Genap membuat hari ini menjadi hari terbaper se-Indonesia! Eh, setidaknya bagiku. Ada wajahmu di setiap bab yang kubaca. Jangan tanyakan aku kenapa, kamu hadir begitu saja...di alam khayalku.
Genap mengajariku untuk mengikhlaskan, yang pada akhirnya kujadikan trik untuk merelakan kamu. Namun, pada kenyataannya, kamu selalu saja ada di pikiranku. Ah, sepertinya aku tak bisa memaksa diri untuk melupakan kamu. Nanti juga lupa kalau sudah terbiasa.
Kemarin, aku ingin melupakan kamu dengan alasan ketidakcocokan. Ternyata, pendapatku dibantai habis oleh buku ini. Sia-sia mencari pasangan yang benar-benar cocok karena dia tak akan pernah ada. Kecocokan itu diusahakan, lagipula kecocokan sebelum menikah akan berbeda setelahnya. Manusia ada lebih kurangnya, kita haruslah melapangkan hati untuk ruang penerimaan. Ih, Genap, gemas sekali rasanya! Apabila kamu ditakdirkan Allah untuk menggenapiku, aku akan belajar melapangkan hati seperti kata Genap ini. Jika bukan kamu, tips ini tetap kuaplikasikan pada dia, siapa pun orangnya. Fleksibel saja. Iya, hati harus fleksibel.
--
Pernikahan membutuhkan pengorbanan dari kedua belah pihak. Pengorbanan sukarela yang mengalirkan bahagia pada keduanya. Seperti kata tokoh aku dalam Genap, "Kita cinta sama seseorang saat kita begitu bahagianya melakukan sesuatu--apa pun itu--untuknya. Saat kepadanya, kita selalu ingin memberikan yang terbaik yang kita bisa. Saat terhadapnya, kita tak perlu menyembunyikan apa pun tentang kita. Saat di sisinya, kita merasakan hidup kita jauh lebih berharga. Saat bersamanya, beban hidup terasa lebih ringan."
Semoga suatu saat hatiku bisa menerima dia yang ditakdirkan Allah untukku. Siapa pun, bahkan jika ia bukan kamu. Hahaha, kenapa memaksa ingin bersama dengan orang yang belum tentu jodoh? Kata Genap, "Kalau ia meninggalkan kamu dan memilih orang lain, berarti ia memang bukan jodoh kamu. Jangan sedih." Semoga suatu saat aku menemukan seseorang yang membuat hidup ini menjadi lebih indah, lebih ringan, dan lebih bermakna.
Mari melapangkan hati! :)
Luv,
Nadia Almira Sagitta
Kak Hana juga udah baca genap tapi lama-lama merasa bosan
ReplyDeletehehhe
penghayatan kamu bagus banget :)
Bosan, kak? Uwaaa, kenapa? Monoton, ya?
DeleteHehehe makasih, kaaak! Ini mah disambung-sambungkan dengan suara hati. :p