Thursday, June 18, 2015

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin

Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku. 

Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kekayaan besar yang engkau sangat perlu kepadanya dan kekayaan itu belum pernah kuberikan kepada orang lain walaupun kepada Aziz. Kekayaan itu ialah kekayaan cinta. Seandainya kau terima kembali kedatanganku, saya tidak akan meminta balasan dari engkau. Balasan yang aku harapkan dari cinta suciku hanyalah dari Allah supaya engkau diberi-Nya bahagia. Balasan kedua yang saya harapkan adalah supaya saya dapat selalu hidup di dekatmu selamanya. 

Zainuddin, engkau akan beroleh seorang perempuan yang masih suci batinnya, suci jiwanya, belum pernah disentuh orang lain. Hatinya belum pernah dirampas orang dan tidak ada bedanya dengan permatamu yang hilang dan dengan gadis Batipuh yang engkau cintai dua dan tiga tahun yang lalu yang gambarnya tergantung di kamar tulismu. Tetapi sungguhpun demikian pembalasanmu, kesalahanmu itu telah aku maafkan. Sebabnya ialah lantaran saya cinta akan engkau dan karena saya tahu engkau lakukan semua lantaran cintamu kepadaku. 

Saya akan pulang, hanya dua yang kutunggu di Batipuh. Pertama adalah kedatanganmu kembali untuk menjemputku. Kedua, menunggu maut datang apabila kau tidak pernah datang kembali kepadaku. Cuma satu pengharapan yang penghabisan: heningkan hatimu kembali. Sama-sama kita habisi kekecewaan yang sudah-sudah. Maafkan saya, cintai saya kembali. 

Zainuddin, kaulah yang terpatri di dalam doaku bila saya menghadap Tuhan di akhirat. Kalau kumati lebih dahulu daripadamu, jangan engkau berduka hati, melainkan sempurnakanlah permohonan doa kepada Tuhan. Selamat tinggal Zainuddin, selamat tinggal wahai orang yang kucintai di dunia ini. Aku cinta akan dikau. Semoga hati kita sama-sama dirahmati Tuhan. Selamat tinggal Zainuddin, aku cinta akan engkau dan kalau kumati adalah kematianku dalam mengenang engkau.


sumber gambar

No comments:

Post a Comment