Friday, June 19, 2015

Dia Adalah Dilanku Tahun 1990

Dilan, hari ini aku senang karena bisa mengenal kamu. Perkenalan kita hanya berlangsung tiga jam, Lan, tetapi sangat berkesan. Aku boleh bilang cinta, jangan? Hehehe, sayangnya kamu sudah punya Milea.

Milea mujur sekali bisa dekat dengan kamu. Kamu romantis dan lucu, Lan. Gadis-gadis jadi terpikat, tidak terkecuali aku. Omong-omong, kalian berdua lucu, ya. Aku tidak berhenti tertawa menyimak percakapan kalian. Kali lain, aku tersipu oleh rayuanmu, yang aku tahu ditujukan ke Milea bukan ke aku. Oh ya, Lan, dari sekian banyak percakapan kamu, aku paling suka yang ini.

"Apa?" tanyaku.
"Lupa," jawab Dilan. "Tolong bilang ke ibumu."
"Bilang apa?"
"Aku mencintai anak sulungnya."
"Ha ha ha ha. Tolong bilangin juga ke Bunda."
"Apa?
"Terima kasih sudah melahirkan orang yang aku cintai."
"Siapa?" Dilan nanya.
"Ada aja."
"Siapa?"
"Kamu! Ih!" kataku.
"Ha ha ha ha."

Lan, kasih tahu Milea kalau dia jadi buat aku ingin mengutarakan hal yang sama. Tetapi ke Tuhan. Terima kasih Tuhan atas ciptaan-Mu yang luar biasa indah. Aku suka. Mengaguminya membuatku otomatis mengagumi-Mu.

"Nanti kalau kamu mau tidur," katanya. "Percayalah, aku sedang mengucapkan selamat tidur dari jauh. Kamu gak akan denger."
"Nah, sekarang kamu tidur. Jangan begadang. Dan, jangan rindu."
"Kenapa?" kutanya.
"Berat," jawab Dilan. "Kau gak akan kuat. Biar aku saja."
"Ha ha ha. Biarin."

Lan, aku boleh titip pesan, nggak? Tolong kamu bilang ke dia kalau aku diam-diam rindu sebelum tidur. Hehe, kamu yang bilang, ya. Soalnya aku malu. (/.\)
Sudah dulu, ya, Lan. Bulan depan, aku akan melanjutkan kisahmu dengan Milea di buku kedua. Sampai jumpa lagi, Dilan. Assalamualaikum.

Luv,
Nadia Almira Sagitta


sumber gambar

No comments:

Post a Comment