Tuesday, December 8, 2015

Menuju Dewasa

Adakalanya manusia butuh menumpahkan airmata sederas mungkin sampai terkuras habis. Seperti saat ini, ingin sekali aku mengekspresikan kesedihan dengan menangis sejadi-jadinya. Pedih, hanya aku yang mengerti.

Akan tetapi, aku tidak mampu lagi menangis seheboh dan selama yang kuperkirakan. Hanya semenit. Sudah terlalu sakit sehingga tidak bisa lagi diungkapkan dengan tangis. Sama seperti kemarahan yang memuncak, kita tidak lantas mencak-mencak, bukan? Kita memilih diam. Aku juga memilih diam dan menatap kosong ke langit malam. Sudah maklum.

Jalani saja. Anggap ini salah satu fase yang harus dilewati biarpun aku sudah berkali-kali merasakannya. Proses menuju kedewasaan adalah proses tanpa henti. Perantaranya bisa siapa saja, misalnya teman, orang tua, laki-laki. Harus lebih bijak memandang masalah, tidak boleh egois, dan harus lebih mampu menyikapi kesedihan.

Besok aku berumur dua puluh satu tahun. Rasanya, aku harus memulai lembar yang baru dan mengutamakan sinar daripada kelabu. Jalanku masih panjang, bukan? Sejatinya hari-hari diisi dengan bahagia, bukan lara. Kesedihan tidak boleh memukul mundur semangat meraih cita-cita. Jika kali ini masih keliru memilih jalan, kelak aku akan melangkahkan kaki ke jalan yang benar. Wipe your tears.

Bismillah. Sertakan Allah dalam tiap langkah.

Luv,
Nadia Almira Sagitta

No comments:

Post a Comment