Tuhanku,
Jika aku harus menangis lagi
Biarkanlah itu karena bahasa yang mati
Bukan karena lelaki yang pergi
Lebih baik kehilangan satu rasa
Daripada kehilangan satu budaya
--
Ditulis di perpustakaan UI setelah membaca satu bab dari buku Dying Words. Ah, perih sekali menghadapi kenyataan penutur bahasa yang mati satu per satu. Sang penutur mati membawa budaya. Berbicara budaya, kita berbicara tentang satu komunitas. Kehilangan satu komunitas tentu lebih menyakitkan daripada kehilangan satu manusia. Konyol sekali menangisi lelaki yang sama sekali tak pernah memberi hati. Tegakkan wajahmu! Ada komunitas-komunitas bahasa yang menunggu kau singgahi. Kau tidak mungkin menyapa mereka dengan muka suram sebab lara, bukan?
Salam,
Nadia Almira Sagitta
No comments:
Post a Comment