Tuesday, September 1, 2015

Tuan X dan Nona Y

Aku memimpikan sepasang sahabat malam ini. Si lelaki bertubuh tegap, tinggi, dan kurus, sementara wanitanya semampai, langsing, dan anggun.
 
Keduanya sudah bersahabat selama lima tahun. Mereka cukup mengenal satu sama lain. Ada banyak hal yang sudah menjadi pengetahuan bersama bagi mereka berdua. Contohnya, Tuan X penganut jam karet serta pelupa. Sikapnya itu terkadang membuatnya ingkar janji dan membuat Nona Y yang perfeksionis dan tepat waktu gemas sekali. Akan tetapi, kekurangan Tuan X tertutupi oleh sikapnya yang selalu dapat membuat Nona Y tertawa. Diam-diam, Nona Y jatuh cinta. 
 
"Tidak. Kau tidak dapat menyukai sahabatmu sendiri!"
"Apa boleh buat, dia pria idaman setiap wanita. Well, di luar sikapnya yang tukang telat itu, ya. Dia pantas dikoleksi sebagai kawan sepanjang masa."

Suara hati Nona Y ricuh sekali. Ia sibuk menepis kenyataan bahwa ia jatuh hati.
 
Suatu ketika, Tuan X berjanji pada Nona Y untuk mentraktirnya makan siang sebagai perayaan atas sesuatu. Nona Y senang. Ia berdandan sejak pukul 09.00, sementara janji mereka pukul 12.00. Padahal, ini bukanlah makan siang bersama pertama antara mereka. Tuan X sering mengajak Nona Y berjalan-jalan dan makan bersama. Dan hampir selalu ia yang membayar walaupun Nona Y, yang mandiri, dapat membayar pesanannya sendiri.
 
Pukul 12.45
"Kau di mana? Aku sudah duduk di dalam restoran sejak pukul 12.00."
"Astaga, Y. Maafkan aku. Aku baru saja terbangun beberapa saat lalu. Ini aku sedang berpakaian. Tak lama, tunggu sebentar."
"Benar, ya, jangan lama. Waitress-nya sejak tadi memandangiku terus karena aku belum memesan apa-apa."
"Hahaha, hati-hati kau diterkam!"
"Ayo buruan! Lima belas menit, ya."
*click*

Pukul 13.15
Finally, he showed up! Rambutnya sedikit berantakan, napasnya terengah-engah karena tadi kulihat ia setengah berlari, sementara bahu jas dan celana panjangnya berkerut di sana-sini. Ah, pasti belum disetrikanya.
"Maaf, maaf, aku terlambat. Wah, rupanya kau sudah memesankan aku teh leci. Terima kasih. Tadi di jalan..."

Hhh, here we go again. X selalu saja begini, batin Nona Y.

"Mengapa cemberut saja, Y? Makanannya kurang enak, ya? Maaf, aku belum pernah ke sini jadi aku tak tahu..."
"Bukan. Aku kesal saja kau masih terlambat. Ini hari peringatan lima tahun persahabatan kita, X. Masakan kau lupa."

Aku bahkan berdandan tiga jam hari ini, sementara kau muncul dengan acakadul, batin Nona Y.

"Tidak, tentu aku tidak lupa. Semalam aku hanya begadang nonton pertandingan."

Jadi, bola lebih penting daripada aku? keluh Nona Y dalam hati.

"Maaf, Y. Maaf sekali. I'll make it up to you." ucap Tuan X sembari menggenggam jemari Nona Y. Kemudian, Tuan X menampakkan puppy eyes andalannya hingga Nona Y tak kuasa menolak. "Baiklah, baiklah. Another time please be punctual, okay?" "I will, Madame!" Lalu mereka tergelak bersama dan menyelesaikan makan siang yang sempat tertunda.

Empat hari kemudian.
"Hari ini kita makan malam bareng, ya. Ada restoran yang baru buka di daerah T. Rekomendasi di internet bagus jadi kupastikan kita tak akan kecewa."

Tadi adalah chat Line dari Tuan X. Nona Y menggeliat sekali lagi sebelum turun dari tempat tidur. Hari ini hari Sabtu, perkantoran libur. Sementara itu, malam nanti malam Minggu, pusat perbelanjaan dan restoran pasti penuh sesak. "Kuharap X tidak lupa membuat reservasi," bisik Nona Y.

Nona Y naik taksi ke restoran yang dituju. Malam ini ia tampil elegan dengan LBD-nya. You know, little black dress. Gaun wajib yang harus ada di lemari setiap wanita. Seturunnya ia dari taksi, Nona Y terpukau. Wow, restoran ini menakjubkan. Jalan masuk menuju restoran ini dihiasi oleh cahaya temaram lilin dan bebungaan. Sayup-sayup terdengar alunan suara penyanyi jazz dan suara saksofon dari dalam restoran. Romantis, belum pernah ia membawaku kemari, pikir Nona Y. Di tikungan jalan, muncullah Tuan X. Berdiri tegap membawa sepuluh balon merah, dua di antaranya berbentuk hati. Ia tampak serasi dengan tuksedo dan sepatu hitamnya.

Dalam pandangan Nona Y, hari itu Tuan X memiliki nilai sembilan. Ia tak menyangka Tuan X akan membalas kekurangannya di pertemuan lalu dengan cara seperti ini. Tuan X membawanya ke suatu restoran dengan ambience favorit Nona Y, berpakaian rapi sesuai bayangan Nona Y. Ia juga bersikap manis dengan membawakan balon berwarna kesukaan Nona Y. Merah hati. Kau bisa bayangkan betapa berbunga-bunganya hati Nona Y.

Saat itu Nona Y sangat berharap Tuan X berlutut di hadapan Nona Y lalu memintanya untuk menikahinya. Alih-alih mengucapkan, "Will you marry me?" Tuan X menatap Nona Y dan berujar, "Shall we?"

"Kau dapat ide dari mana, X? Tumben sekali..."
"Hahaha, kan sudah kubilang I'll make it up to you. Kesempatan kedua tak boleh disia-siakan, bukan? Besides, hari ini spesial bagi kita dan juga bagiku."
"Apa itu?"
"Nanti kuceritakan. Yuk, masuk."

Nona Y memiliki sejuta tanya atas maksud percakapan Tuan X barusan. Akan tetapi, ia memilih bungkam dan membiarkan Tuan X bercerita dengan sendirinya. Makan malam hari itu berjalan baik-baik saja. Percakapan mengalir lancar dan candaan-candaan Tuan X selalu terlontar. Tuan X tak menyadari ada rona merah samar pada pipi Nona Y acapkali ia membuat kontak mata dengan Nona Y atau menyentuh jemari Nona Y. Setelah candaan-candaan itu berakhir, Tuan X memberitahukan kabar bahagianya. Ia merunduk dan mengambil sesuatu dari tasnya. Jangan-jangan itu cincin! Oh my, aku tidak siap! jerit Nona Y dalam hati. Ah, ternyata, alih-alih sekotak cincin, Tuan X mengangsurkan sepucuk undangan. Tuan X memberikan undangan tersebut dengan wajah berseri-seri diliputi kekhawatiran karena baru memberitahu Nona Y perihal wanita idamannya. Tiba-tiba bulan depan adalah hari pernikahannya saja. Maka dari itu, Tuan X memohon maaf sebesar-besarnya pada Nona Y.

"Semoga kau tidak marah padaku, Y. Setelah aku nikah nanti, kita masih bisa asyik bersahabat seperti ini, bukan?"

Nona Y mendadak tuli. Telinganya menutup suara-suara semenjak Tuan X mengangsurkan undangan pernikahan padanya.

Kau tahu hati Nona Y hancur, bukan?

No comments:

Post a Comment