Saturday, July 25, 2015

Cahaya, An-Nuur

"Tak perlu ada adegan saling tunggu, bukan? Yang perlu kita lakukan hanyalah belajar saling melepaskan." (Kang Abay)

"Kau tahu? Kau hanya terlalu khawatir akan masa depan. Apalagi perihal jodoh yang tak kita ketahui tanda-tandanya. Percayalah, Allah punya rencana terbaik. Jangan kau ragukan rencana-Nya." (Dey)

Teman,
Hari ini aku bertemu seseorang. Kami mengobrol lama sekali. Ia sejurusan denganku, tetapi berasal dari universitas lain. Ia punya rencana studi yang mirip denganku yakni melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang doktor. Kami berbincang mengenai universitas impian, spesifikasi jurusan, keadaan kampus, dan semacamnya. Tak butuh waktu lama untuk mengidentifikasi lingkup pergaulan pria ini. Ia satu lingkaran denganku. Akademisi, boleh kau katakan.

Memang mudah kecenderungan merayap ke permukaan apabila kita temukan hal-hal yang serupa. Sebentar, kau sangka aku jatuh cinta padanya? Tidak, terlalu dini bila kukatakan aku menyukainya. Aku sekadar bahagia karena mendapat kawan baru. Panggil ia kawan diskusi yang hilang. Sebabnya tak kutemukan kawan diskusi seperti ia di kampus kuning. Aku sok tahu sekali, ya, padahal tadi baru kali pertama bertukar sapa.

Kecenderungan mudah merayap apabila kita temukan hal-hal yang serupa. Apa yang mengikatku padamu? Ah ya, kurasa itu. Akan tetapi, dua hari lalu temanku bercerita mengenai kawannya. Kawan temanku ternyata mirip dengan kau. Akhirnya kusadari, tipe macam kau tak hanya satu. Lingkup pergaulanku saja yang sempit dan hanya mengenal dikau.

Dalam langkah pulangku, aku memikirkan banyak hal. Kau, dia, impian-impianku, probabilitas masa depan, dan lain-lain. Semua begitu rumitnya hingga ada air mata yang terdesak keluar.  

Aku mencintaimu, masih utuh hingga kini. Aku mencintaimu walaupun aku tahu ada kemungkinan untuk menyesuaikan ulang mimpi besarku. Aku tahu risiko dari mencintaimu. Ini salah satunya. Aku bingung menghadapi keinginan-keinginanku. Apakah kau tahu, memiliki keluarga akademisi adalah impianku sejak awal mula perkuliahan. Aku ingin memiliki kawan diskusi setiap pagi dan sore, aku menginginkan seseorang yang memahami dan mendukung segala aktivitasku, aku ingin membuat suatu karya bersama, aku ingin kita tenggelam dalam lembar jawaban murid didik kita berdua. Berbincang dengannya membuatku membuang jauh suara hatiku. I don't want to adjust my dream just for being with you. Semua akan terasa lebih mudah bila aku berpasangan dengan seseorang yang jelas sevisi dan semisi. Seseorang yang bisa mengajakku menjalani mimpi bersama. Perlahan, bayangmu pupus dan hilang seutuhnya dari khayalan idealku. Tak ada kau di sana. Tak ada kau di masa depanku. Apakah memang bukan kau?

Kubolak-balik lembar mushaf satu-satunya yang kutemukan di Masjid UI dengan gelisah.

Allah, please talk to me.

Tangan dan tatapanku terhenti di surat An-Nuur ayat 31, "Katakanlah kepada wanita yang beriman: 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya...'"

Terus berlanjut hingga ke ayat 32, "'Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.'"

Semuanya berputar di menjaga kesucian, bukan? Jaga izzah, jaga iffah. Jaga pandangan. Sigh. Sesak rasanya. Aku menangis sampai lelah. Sampai lepas semua keraguan. Sampai luruh segala dan beralih pasrah. Jika memang yang ini bukan untukku, I'm ready to start all over again. Nggak apa-apa dari awal lagi. Nggak apa-apa move on lagi. Bukankah jatuh cinta selalu indah? Proses bangkit dan melupakan saja yang pedih tak terkira. Akan tetapi, rasa sakit itu hanya sementara, bukan?

UI atau bukan UI
Sastra atau bukan sastra
Kau atau bukan kau
Selama ia jodoh yang didatangkan Allah untukku
Kuterima saja dengan sepenuh hati
Aku tahu, aku yakin, tangan-tangan Allah sudah merencanakan semuanya
Andaikata aku tak jadi menggapai mimpi sesuai rencana awalku
Pasti ada substitusi mimpi dari-Nya yang jauh lebih sempurna
Atau mungkin mimpiku ditunda untuk beberapa tahun
Demi membuahkan hasil yang tak kuduga-duga
Pasti ada jalan, pasti ada pintu untuk mengaktualisasi diri

I'm ready to start all over again...

"Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (An-Nuur: 35)

Allah, please guide me. Show me the straight path.

Salam,
Nadia Almira Sagitta

No comments:

Post a Comment