Thursday, July 7, 2011

Gadis Cilik Berkacamata

Oleh: Nadia Almira Sagitta

Hari ini aku melihat langit

Langitnya biru indah dengan awan putih yang menghiasi
Entah, tiba-tiba aku mengingat seseorang
Seorang gadis cilik berkacamata
Dulu, dia begitu periang
Berlarian di tengah padang, berkejaran dengan angin
Lucu, polos, penuh canda dan tawa
Kini, sosok gadis mungil itu
Telah bertumbuh menjadi seorang dewasa
Kacamata pun telah lepas dari wajahnya
Wajahnya kini putih bersih dan terawat
Tubuh mungilnya pun kini menjulang ke atas
Ia menjelma menjadi seorang putri tinggi semampai nan cantik
Benar-benar perubahan, mengesankan
Telah lama aku tak bertemu sosok gadis kecil itu
Kurang lebih sudah 18 tahun
Ternyata, telah banyak perubahan yang terjadi pada dirimu
Orang tuamu telah berpisah
Mereka tak lagi tinggal bersama sejak 10 tahun lalu
Kamu hidup ditengah orang tuamu yang perang dingin
Rumahmu senantiasa dilingkupi cercaan, tamparan, dan pertengkaran mereka berdua
Selama setahun, kamu hanya berusaha tabah dan sabar
Namun akhirnya kamu tak tahan akan keadaan itu, kamu pun lari dari rumah
Hanya berbekal uang, baju, beberapa buku sastra, dan alat tulis
Dengan tabungan yang tak seberapa, kamu berkeliling mencari tempat tinggal
Susah payah, tak juga kamu mendapatkan tempat tinggal yang layak
Tak sengaja, kamu bertemu dengan seorang pria
Menawarkanmu tempat tinggal
Dengan polosnya kamu memenuhi ajakannya
Tak curiga sedikitpun, kamu mengikutinya
Polos nian dirimu, wahai gadis kecil berkacamata
Kamu tak menyadari, ada niat jahat dibalik semua itu
Kamu dibawa pergi ke suatu tempat
Tempatnya gelap, penuh asap rokok, sama sekali tak menunjukkan kesan baik
Baru kali pertama kamu menjejakkan kaki di tempat tersebut, membuka pintunya
Belasan gadis-gadis menyambutmu, dengan rokok di tangan mereka
Gelas-gelas bir, vodka....
Parfum semerbak dan dandanan yang begitu menor
Dengan pakaian yang menurutmu tak sepantasnya dikenakan
Pakaian kekurangan bahan, itu menurutmu
Bahkan kamu terkesiap, ada beberapa pria dewasa datang ke tempat itu
Kamu bingung, dengan kepolosanmu kamu tak tahu apa-apa mengenai ini
Pria yang tadi mengajakmu ke tempat itu, mengatakan kalau mulai saat ini kamu akan mulai bekerja di sana
Sungguh, pekerjaan macam apa yang akan ditawarkan olehnya?
Kamu hanya bisa terdiam, bingung akan semua ini
Pria itu tak kunjung memberi jawaban dan beranjak meninggalkanmu
Di sudut pintu, kamu melihat pria itu menerima segepok rupiah, atas imbalan entah apa
Seorang gadis yang berwajah cukup dewasa mendekatimu dan mengatakan padamu sedikit info mengenai tempat ini
Tempat ini, adalah tempat pelacuran
Sungguh, kamu berteriak, ingin keluar dari tempat tersebut
Kamu berlari menuju pintu keluar, sayang ada penjaga yang menahanmu
Dia mencengkeram kuat pergelangan tanganmu membawamu kembali ke dalam
Kamu meronta sekuat tenaga, namun tak ada yang menaruh kasihan kepadamu
Kamu menangis meraung-raung, takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya
Berhari-hari kamu berdiam diri di kamar
Tak mau makan, tak ingin berbuat apapun
Mungkin teman-temanmu sudah menganggapmu gila
Tak ada yang beranii mengusikmu
Kamu sudah memutar otak, mencari cara keluar dari tempat busuk itu
Namun, berkali kamu mencoba, berkalipun kamu gagal
Beberapa hari setelah itu, datanglah seorang tante menor yang mendandanimu
Begitu luwes tangannya menarikan kuas make-up ke wajahmu, memulasmu menjadi gadis cantik
Kamu hanya bisa pasrah, terlalu lelah hati dan dirimu untuk meronta
Kamu dibawa ke suatu kamar,
Dengan cahaya yang temaram, kamu berusaha mengerjap-ngerjapkan mata
Terdengar suara derit pintu, menutup
Dan dikuncikan di sana
Di kamar itu, ternyata telah duduk seorang lelaki
Kamu tak ingin di situ, kamu menendang-nendang pintu
Kamu takut melihat seorang pria bermuka mesum
Kamu berteriak dan menangis juga memohon, tapi tak ada yang membukakan pintu
Di kamar itu, dengan cahaya temaram, hanya berisikan tempat tidur dan juga lemari
Seolah menjadi saksi bisu, bagaimana lelaki itu merenggut kegadisanmu
Setelah kejadian itu, kamu berlari ke kamarmu, menangis
Merasa kamu tak lebih derajatnya daripada sampah, sama-sama tak berguna
Harga diri kamu sebagai seorang wanita diinjak-injak
Kamu MURAHAN, hanya itu yang ada di pikiranmu, dengan semua celaan itu
Membayangkan apa yang akan dikatakan keluargamu, teman-teman kamu
Saat itu rasanya kamu mau mati saja, kamu pergi menuju dapur
Ada jalan terbaik untuk mengakhiri hidupmu
Dengan tatapan hampa, maskara yang sudah luntur, airmata yang bercucuran menetesi pipi
Kamu meraih sebatang pisau, hendak menyayatnya di pergelangan tanganmu
Namun, aksimu itu terhenti karena seorang rekan kerjamu sesama pelacur mendapatkanmu
Dia menyambar pisau itu dan memarahimu, mengkhawatirkan keadaanmu
Sekilas, kamu terkaget dan langsung menangkap kesan bahwa gadis ini adalah orang baik
Memang dia orang baik, Risa namanya
Waktu itu kamu yang baru berumur 15 tahun, dan dia sudah 19 tahun
Nasibnya sama sepertimu, dijebloskan dalam penjara busuk ini, tempat maksiat ini
Bedanya, dia dijual oleh tantenya sendiri kepada bos tempat ini
Orangtua Risa sudah lama tiada, meninggal dalam kecelakaan motor yang tragis
Kamu terkejut mendengar cerita Risa, gantian kamu yang bercerita pada Risa
Risa kasihan denganmu, ia mengingat masa lalunya, maka ia berniat membantumu
Membantumu lari dari tempat ini secepatnya.
Risa menyuruhmu mengganti baju dan menyiapkan barang bawaanmu
Kalian menunggu di saat tengah malam tiba, kala penjaga sudah tertidur pulas
Lalu, kamu berdiri depan pintu menunggu Risa membuka kuncinya yang telah kalian curi diam-diam dari kamar pemilik tempat ini
Risa sudah mengoleskan oli sebanyak mungkin di gerendel pintu agar tak menimbulkan keributan
Sebelum engkau pergi, kalian berpelukan saling mengucapkan selamat tinggal
Kamu bertanya, mengapa Risa tak ikut denganmu
Namun ia menjawab, “Nanti kita ketahuan kabur, malah tambah parah kondisinya. Lagipula, aku tak tahu lagi akan tinggal di mana. Aku sudah terbiasa di sini.”
Ya ampun, dalam hatimu kamu berpikir mungkin Risa sudah kecanduan akan hal-hal semacam ini
Kamu bergidik mendengar ucapan Risa........
Kamu mengucapkan terima kasih banyak, lalu lari secepat mungkin menjauhi tempat terkutuk ini
Waktu itu sudah menunjukkan jam 2 malam, sebenarnya kamu pusing mau nginap di mana
Kalau tetap berkeliaran, salah salah kamu nanti kamu jatuh ke lubang yang sama
Tanpa sengaja, kamu bertemu dengan seorang ibu penyapu jalanan
Masya allah, dia masih bekerja menyapu jalanan hingga bersih dari sampah
Ibu itu menegurmu, apa yang sedang kamu lakukan di tengah pagi buta
Kamu menjelaskan kalau kamu baru saja lari dari rumah, dan sekarang mencari tempat tinggal
Ibu itu menawarkan rumahnya untuk kamu tinggali malam ini
Dia hanya tinggal berdua dengan anak ceweknya, masih kelas 6 SD
Kamu menyetujui ajakannya, berharap semoga kali ini orang baik-baik
Kamu berjalan beriringan dengan sang ibu, beliau mendorong gerobak sampahnya
Baru berapa menit berlalu, sampailah kamu di sebuah gubuk reyot, atapnya pun bolong-bolong
Ibu itu meminta maaf akan kondisi rumahnya, dan mempersilahkanmu masuk
Kamu berkenalan denga putri semata wayangnya, dan menaruh barang bawaanmu
Malam itu kamu tertidur beralaskan dipan, dan tasmu sebagai bantalannnya
Saat pagi menyapamu, kamu terbangun mendapatkan si ibu sudah berangkat kerja
Hanya kamu dan anaknya yang berada di rumah, hari itu Minggu si anak tidak sekolah
Kalian bermain bersama, lalu tiba-tiba saja teringat akan rumah nenekmu yang tak jauh dari situ
Namun, kamu lupa tempat tepatnya, kamu meminta tolong ditunjukkan jalan oleh anak si ibu
Gadis kecil itu bersedia mengantarkanmu, kalian berjalan bersama
Lalu, sampailah kamu di gerbang rumah bercat biru, tempat yang kau maksudkan
Kamu mengucapkan terima kasih kepada anak itu, dan menitipkan salam kepada si ibu
Anak itu tersenyum dan melambaikan tangannya
Kamu membunyikan bel yang tergantung di dekat pagar
Tak lama, penjaga rumah keluar, membukakanmu pintu, dan menyuruhmu duduk di ruang tamu
Kamu hanya perlu menunggu sebentar untuk seorang berbadan agak bungkuk, langkah yang mulai memelan, berambut putih, namun tetap menunjukkan raut muka penuh semangat
Ya, orang itu nenekmu
Setelah tak berjumpa sekian lama, kamu merasakn kerinduan yang luar biasa
Kamu memeluknya erat, menangis, mencurahkan segalanya padanya
Air matamu deras membanjiri pipi, kamu meluapkan semua kesedihan yang kamu rasakan
Pertengkaran orang tuamu, kejadian saat malam itu, kehidupanmu di tempat laknat itu, semuanya
Dan nenekmu dengan setia mendengarkan
Setelah selesai kamu berbicara, nenekmu hanya menyuruhmu tabah dan sabar
Memang kamu terlalu muda menanggung semua itu, kala itu kamu masih 15 tahun
Kamu disuruh olehnya beristirahat
Ia mengerti akan kesedihanmu, dan beliau mengusulkan kamu untuk tetap melanjutkan sekolah
Kamu masih 15 tahun, kelas 1 SMA
Masih ada 2 tahun menempuh pendidikan di jenjang SMA
Dan jadilah, kamu melanjutkan pendidikanmu di sebuah sekolah sederhana dekat rumah
Kamu sangat giat belajar, berusaha memberikan yang terbaik kepada sang nenek
Ada satu guru yang sudah menemukan potensimu
Guru bahasa Indonesia.
Ya, beliau menemukan jiwa-jiwa sastrawati pada dirimu
Kamu bisa menjadi salah seorang diantara mereka
Para sastrawati itu.....
Kamu didukung olehnya, berusaha menjadikanmu seorang yang berguna
Kamu bisa menjadi sosok seperti Nh.Dini
Dengan dukungan gurumu itu, memberimu semangat
Kamu kerap menulis puisi, cerpen, juga syair
Mencoba merangkaikan kata demi kata
Nenekmu membelikanmu kamus besar bahasa indonesia, sebagai tanda mendukung aktivitasmu
Di rumah, kamu menekuni kamus tebal itu, sinonim, buku puisi, seluruh buku sastra lamamu
Berusaha mencari kata indah yang jarang digunakan orang
Juga mencari inspirasi demi karya-karyamu
Tak hanya puisi dan syair yang kamu tuliskan
Cerpen remaja juga, kamu bahkan mencoba mengirimkannya ke majalah
Beruntungnya, cerpen kamu diterima
Uang yang kamu terima, menjadi penghasilan pertamamu
Berita ini kamu sampaikan kepada nenekmu juga ibu guru bahasa indonesiamu
Kedua wanita itu tersenyum senang mendengar kabar itu
Iseng, kamu mencoba lagi mengirimkan puisimu ke sebuah koran
Lagi-lagi, datang amplop berisi uang dialamatkan ke rumahmu
Dengan semua itu, kamu semakin yakin akan kemampuanmu
Apalagi dengan dukungan orang-orang di sekitarmu
Teman-teman kamu, nenek, guru-guru kamu
Semua mendukungmu.....
Akhirnya kamu lulus di SMA itu dengan nilai bahasa Indonesia yang sangat menonjol
Tertinggi di sekolahmu, kamu memang sangat menyukai pelajaran satu itu
Bukan berarti, kamu mengesampingkan pelajaran yang lain, nilai lain kamu juga memuaskan
Kamu meneruskan kuliah di jurusan sastra
Setelah 4 tahun menimba ilmu, kamu lulus kuliah
Karya-karya sastramu masih saja lolos di media cetak
Kumpulan puisimu, syair juga cerpenmu semua menumpuk di komputermu
Belum lagi yang kau tuliskan dengan tangan
Timbullah idemu untuk menyatukan kumpulan puisimu dan mencoba untuk menerbitkannya
Setelah 3 bulan menunggu khabar dari penerbit, datanglah pak pos dengan selembar amplop putih di tangannya
Kamu menyambut pak pos itu dengan senyum, memegang surat itu diliputi sejuta rasa penasaran
Tanganmu yang putih mulai merobek amplop, dan mengeluarkan sehelai kertas yang terdapat di situ
Kamu membacanya secara perlahan, dan kamu menjerit kegirangan
PUISI kamu LOLOS! Kumpulan puisimu akan diterbitkan!
Sungguh kebahagiaan yang tak terhingga menghinggapimu
Kamu pun melanjutkan hidupmu, dan bergelut di dunia sastra
Kini, kamu menjadi sastrawati yang terkenal....

Aku tersenyum sendiri mengingat sosok gadis kecil itu
Begitu banyak cobaan yang menderanya
Namun semua itu berbuah kesuksesan dan keberhasilan
Ia tak menoleh ke belakang, tak mengingat masa kecilnya yang suram
Ia pun tak jatuh lantas putus asa dengan semua masalahnya
Makin terkagum diriku mengingat bahwa sesungguhnya........
Sosok gadis cilik berkacamata itu adalah AKU.

No comments:

Post a Comment