan mengambil sesuatu dari tasnya. Jangan-jangan itu cincin! Oh my, aku tidak siap! jerit Nona Y dalam hati. Ah, ternyata, alih-alih sekotak cincin, Tuan X mengangsurkan sepucuk undangan. Tuan X memberikan undangan tersebut dengan wajah berseri-seri diliputi kekhawatiran karena baru memberitahu Nona Y perihal wanita idamannya. Tiba-tiba bulan depan adalah hari pernikahannya saja. Maka dari itu, Tuan X memohon maaf sebesar-besarnya pada Nona Y.

"Semoga kau tidak marah padaku, Y. Setelah aku nikah nanti, kita masih bisa asyik bersahabat seperti ini, bukan?"

Nona Y mendadak tuli. Telinganya menutup suara-suara semenjak Tuan X mengangsurkan undangan pernikahan padanya.

Kau tahu hati Nona Y hancur, bukan?

Lalu Sepi Sendiri

Apa pernah kau mendengar
Chairil berkata,
"Mampus kau dikoyak-koyak sepi!"
?

Aku tak ingin seperti itu
Usahlah kau datang
Bila hanya mendiamkan daku
Pergi sajalah kau
Bila enggan menghampiriku

Aku tak butuh kehadiran yang sementara
Aku mau utuh dan sepanjang masa
Cintamu itu candu
Aku tak ingin ia berkurang
Sebab berbatas waktu
Aku ingin...cinta yang selamanya

Bila tak sanggup kau beri
Untuk apa pula mendekati diri ini?

Senior cerdas

Kemarin
Aku mendapati sosoknya tengah serius dengan buku di perpustakaan
Hari ini
Aku berjalan tepat di belakangnya
Dan dia masih saja tidak sadar
Ingin rasanya aku menyapa
Tetapi takut dia lupa

Cuma mau bilang, "Hai, kak. Selamat atas kelulusannya, ya."
Palingan dia senyum, mengucapkan terima kasih, lalu berlalu
Dia bukan tipe orang yang senang basa-basi
Kendati begitu, auranya tetap terpancar terang
Menjelma magnet yang memerangkap gadis-gadis kutub negatif sepertiku

Siapa dia? Bukan siapa-siapa. Hanya seorang senior yang kukagumi karena kecerdasannya. Cinta? Siapa yang tahu. Barangkali tidak. Atau barangkali iya pada suatu saat.

Kamu sibuk apa sekarang?

"Kamu ambil berapa SKS semester ini?"
"Sembilan."
"Oh, berarti kamu skripsi, ya?"
"Nggak, sih. Semester depan, insyaaAllah."
"Jadi kamu nyambi (kerja)?"
"Hehe, nggak juga. Benar-benar kuliah aja."
"Oalah. Kenapa nggak belanja SKS aja?"
"Udah puas belanja empat semester kemarin. Hehe. Ini mau coba nyicil skripsi. Doakan, ya."
"Iya. Semangat, ya!"

Jadi kamu sibuk apa, dong?

Aduh, pertanyaan satu ini menohok sekali. Iya, aku memang nggak kerja, nggak magang, nggak ngajar, nggak skripsi, nggak berorganisasi, dan hanya berkuliah dua hari dalam seminggu. Selain itu, aku hanya mengikuti satu komunitas, yakni Faktabahasa Depok, tiap hari Minggu. Terlihat gabut, ya, bagimu? Mungkin iya. Akan tetapi, aku juga punya target semester ini. Aku mau menyeriusi bahasa-bahasa yang sempat kupelajari, khususnya bahasa Italia. Aku mau rajin dan tekun belajar untuk tiga mata kuliah semester ini. Pokoknya mesti straight A's! Aku mau belajar bahasa isyarat. Aku mau mendalami ilmu agama dengan mengikuti kajian-kajian islam. Aku mau banyak membaca buku dan skripsi. Aku mau meningkatkan kualitas diri dalam hal mengurusi rumah (memasak, beres-beres, dkk). Doakan, ya. Aku nggak gabut, kok, insyaaAllah.

Kamu sendiri sibuk apa semester ini? :)

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Temukan rindu

Tahu ko apa artinya rindu?
Lihat mka dan
Temukan artinya di wajahku