Thursday, December 31, 2015

Penelitian Dialektologi di Indonesia

Lauder (2007) mengemukakan bahwa penelitian dialektologi di Indonesia sejak tahun 1951 baru mencapai 140 penelitian dan 47,85% di antaranya berfokus pada bahasa-bahasa di pulau Jawa. Penelitian bahasa-bahasa di Pulau Sumatra 17,14%, penelitian bahasa-bahasa di Pulau Sulawesi 12,85%, penelitian bahasa-bahasa di Pulau Bali 10,71%, penelitian bahasa-bahasa di Nusa Tenggara Barat dan Timur 6,42%, penelitian bahasa-bahasa di Pulau Kalimantan 3,57%, dan penelitian terhadap bahasa-bahasa di Maluku dan Irian Jaya 0,71%.

Wow, masih banyak bahasa di Indonesia Tengah dan Timur yang belum diteliti! Mengutip kata Pak T. Christomy lewat Bu Rona Romilda, "Kita ini seakan tidur di ladang penelitian yang begitu luasnya."

Semoga suatu saat nanti diberikan kesempatan untuk meneliti dan mendokumentasikan bahasa-bahasa di Indonesia bagian Tengah dan Timur. ♡

Wednesday, December 30, 2015

Kepunahan Bahasa

Pagi ini mengamati debat seru di Tumblr Qwanqwa tentang kepunahan bahasa. Salah seorang admin Qwanqwa, seorang linguis historis, memberikan pandangan yang heartless menurut saya, "Tenanglah, kepunahan bahasa itu alami. Nature doesn't give a fvck. It's not a giant issue. Jika bahasa terdokumentasi dengan baik, kita tidak benar-benar kehilangan bahasa itu." Ahahaha, patah hati saya membacanya. Namun, tidak mengapa. Katanya, sains tidak bisa dicampuradukkan dengan masalah personal dan emosi.

Saya tidak setuju dengan poin admin Qwanqwa yang menyatakan bahwa bahasa itu hanya permainan fonologi dan morfosintaksis yang diikat dengan makna. Karena definisi bahasa didasarkan pada lingkup itu saja, dokumentasi tanpa revitalisasi bahasa pun sudah cukup. Bahasa yang ada dalam arsip itu terhitung masih hidup dan tidak hilang.

Bahasa memang alat: alat untuk berkomunikasi. Bahasa itu sekaligus wadah: wadah yang menyimpan kekayaan intelektual. Ketika suatu bahasa berhenti digunakan maka bahasa itu telah punah, statusnya jadi dead language.

(Actually, I have to read a lot of stuffs about whether some language considered as dead language or living language. Think about Latin and Esperanto)

Meskipun suatu bahasa telah didokumentasikan, tetap saja ada yang hilang. Pasti beda rasanya melihat suatu bahasa dalam buku dengan mendengar langsung bahasa itu digunakan oleh penuturnya. Bahasa yang mati, ya tetap mati, walaupun sudah didokumentasi.  Dokumentasi hanya arsip.

Kita bisa berupaya untuk menjaga suatu bahasa dari kepunahan. Kita memang tidak bisa memaksa suatu komunitas bahasa untuk menggunakan bahasa yang tidak lagi dianggap berguna, tetapi kita bisa menawarkan cara mempertahankan bahasa kepada mereka. Menawarkan, bukan memaksa. Toh, mempertahankan bahasa itu hak mereka, bukan kita sebagai peneliti. If they're interested, start working with them, if they're not so...let it be.

Duh, saya omong apa. Pandangan saya di sini juga terpengaruh oleh pandangan Tumblrian lain. Ini sekadar rangkuman singkat dari debat barusan. Tahu tidak, saya berulang kali menghapus argumen saya di tulisan ini karena ternyata masih bolong sana-sini. Hahahaha kentara kurang membaca. (peace!)

Cek Tumblr www.qwanqwaproject.tumblr.com untuk informasi lebih lengkap. Qwanqwa adalah salah satu blog ilmiah yang membahas soal linguistik. They put a lot of effort to write an article. ♡ Jadi, pagi ini mari kita iqra'!

Sunday, December 27, 2015

Santai

Kamu butuh santai. Lupakan ocehan yang semrawut di pikiranmu, "Kamu harus ini, harus itu, tugas ini belum kelar, ayo sini, jangan santai saja!" Ugh, nanti kamu stres. Just take it easy. Relax and live the moment. Okelah, teman-temanmu bisa berwisata ke mana pun mereka mau sementara kamu tidak bisa karena selalu terbayang-bayang akan tugas kampus. Nah, untuk menghindari tekanan batin, kamu bisa bersantai di rumah. Caranya?

Well, tiap orang punya caranya sendiri, tetapi aku akan membeberkan caraku. Di bawah ini ada urutan aktivitas yang kulakukan untuk menurunkan stres.

0. Rapikan tempat tidur
1. Seduh teh
2. Siapkan aromaterapi (gih beli lilin, aromaterapi, dan wadahnya di mal)
3. Maskeran
4. Pasang musik instrumental atau suara gamelan
5. Matikan lampu kamar
6. Pejamkan mata
7. Jangan memikirkan apa pun

Tiduuuuuur. Zzzzzz. Sebentar aja, jangan terlalu lama. Setelah maskermu kering, basuh mukamu, dan seruput tehmu. Ta-da! Kamu siap melanjutkan pekerjaan lagi. :)

Relaksasi tidak selalu mesti berjalan-jalan, bukan? Ya, walaupun begitu, berwisata juga penting. Kamu butuh refreshing! Tubuhmu berhak akan itu. Jadi, segeralah bikin jadwal perjalanan dengan kawan. Keluarlah dari kamar sempitmu dan segera bersosialisasi. Selamat bersenang-senang! ♡

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Saturday, December 26, 2015

Cinta Linguistik

"When you have a passion for something you find much more than what school offers." (Neby, co-admin of Qwanqwaproject Tumblr)

Bersyukur banget bisa kenal Neby! Aku sempat khawatir dengan kemampuan linguistikku setelah berbincang dengan dia. Parah, dia cerdas banget dan tahu banyak hal tentang linguistik padahal masih semester satu. Aku yang semester tujuh ini gagap ketika diajak diskusi tentang linguistik historis dan rumpun bahasa. Dan dia masih sempat bilang, "We're still newbie compared to you." Ahahaha. Jadi butiran debu. Huhu.

Hebatnya, dia selalu mengacu dirinya sebagai linguis historis, "As a historical linguist, my view on..." Masih semester satu, Mamen, dia sudah tahu mau jadi apa dan akan menulis skripsi apa. Demi apa. Semester satu rasanya aku baru memutuskan akan menekuni peminatan linguistik selama tujuh semester ke depan. Itu juga rasanya sudah hebat karena yang lain masih galau dengan peminatan. Boro-boro mikirin skripsi di semester satu, di semester tujuh ini saja masih bingung. 😱 Allah, please help!

Sempat ragu banget untuk lanjut kuliah di LN karena khawatir semua dosen sejago mereka* berdua (yang semester satu aja gitu, gimana dosen) dan aku nggak bisa mengikuti kuliah karena ilmu tak sampai. Akhirnya, tercetuslah kalimat di atas dari Neby. (^^) Jika memang cinta pada sesuatu, tanpa diperintahkan pun (misalnya melalui tugas) kita akan mendalami ilmu yang kita cintai di luar kelas baik itu melalui diskusi atau membaca buku.

Kesimpulannya, aku belum secinta itu pada linguistik layaknya Neby dan Nelly. Cinta itu mesti dibangun lagi. Cukup sudah cinta pada seseorang, mending cinta Allah, keluarga, dan linguistik. Setidaknya, mereka tidak membuat hati kecewa. Kesimpulan tambahan, mahasiswa mesti memperkaya ilmu dengan membaca!

*mereka = Neby dan Nelly, admin of Qwanqwaproject

Ayo follow Qwanqwaproject di Tumblr! You'll find fascinating topics about linguistics, especially historical/anthropological linguistics and African and Middle East language branch! Ini tautannya: http://qwanqwaproject.tumblr.com

Friday, December 18, 2015

Sebelum Bilang Cinta

Salam, Tuan. Detik ini pukul 00.48 hujan membasahi bumi Depok. Aku terjaga karena telepon dari negara seberang, “Nak, maaf ganggu, ini kebetulan lagi di toko dan ada diskon…” Yeah, right. Ibuku menelepon di pagi buta. Mataku belum ingin terpejam lagi kemudian kudengar tetesan air berlomba membasahi pekarangan kosan. Suara-suara air pecah begitu menyentuh permukaan batu.
Tuan, aku ingin mengaku kalau aku jatuh cinta. Pada suaramu. Pada kelihaianmu bercengkrama denganku. Pada kebaikan-kebaikanmu. Pada sosokmu yang apa adanya. Tak ada yang ingin kuubah, jujur saja.

Entah apa yang menyesuaikan jarak kita. Yang kutahu, kau ada ketika hatiku bermuram durja. Yang kutahu, kau menjadi alasanku untuk tertawa setelah sekian jam murung mengalirkan air mata. Kau tak datang terlambat ataupun terlalu cepat. Setidaknya, untuk saat ini.

Sebelum aku mengaku cinta, bagaimana bila kau pergi saja? Tak usah jadi kawanku. Aku ingin mengobservasi hatiku sendiri, apa jadinya kalau kau tiada. Aku tak ingin mendekat dan didekap sekarang. Aku takut salah tafsir lagi. Aku takut kau salah-salahkan. Aku takut perbincangan kita takkan seasyik hari kemarin.

Kau pernah bilang suatu saat nanti mungkin kita berjumpa lagi. Di negara impianku. Kita akan saling mencari dan bertukar pikiran seperti hari ini. Namun, aku takut membuka peluang-peluang harapan. Kemungkinan itu memang kuamini dalam hati, tetapi aku tak ingin berharap banyak pada ucapan sepintas lalumu. Bisa jadi esok lusa kau lupa, kapasitas otak laki-laki takkan mampu mengingat hal-hal kecil tak berarti.

Aku takut menjatuhkan hati apabila kau sendiri tak siap menangkapku. Jatuh itu sakit, kau tahu, kan?
Kau tak menjanjikan apa-apa. Aku tak memastikan apa-apa. Hati perlu kuatur sedemikian rupa agar sedikit kaku ketika menyinggung-nyinggung kau. Doa perlu kupanjatkan acapkali kuteringat akan engkau. Semoga kau sadar sendiri, pergi, jaga jarak, atau apalah itu. Jangan cari-cari aku dalam sibukmu, jangan ingat-ingat aku dalam sendirimu. Aku bukan calon pacarmu dan takkan pernah mau menjadi salah satu.

Allahu, jaga hatiku. Jaga hatinya. Jaga hati kami agar tetap tegak menjalankan syariat-Mu. Jangan didekatkan sekarang…jauhkanlah sejauh-jauhnya.

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Wednesday, December 9, 2015

Semoga Bahagia

Apa pun, temanku. Apa pun langkah yang kamu pilih akan kudukung selama itu baik. Pun jika kamu memulai ulang proses dengan dia. Aku berharap dia tidak lagi punya nyali untuk menyakiti hatimu. Aku berharap ada akhir bahagia dari tangis-tangis yang selama ini meleleh di pipimu. Kamu tak pantas disakiti terus-terusan.

Aku juga. Doakan aku agar suatu saat bisa seperti kamu, ya. Supaya nggak perlu lagi menangis-nangis tidak jelas. Kita akan sama-sama bahagia, kan, teman? :)

Bismillah.

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Tuesday, December 8, 2015

Menuju Dewasa

Adakalanya manusia butuh menumpahkan airmata sederas mungkin sampai terkuras habis. Seperti saat ini, ingin sekali aku mengekspresikan kesedihan dengan menangis sejadi-jadinya. Pedih, hanya aku yang mengerti.

Akan tetapi, aku tidak mampu lagi menangis seheboh dan selama yang kuperkirakan. Hanya semenit. Sudah terlalu sakit sehingga tidak bisa lagi diungkapkan dengan tangis. Sama seperti kemarahan yang memuncak, kita tidak lantas mencak-mencak, bukan? Kita memilih diam. Aku juga memilih diam dan menatap kosong ke langit malam. Sudah maklum.

Jalani saja. Anggap ini salah satu fase yang harus dilewati biarpun aku sudah berkali-kali merasakannya. Proses menuju kedewasaan adalah proses tanpa henti. Perantaranya bisa siapa saja, misalnya teman, orang tua, laki-laki. Harus lebih bijak memandang masalah, tidak boleh egois, dan harus lebih mampu menyikapi kesedihan.

Besok aku berumur dua puluh satu tahun. Rasanya, aku harus memulai lembar yang baru dan mengutamakan sinar daripada kelabu. Jalanku masih panjang, bukan? Sejatinya hari-hari diisi dengan bahagia, bukan lara. Kesedihan tidak boleh memukul mundur semangat meraih cita-cita. Jika kali ini masih keliru memilih jalan, kelak aku akan melangkahkan kaki ke jalan yang benar. Wipe your tears.

Bismillah. Sertakan Allah dalam tiap langkah.

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Perempuan dan Laki-laki

Perempuan dan laki-laki. Terus saja para perempuan berkata, "Lelaki itu PHP! Bisanya cuma tebar pesona sana-sini." Sementara itu, lelaki berkata, "Itu bukan salah kami! Kalian saja yang terlalu kegeeran. Perhatian tidak selalu berarti cinta."

Ini polemik yang tak berkesudahan. Benarlah kata Rasulullah bahwa kita harus menjaga jarak satu sama lain. Ada hikmahnya nasihat itu. Dulu ada yang bilang, putih yang dikirim belum tentu putih di tangan penerima, bisa jadi merah muda. Mungkin ini merujuk ke pemahaman tadi. Kepedulian yang diberikan bisa jadi ditafsirkan lain oleh lawan jenis. Bisa jadi itu hanya bentuk kepedulian seorang kawan, tetapi kita mendefinisikannya perhatian berbalut rasa cinta. Lalu kita mulai saling menyalahkan. Sampai kiamat.

Maka dari itu, kita dilarang berkomunikasi mengenai hal remeh-temeh. Tendensi untuk memberikan kepedulian dan menerima harapan selalu ada. Selalu ada hati yang tinggal menunggu retak, umumnya hati perempuan. Karena memang hati mereka diciptakan mudah untuk luluh, mudah untuk jatuh. Seharusnya perempuan dan lelaki sama-sama mengerti untuk menjaga hati.

Tenanglah. Meskipun lelaki yang kau temui rata-rata setipe: sama-sama brengsek, nanti juga ada yang berbeda dan sempurna. Kalau kau teguh menjaga perasaan dan komunikasi dengan lawan jenis, besar kemungkinan kau 'kan dijodohkan dengan orang yang serupa. Sosok itu ada, jangan kehilangan harapan. Jangan membuang waktu untuk menguras perasaan.

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Thursday, December 3, 2015

Kalau Langit Bisa Retak

Hari ini Depok diguyur hujan. Derasnya bukan main. Kilat sambar-menyambar dan guntur menggelegar. MasyaAllah, aku berkali-kali dibuat kaget olehnya. Sejak kecil tatkala mendengar gelegar guntur, aku bertanya, "Mungkin nggak ya langit pecah dan retak gara-gara suara guntur yang begitu besar?" Dinding saja retak kalau ada gempa, bukan. Gempa, kan, getaran yang dahsyat.

Bagaimana, Lang, apakah kau ikut bergetar begitu Guntur datang?
Kenapa setelah ia datang, engkau menangis? Sesakit itukah getaran yang dibawa oleh Guntur? Apakah kau tak tahan merasakan sakitnya lalu mengekspresikannya dengan tangisan?

Seperti manusia yang tatkala dibuat sakit hati, tentu akan menangis. Ada yang menangis berderai-derai, ada juga yang menangis setetes dua tetes. Tergantung seberapa dahsyat sakit yang ia rasa.

Mungkin kau retak, ya, tak kelihatan saja barangkali.

Nadia Almira Sagitta

Tuesday, December 1, 2015

Kebanggaan Berbahasa

UU No. 24 Tahun 2009 pasal 36 ayat 3 berbunyi, "Bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia."

Nah, coba kita lihat plang di jalan-jalan. Apakah undang-undang ini diimplementasikan dengan baik?

Coba perhatikan UU No. 24 Tahun 2009 dengan saksama. Kamu akan mendapati bahasa Indonesia, memang benar, dijunjung tinggi dan diberi kehormatan sesuai Sumpah Pemuda. Duh, betapa idealnya isi undang-undang tersebut, sampai merinding saya membaca! Akan tetapi, apalah arti undang-undang apabila rakyatnya tidak peduli.

Sudah sejauh apa kita menghargai bahasa bangsa?
Sudah setinggi apa kita menjunjung bahasa persatuan negara ini?

Bersangkutan dengan undang-undang di atas, jika kamu berencana membuka bisnis kelak, coba gunakan bahasa Indonesia sebagai merek dagangmu. Toh, calon pelangganmu juga orang Indonesia (jangan jauh mengimpikan orang asing). Jangan segan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia itu sama kerennya dengan bahasa asing lain. Tidak sependapat? Barangkali kebanggaan atas bahasa bangsamu perlu diperkuat lagi.

Mari menjunjung kembali bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Nadia Almira Sagitta