Monday, September 21, 2015

Menjadi skolioser

Aku bersyukur punya teman-teman yang perhatian denganku. Contohnya kemarin, aku membawa beban barang yang cukup berat. Aku membawa tas ransel, tas laptop, dan tas tangan. Tas ranselku penuh buku, tas tanganku juga penuh buku dan satu jaket, sementara tas laptopku ya berisi laptop yang beratnya...ampun, deh. Mereka membantuku membawakan laptop. Makasih banyak, ya. ♡

Ketika mau pulang...
"Nad, kamu pulang naik ojek, kan?"
"Ng, nggak tahu. Jalan kaki, mungkin?"
"Naik ojek, Naaad. Kamu tahu kosanmu sejauh itu. Lagi, ini bawaanmu banyak banget."
"Mahal banget ojek kalau dari kampus ke kosan, beda kalau sebaliknya."
"Ya gimana, tulang punggungmu kasihan. Naik ojek aja, ya?"

Akhirnya aku pulang naik ojek. Sampai kosan, tanpa basa-basi, langsung tidur padahal belum makan malam. Tulang punggungku berulah, nyeri sekali. 

Menjadi skolioser memang butuh rasa sabar.
Sabar dengan nyeri punggung yang dialami ketika duduk atau berdiri terlalu lama
Sabar dengan sesak napas yang terkadang menghampiri diri
Sabar dengan kesulitan tidur karena bingung menentukan posisi (telentang, miring kiri, atau miring kanan)
Sabar dengan nyeri punggung yang dialami ketika harus membawa beban berat
Sabar menjalani latihan-latihan peregangan 
Sabar menegakkan posisi duduk yang salah walaupun tak nyaman

Belum lagi pengalaman skolioser lain yang memakai brace, operasi, dan lain-lain.

Ayo, semangat skolioser! We are bent but not broken!
Kita harus bersinar di tengah ketidaksempurnaan. ♡

Cheers,
Nadia Almira Sagitta
Seorang skolioser berderajat 45


No comments:

Post a Comment