Monday, July 13, 2015

Puisi

Siang tadi aku mengunjungi Sun Plaza Medan. Tujuan utamaku adalah mengecek ketersediaan buku Fahd Pahdepie. Ah, rupanya buku dia belum sampai ke Medan. Enggan pulang dengan tangan kosong, kuraih kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya Aan Mansyur. Aku tergila-gila dengan penulis satu ini setelah kubaca buku terbarunya berjudul Lelaki Terakhir Yang Menangis di Bumi. Puisi, kubutuhkan ia untuk mengisi jiwa sastrawiku. 

Sejauh pembacaanku, ada satu puisi yang membuat aku larut. Judulnya "Menjadi Tamu". Berikut inilah cuplikannya.

Aku akan datang ke rumahmu.
memegang semua benda yang
baru kauletakkan. Aku ingin
merasakan tanganmu ketika kau
sendiri atau tidak ada.

Aku akan menuliskan daftar
benda-benda yang menutup
matamu ketika menyebutkan
nama mereka. Saat sendiri, aku
mengucapkan dan mengecupkan
nama-nama itu agar mimpiku bisa
tertidur.

Aku akan masuk ke kamarmu,
berbaring di tempat tidurmu
hingga kamarmu berubah jadi
kamar kita. Atau menunggu di
beranda sambil mendengar lagu-
lagu cinta dari radio tetangga.

Aku akan menemanimu menanam
sayur-sayuran di halaman belakang
sembari membayangkan di pipiku
tumbuh bulu-buku yang akan
menggelikan pipimu.

Aku akan mengambil dua foto
setiap hari dan merangkai mereka
jadi film. Barang-barang yang
pernah kaugenggam. Ranjangmu.
Cabang-cabang dan kembang
sayurmu, atau cambang di pipiku.
Akan kumasukkan juga tembang-
tembang yang menemaniku
menunggu di beranda.

(Aan Mansyur)

Aku menyukai puisi ini karena ia menerbitkan kupu-kupu di hatiku. Kubayangkan suatu waktu kau datang berkunjung ke rumahku, seperti bait pertama. Saat kau berusaha mengenal diriku, seperti bait kedua. Pun saat kau dan aku menjadi satu dan manunggal laiknya Habibie Ainun, seperti baik ketiga. Kubayangkan kau memelukku mesra ketika aku bergelut di dapur demi menyiapkan makan malam kita. Kubayangkan pula usahamu merekam jejak kehidupan kita melalui potret yang kau ambil dan kumpulkan diam-diam. Bagaimana menurutmu? Apakah puisi satu ini juga menggambarkan perasaanmu? Kurasa akan lebih kena hatimu karena tokoh puisi ini adalah lelaki.

Barangkali ada hal yang ingin kau ketahui tentang kesukaanku, kini kusebutkan satu: puisi. Bacakanlah satu untukku di malam-malam panjang kita. Bacakan ia ketika hidup kita terasa rumit. Bacakan ia ketika cinta menghambar dan mengarah pahit. Bacakan ia ketika kau ingin melihat pipiku merona dan mataku berbinar penuh cinta.

Adakah akan-akan mengenaiku yang sedang kausiapkan di dalam hatimu?

Luv,
Nadia Almira Sagitta

No comments:

Post a Comment